BAB X : BREAKING ONE BOND

5.7K 474 7
                                    


Sepanjang jalan menuju klinik, berkali-kali Niken mencoba menghubungi Heri. Tetapi selalu bernada sibuk. Ketika mencoba menelpon di nomor yang lain pun mengalami nasib serupa, panggilan dialihkan. Niken panik, marah dan kesal.

"Heri masih belum bisa dihubungi?" tanya Rendy yang berada di depan setir. Dia memaksa Niken meninggalkan mobilnya di gedung parkir kantornya, kemudian mengantarkan sahabatnya itu dengan mobilnya.

"Kamu sedang panik, nggak bagus kalau nyetir sendiri," sanggah Rendy ketika Niken menolak diantarkan.

Niken menggeleng menanggapi pertanyaan Rendy. "Dua nomernya tidak bisa dihubungi semua."

Rendy menghela napas panjang. "Mungkin sedang ada meeting atau memang sinyalnya jelek," hibur Rendy. Niken hanya mengangkat bahu menanggapinya.

"BBM saja, WA, atau SMS. Jadi kalau dia sudah tidak sibuk bisa membaca pesanmu," saran Rendy.

"Sudah dari tadi," jawab Niken pendek. Dia masih kesal karena Heri susah dihubungi pada saat yang genting seperti ini.

"Ya sudah, nggak usah sewot, fokus ke Nay aja," kata Rendy mencoba menenangkan. Lalu keduanya terdiam di sisa perjalanan.

Sesampainya di klinik, Niken langsung berlari ke meja informasi.

"Nayla Savitri, dari SD Al Fath, tadi dibawa oleh gurunya," tergesa-gesa Niken berbicara kepada petugas informasi.

"Masih ditangani oleh dokter di dalam, Bu," jawab petugas setelah memeriksa data dari komputer.

"Saya bisa masuk? Saya ibunya," tanya Niken dengan suara mendesak.

Petugas itu tersenyum maklum. "Sebentar saya tanya dokter dulu ya, Bu," sahutnya.

Kemudian petugas tersebut melakukan panggilan telpon internal.

"Ibu, silahkan tunggu sebentar. Dokter masih memeriksa putri ibu," beritahu petugas itu, begitu selesai melakukan sambungan internal.

"Baiklah," jawab Niken pasrah.

Kemudian Niken berjalan mondar-mandir menghilangkan kegelisahannya, sedang Rendy hanya duduk di kursi tunggu yang ada di depan meja informasi sambil mengutak-atik telepon selularnya.

Ternyata Rendy menghubungi Malika.

"Halo, kamu masih di kantor, Ka?" tanya Rendy begitu panggilannya dijawab oleh sahabatnya itu.

Niken melempar pandangan bertanya kepada Rendy tetapi diacuhkan olehnya.

"Masih, kenapa Ren?" tanya Malika.

"Nay pingsan di sekolah, aku sedang menemani Niken di klinik dekat sekolahnya Nay," beritahu Rendy.

"Astagfirullah! Ada apa kog pingsan?" tanya Malika kaget.

"Kata gurunya tadi panas, kemudian mendadak pingsan. Aga sedang di kantor Heri?" jawab Rendy sekaligus bertanya kembali.

"Tadi sih cerita mau ke sana setelah makan siang, ada meeting untuk proyek baru yang mau dilakukan bulan depan. Ada apa?" Malika balik bertanya.

"Niken kesulitan menghubungi dia," jawab Rendy ringkas.

Malika menghela napas. "Coba kuhubungi Mas Aga, siapa tahu suamiku bisa mengabari Mas Heri," ucapnya.

"Terima kasih sebelumnya ya, Ka," sahut Rendy.

"Sama-sama. Kalau dapat ijin, aku menyusul ke sana ya," jawab Malika.

Revenge Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang