4| Egois

49.7K 5.9K 255
                                    

"Aku bilang latihannya jam delapan pagi, Malki!" Geram, Sacha berteriak tepat di depan wajah Malki.

Malki menatap tidak suka pada Sacha. "Terserah gue mau latihan jam berapa aja! Gue bisa latihan sendiri!" Malki ikut berteriak.

"Gak boleh seenaknya gitu dong! Kita kan kali ini latihan dalam tim! Kamu tau gak anak-anak itu udah pada nungguin kamu dari jam berapa?! Bahkan ada yang udah dateng setengah delapan! Bayangin, setengah delapan!"

Malki merengut. "Gue udah bilang sama lo ya. Gue gak mau latihan kalo ada lo!"

"Cowok egois! Mana bisa aku gak liatin kalian latihan? Aku manajernya. Aku yang harus tanggung jawab sama jalannya latihan. Itu udah tugas, mau kamu suka atau gak suka!" Sacha mengepal kedua tangannya.

Malki melempar tas di tangannya. "Gak usah sok tau dengan bilang gue egois kalo lo sendiri itu egois! Lo adalah cewek paling egois yang pernah gue temuin!"

Sacha menghela napas dalam sebelum kembali berteriak, "Apa? Aku egois apa? Kalo aku egois, aku gak akan hari minggu pagi gini dateng ke kolam cuman buat liatin yang latihan! Liat!" Sacha menunjuk ke sekitar seadany a. "Bahkan di sini cowok semua. Gak ada cewek satupun! Aku egois apanya, coba jelasin!"

"L-lo dulu," ucapan Malki terhenti. Dia mengacak wajahnya kasar sembari menggeram pelan. "Lo sok ngatur. Sok paling tau apa yang terbaik. Sok peduli. Padahal lo sendiri yang maksain kehendak!"

Sacha hanya diam menatap Malki yang juga masih menatapnya geram. Matanya sudah berkaca-kaca. Berkali-kali dengusan napas cepat terdengar dari hidungnya. "Aku ...," ucapan Sacha tertahan saat ia mencari sesuatu dari tasnya. "ngapain susah-susah bikin beginian sampe begadang buat kamu, kalo kamu sendiri gak pernah ngehargain aku!" Sacha melempar notes ke arah Malki sambil berlalu pergi.

Bergeming, Malki hanya menatap notes yang terjatuh tadi untuk beberapa detik, sampai akhirnya tangannya menjulur mengambil benda itu. Malki membukanya, dilihatnya lah beberapa halaman yang berisi jadwal latihan, jadwal fisik, sampai nutrisi makanan yang lengkap.

Termasuk judul dengan font besar-besar di atasnya. JADWAL SEMANGAT UNTUK MALKI, lengkap dengan coretan tanda hati kecil di sampingnya.

Malki mendongak dan mendapati teman-temannya yang masih diam dengan tatapan tak enak. "Guys," panggil Malki dengan pelan. "Maafin gue ya. Tadi pagi badan mamah agak anget." Malki menunduk meminta maaf. "Maaf ya."

Semua pandangan berubah menjadi tatapan simpatik.

"Ya ampun Ki, kenapa lo gak bilang sama Sacha tadi? Gue yakin dia bisa ngerti."

"Sacha dari tadi mondar-mandir terus nyoba nelpon lo, takut lo kenapa-kenapa."

"Sacha yang minta buat nunda latihan sampe lo dateng, Ki."

Mendengar teman-temannya mengeluarkan suara, Malki menggigit bibirnya sendiri. "Maaf," ujarnya dengan wajah merasa sangat bersalah.

Irfan tersenyum sembari menepuk lemah bahu kanan Malki. "Gapapa, Ki. Kita bisa latihan sekarang kok. Iya kan, Guys? Lumayan juga nih gak panas meskipun udah siang." Kemudian ajakan itu dipandang positif oleh anggota yang lain.

***

       

"Cha, ada pengumuman baru tuh di mading." Andika, sesama anak jurusan manajemen bisnis dengan Sacha, tiba-tiba menyapa Sacha yang sedang duduk di bangku bawah pohon sambil membaca.

Sacha mengalihkan fokusnya dari buku cetak tebal berjudul Introduction to Management and Science Business itu ke arah Andika. "Pengumuman apaan?" tanya Sacha dengan dahi yang bertautan.

"Deretan mahasiswa kampus kita yang tahun ini pernah berprestasi di luar kampus."

Sacha mendelik, langsung terbesit satu nama dalam benaknya. "Ada anak renang gak, Dik?"

Andika mengangguk pasti. "Ada. Makanya ini gue ngasih tau lo. Kali aja Ibu manajer belum liat foto anaknya ada yang eksis di sana," ujar Andika dengan kekehan kecil.

Sacha langsung bangun dari duduknya dan melangkah meninggalkan Andika menuju mading terdekat. Di kampus ini, majalah dinding memang tersebar dimana-mana. Bukan mahasiswa klub mading seperti yang biasa ada di sekolah yang mengurusinya. Mading terbuka untuk umum. Siapapun, mahasiswa maupun civitas akademik kampus, boleh menyebarkan bosur, poster, atau apapun yang muat di sana.

Hanya dengan melihat sekilas poster itupun, mata Sacha langsung fokus pada satu wajah. Seorang pria, yang menggunakan jaket klub renang mereka, sedang tersenyum manis di sana. Seorang pria berambut kecokelatan, dengan kulit menggelap akibat sering terbakar matahari.

Bibir Sacha sudah tersenyum hanya dengan bisa melihat foto orang itu.

Sacha mengangkat tangan dan menyentuhkan jarinya pada foto. "Segitu burukkah aku di mata kamu? Apa aku ... emang egois, Ki?" Pandangan Sacha melembut seraya helaan napas lemah keluar dari hidungnya yang mungil.

     

---------------

part 4, yeay!

Tuhaaan, maafin Malki ya Tuhaaan /doa anny si penggemar berat Malki, eaaak/

yaudah jangan lupa vote sama komen ya biar makin semangat lanjut =) thankyouu






Splash [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang