Senin siang, di lobby kantor Rendy, dua hari setelah kehebohan anak-anak versus Iva. Niken datang untuk menyerahkan beberapa loyang Pie Apple pesanan teman kantor sahabatnya itu.
"Teman-temanku suka sama kue-kuemu, ini ada yang mau order lagi," beritahu laki-laki berwajah orieantal ala-ala Idol K-pop itu. Kemudian dia mengeluarkan smartphonenya untuk memastikan pesanan teman kantornya itu.
Senyum Niken langsung mengembang cerah mendengarnya. Dia mensyukuri apa yang dia dapat sekarang. Padahal pesanan dari teman-teman kantor Rendy masih ada yang belum dia kerjakan karena memang deadlinenya baru beberapa hari lagi. Belum lagi pesanan dari teman-teman kantor malika dan Aga. Sebenarnya dia pun mulai agak kewalahan.
"Sebentar aku BBM. Lain kali, kotak kuemu kasih stiker, kasih nomor kontak dan BBMmu supaya gampang orang langsung order," Rendy bicara panjang lebar sambil mengirim BBM kepada Niken.
"Oke," jawab Niken.
"Eh, kayaknya aku sudah pernah kasih saran begitu ya ke kamu," ingat sahabatnya itu. Niken nyengir. Akhir-akhir ini hidupnya seperti roller coaster, ada banyak hal yang terlewat dia lakukan meski sudah diagendakan.
Bunyi BBM masuk ke android milik Niken. Dia pun membuka pesan masuk, ternyata beberapa order kue dari teman-teman Rendy yang tadi dibicarakan.
"Wah, banyak! Alhamdulillah," Niken hampir berteriak begitu membacanya.
Rendy menatapnya dengan pandangan khawatir. "Kamu bisa? Yakin bisa?"
Niken melirik Rendy dengan pandangan sebal. "Kamu meragukan kemampuanku? Oh ya, ini jam kantor, aku pulang dulu."
Rendy tertawa melihat sahabatnya itu sewot. "Ini masih jam makan siang," beritahunya.
"Oh," kata Niken menanggapi.
"Kamu belum makan siang, kan? Ayo makan siang sama aku," tanpa menunggu jawaban dari perempuan itu, Rendy langsung menarik lengan Niken, kemudian menuntunnya ke salah satu outlet makanan yang ada di lantai satu gedung kantornya itu.
Niken menurut saja, karena memang dia kelaparan. Biasanya jam segini, dia sudah makan dua kali. Tetapi karena kesibukannya mengemas kue dan mengantarkan pesanan tadi, dia lupa untuk makan.
"Mau makan apa?" tanya Rendy begitu mereka berdua sudah duduk di dalamnya.
"Sop buntut, Nasi, Jus Jeruk," jawabnya setelah membuka buku menu.
Rendy memanggil pelayan untuk memesan makanan. Kemudian meluruskan kakinya di bawah meja.
"Ada keributan lagi di rumah?" tanyanya dengan nada santai.
Niken menghela napas. Selain dia kesal dengan pertanyaan Rendy, juga sebal mengingat kejadian malam minggu kemarin.
"Iva menampar May," cerita Niken pendek, tanpa memberitahukan awal ceritanya.
Rendy langsung menegakkan badannya. "Kog bisa?"
Lagi-lagi Niken menghela napasnya. "Mereka adu mulut, May tidak terima ayahnya menikah dengan perempuan itu," jawabnya, mengulangi lagi peristiwa itu.
"Wajar," cetus Rendy. "Tetapi kenapa sampai Iva menampar May?" tanyanya tidak mengerti.
Berat sebenarnya Niken mengakuinya, tetapi dia tidak ingin berbohong.
"Niken menampar Iva duluan, sih," jawabnya pelan.
Rendy menghela napas. Dia kaget karena May yang dia kenal santun dan manis sampai berani melakukan perbuatan kurang ajar itu kepada orang tua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Revenge Of Love
RomanceBagaimana perasaanmu ketika suamimu meminta ijin untuk menikah lagi? Marah? Benci kepada suami? Ingin membunuhnya? Niken dipaksa untuk menerima keinginan suaminya, Heri yang ingin menikahi Iva, teman semasa dia sekolah. Demi anak-anak, Niken memili...