BAB XIII : SQUABBLE

6.8K 522 18
                                    


Niken menghela napas. Dia punya firasat, sebentar lagi ada drama baru di rumahnya. Untung anak-anaknya sedang diajak nginep di rumah mertuanya, jadi kuping mereka aman dari drama nggak penting yang akan terjadi.

"Mereka ke sini buat nengok keadaan kesehatanku," jawab Niken cuek.

Entah mengapa Herei malam ini kelihatan marah.

"Apa pantas, laki-laki yang bukan mahrammu bertamu sampai malam seperti ini?" sewot laki-laki itu bertanya kepada istrinya.

Amarah Niken yang tertahan langsung keluar tanpa lagi bisa dihalang-halangi. Wajah Rendy memerah, karena dia tahu Heri menyindirnya. Tapi dia langsung menahan amarahnya, mencoba menenangkan gemeretak emosi Niken dengan menahan lengan sahabatnya itu pelan.

"Bahkan sampai berani pegang tanganmu?" rupanya Heri melihat gerakan kecil itu dan mempermasalahkannya.

Dan ucapan itu jadi bom yang sangat besar.

"Siapa yang berani bicara tentang batasan bertamu kepada non mahram? Lupa ya, bertahun-tahun sebelum menikahi gundiknya itu dia sudah melakukan zinah!" seru Niken, suaranya menggema di seluruh rumah.

Dengan cepat Malika memeluk sahabatnya itu, mencoba menenangkannya. Rendy melihat gerakan halus dari kepala Malika kepadanya, memberi kode supaya dia menjauh dari area sana.

Rendy menurut, dia berdiri, bermaksud keluar dari dapur.

"Mau kabur?" ejek Heri kepada Rendy.

Langkah Rendy tertahan begitu mendengar ucapan suami sahabatnya itu. Kepala yang sudah diusahakan dingin, mendadak panas dan hatinya mendidih.

"Maksudmu?" tanya Rendy dengan suara tenang dan dalam. Dia langsung berbalik dan berhadapan dengan Heri yang bedannya lebih kecil dari dirinya, memberikan gestur mengintimidasi kepada laki-laki yang masih diakui Niken sebagai suaminya itu.

"Rendy! Keluar! Jangan bikin suasana tambah runyam!" bentak Malika, mengusirnya sekali lagi.

Tetapi peringatan sahabat lainnya itu tidak dia gubris. Kali ini, dia berani jika harus adu fisik dengan laki-laki tidak tahu malu itu jika memang diharuskan. Toh sudah berbulan-bulan, semenjak Niken mengadu kepadanya, dia ingin menghajar muka lelaki itu. Tetapi selalu diurungkan mengingat sahabatnya masih mencintai dan menganggap Heri sebagai suaminya.

Tetapi sekarang, jika dia harus bertindak, maka dia akan bertindak. Untuk menutup mulut laki-laki yang sudah mengabaikan anak istrinya itu.

"Apa tadi kamu bilang?" sekali lagi Rendy bertanya kepada Heri. Kedua tangannya sudah terkepal, dan Heri langsung mundur melihat ekspresi marah laki-laki yang berdiri di depannya itu. Walaupun begitu, dia tetap nekad menantangnya.

"Rendy!" hardik Malika memperingatkan.

Niken diam saja didalam pelukan Malika, tetapi sorot matanya penuh dendam kepada suaminya itu. Di dalam hatinya itu, dia berharap Rendy meninju muka sombong suaminya itu.

"Ren, keluar! Aku sudah BBM Mas Aga untuk datang segera!" seru Malika memberi peringatan kepada sahabatnya itu.

Wajah Heri panik mendengar nama teman sekantornya itu disebut. Mungkin dia khawatir Aga bisa melaporkan ke kantor dan bisa jadi pengaruh buruk baginya.

"Kenapa kamu memanggil Aga? Dia tidak ada urusannya dengan ini!" sergah Heri panik, menoleh kepada Malika yang berdiri tak jauh darinya.

"Ada, Mas. Pertama, dia suamiku, dia berhak melindungi aku jika di sini terjadi keributan. Kedua, suamiku juga sahabat Niken, dia punya kewajiban untuk melindungi sahabatnya juga, yaitu Niken. Dan ketiga, dia teman sekantormu, sikapmu sekarang bisa merugikan promosi yang sedang berlangsung di kantor, bukan? Mengingat kamu punya dua istri dan yang satu sedang kamu sia-siakan?" kata Malika merinci semua penjelasannya.

Revenge Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang