BAB XVIThe Heiress

6.2K 546 56
                                    

Iva berdiri, wajahnya tegang lagi. Niken menghela nafas, dia memilih menunggu calon mantan madunya mengeluarkan bomnya lagi.

"Setengah untuk Niken? Itu tidak adil!"

Duh, ambil deh semua, aku ikhlas, kata Niken dalam hati.

"Untuk Nay dan May, bukan untuk Niken," koreksi Pak Pranoto.

"Tetap saja yang menguasai jadi Niken," protes Iva berkelanjutan.

"Kamu kog bahas harta? Itu tujuan kamu menikahi Heri?" tanya Bu Pranoto telak. Niken hanya bisa tersenyum kecil mendengarnya.

Iva lagi-lagi diam.

"Saya kasih anak-anak Niken separuh dari asset kami karena Heri bertanggung jawab atas hidup kedua putrinya sampai mereka menikah," Pak Pranoto memberi penjelasan awal.

Yang lain mendengar dengan khusyuk.

"Karena saya yang meminta mereka cerai, maka katakanlah talak dari Heri. Berarti Heri wajib memberi nafkah iddah buat Niken," lanjut laki-laki yang masih tampan meski usianya menjelang 70 tahun.

"Hanya 3x masa haid, Pak," sergah Heri.

Pak Pranoto menatap Heri sejenak. "Tega kamu meninggalkan Niken tanpa iddah yang layak?" tanya sang bapak.

Heri tidak menjawab. Dia benar-benar tak berdaya.

"Lagipula, ini harta saya. Saya belum mati, jadi terserah mau saya kasih ke siapa," tutup Pak Pranoto.

Semestinya persoalan selesai, karena Iva dan Heri sudah diam saja.

"Niken, besok kita ke notaris, balik nama asset-assetku atas namamu," ajak Pak Praoto, menatap calon mantan menantunya.

Niken mengangguk, sambil otaknya berputar untuk mengatur jadwal pembuatan kue pesanan untuk besok.

"Heri, besok kamu langsung daftarkan gugatan cerai ke Pengadilan Agama," perintah orang tua itu kepada anaknya. Heri hanya mengangguk pasrah. Dia tahu kapan saatnya menyerah dengan argumen ayahnya.

Ada pesan WA masuk di handphone Niken. Dari Malika.

Sudah selesai?

Niken hanya singkat menjawab

Sudah

WApri dijawab lagi oleh Malika

Oke, aku ke sana

Niken meletakkan handphonenya.

Baru saja dia meletakkan ponselnya, Malika datang. Sayangnya bersama Rendy. Heri pun meradang.

"Oh, masih perlu bala bantuan lagi? Laki-laki itu juga?"

Niken menggelengkan kepala lelah, takjub sama kemampuan nyinyir laki-laki yang sebentar lagi akan jadi mantannya.

"Aku yang ajak Rendy, Nike nggak tahu, Mas!" seru Malika sambil mendekati mereka.

Seperti biasa, Rendy diam, menarik diri dari perang galaxy kesekian yang dilemparkan oleh Heri.

"Suamiku jaga anak-anak yang lagi tidur,kecapekan habis main seharian dengan kami," Malika dengan suara tegas, menerangkan keadaan yang sebenarnya.

Seperti Rendy, Niken memilih menarik diri dari kenyinyiran Heri.

"Memang harus Rendy yang antar kamu?" tanya Heri pedas.

"Kalau Rendy jaga anak-anak, pasti kamu bilang dia lagi pdkt dengan mereka," jawab Malika kalem.

Heri terngaga, tak tahu harus menjawab apa.

"Sudah, jangan ribut," sentak Pak Pranoto.

"Ayo masuk Malika,Rendy," ajak Bu Pranoto kepada kedua tamunya.

Mereka pun kembali duduk di ruang tamu. Secara singkat keduanya diberitahu oleh Pak Pranoto hasil pertemuan tadi.

"Mereka bukan keluarga,Pak," protes Heri.

Niken melirik high heels Malika, kira-kira cukup nggak buat dilempar ke wajah laki-laki itu untuk diam sebentar saja?

--BaB XVI--

Revenge Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang