Jono:
Ki, hati-hati. Si Macan lagi nyariin lo sekarang
Gue titip salam ya Ki sama doi *wink*
--
Malki mengembalikan layar ponselnya ke menu utama.
Manis dan cantik. Macan. Singkatan yang membuat Malki mendengus geli. Kemarin Irfan yang ribut melulu soal cewek macan-cewek macan, sekarang Jono juga ikut-ikutan. Malki tak heran dengan kelakuan teman-teman renangnya yang norak itu. Semua gara-gara anggota klubnya mayoritas laki-laki jomblo.
"Jawab aku. Jangan malah mainin hape." Suara Sacha mengalihkan kembali perhatian Malki. "Kenapa tadi kamu gak latihan?"
"Ssst."
Sacha menoleh ke kanan-kiri dan mendapati orang-orang yang memandanginya dengan kerutan di kening. Sacha baru sadar kalau suaranya tadi terlalu keras, sampai mengganggu mahasiswa lain yang sedang serius belajar.
"Ki," ujar Sacha lebih pelan bahkan berbisik, "tadi kamu kenapa gak latihan lagi?"
Kalau orang lain sibuk dengan buku-buku di meja, Malki sibuk dengan matanya. Ia sedang tiduran di sofa warna oranye ukuran cukup besar yang ada di perpustakaan ini. Malki meletakkan lengannya untuk menutupi mata, lagi-lagi menghindari Sacha.
Sacha yang duduk di samping Malki menarik-narik ujung kaos merah laki-laki berambut kecokelatan itu. "Please ya, aku tau kamu pura-pura tidur."
Malki geram. "Bisa nggak sih sekali aja nggak usah ikut campur masuk ke hidup gue?!" tanya Malki yang baru Sacha sadari sudah membuka matanya, bahkan menatapnya dengan tatapan sinis, seolah menyimpan kebencian yang berlebih.
"Ssst."
Lagi-lagi orang lain memperingati mereka berdua, membuat Malki bangun dan terduduk sembari menunduk seadanya, meminta maaf pada meraka.
"Kenapa sih kamu selalu ketus sama aku?" tanya gadis dengan cepol satu di rambutnya itu mengintimidasi.
"Gak usah pake aku-kamu! Geli gue dengernya."
Sacha mendelik. "Gak usah ngalihin pembicaraan! Sekarang kamu jawab aja. Tadi kamu tidur di sini kan sampe gak ikut latihan? Kenapa sih gak latihan lagi? Nih kamu liat," Sacha membuka buku agenda di tangannya, "catatan presensi kamu itu banyak banget bolongnya."
Malki hanya menoleh malas, lalu langsung berdiri melangkah meninggalkan Sacha.
"Mau ke mana? Jawab aku dulu!" Sacha ikut terbangun mengekori Malki.
"Pergi. Di sini berisik." Ketus, Malki berujar.
"Malki! Hey!" Sacha berjalan cepat demi mengiringi langkah kaki Malki yang panjang. "Kamu denger kan aku nanya apa? Jangan ngehindar seenaknya dong!" perintah Sacha sembari memegang lengan Malki.
"Ssst."
Semua mata kembali memandang keduanya. Kali ini dengan kerutan dahi yang lebih terlihat.
"Gak usah pegang-pegang, gue jijik sama lo!" Malki menepis tangan Sacha.
Sacha diam. Ringan kata tak berarti tanpa makna. Hatinya seperti disayat oleh benda tajam. Semenjak datangnya Sacha ke kampus ini, sudah berapa kali Malki menyebutnya menjijikan? Kenapa Malki setega itu pada Sacha? Apa Sacha sejelek itu untuk Malki?
Perempuan dengan cepol satu di rambutnya itu mencoba menahan segala kekesalannya. Ia menghela napas kuat-kuat seraya berkata, "Kamu suka atau nggak, kamu harus tetep jawab pertanyaan aku. Aku manajer kamu. Inget itu."
"Bodo. Lo mau manajer gue kek, pelatih gue kek. Gue gak peduli." Langkah Malki terhenti dan berbalik. "Lo juga harus nyadar diri. Emang menurut lo siapa yang bikin gue jadi males latihan? Elo! Elo yang bikin gue muak!"
"Ssst."
Malki kembali menundukkan badannya meminta maaf pada sekitar, kemudian memandang Sacha sinis sebelum akhirnya kembali melangkah pergi.
"Malki!" seru Sacha berbisik seraya berjalan mengikuti Malki. "Jangan jadi kayak anak kecil deh. Mau benci atau apapun itu, kamu harus profesional! Hubungan kita itu perenang dan manajernya. Jangan bawa-bawa masalah pribadi."
Malki mengangkat kedua bahunya. "Like I care!"
Sacha merengut menatap Malki yang mulai berjalan ke arah lift. "Malki tunggu!"
"Hey kalian!"
Suara seorang bapak-bapak terdengar keras di belakang Sacha, membuat Sacha dan Malki menoleh ke arahnya. Bapak penjaga perpustakaan berdiri di sana, lengkap dengan lengan yang terlipat dan wajah yang tampak seram.
"Kalian tahu fungsi perpustakaan untuk apa?"
Malki dan Sacha takut-takut mengangguk bersamaan.
Bapak penjaga merengut. "Perpustakaan ini sudah cukup baik ya menyediakan sofa untuk duduk istirahat, tapi kalian tahu kan aturan di sini bagaimana?"
Malki dan Sacha lagi-lagi mengangguk bersamaan.
"Kalau gitu, keluar dari sini sekarang! Berisik terus kalian!" Bapak penjaga sudah tak bisa lagi menahan amarahnya.
----------------
part 1, cerita baru, yehaaa~
(bentar mau fangirling dulu sama Malki) Kya kya kyaaa Malki akhirnya nongol jugaaaa xD
silakan vote sama komen yaaa =) makasih banyak. tenang, cerita Nira dan Dunia Kana akan tetap kulanjut kok *kedip cantik*
KAMU SEDANG MEMBACA
Splash [End]
Novela Juvenil-----SPLASH----- Pekerja keras, rajin, dan mudah bergaul. Begitulah Malki menurut setiap orang. Namun tidak untuk Sacha. Semenjak kembalinya Sacha dari Korea dan menjadi manajer klub renang, Malki berubah menjadi laki-laki yang suka bolos latiha...