9| Turnamen

46K 5K 278
                                    

BYUUUR

Seperti biasa, kolam ramai di jam ini. Siang menuju sore hari. Matahari masih ada namun cahayanya tidak lagi sesilau tadi, teriknya berkurang dibanding tengah hari. Anak tingkat satu yang baru selesai ujian tengah semester itu yang membuat kolam penuh. Kebanyakan beralasan mencari hiburan seusai penat, bukan hanya sekedar memenuhi kewajiban untuk latihan renang.

Sacha terlihat bosan.

Ia hanya mengeratkan jaket merah bata yang membalut tubuhnya itu berulang, seolah tidak ada kerjaan. Entahlah. Biasanya Sacha semangat melihat orang yang latihan renang. Namun tidak dengan hari ini. Sacha sejak tadi terus melihat ke arah kolam tanpa ekspresi. Bertahan diam duduk di bangku tepi.

Priiit

Suara itu membuat mata Sacha mengerjap. Bang Farhan memanggil semua anggota untuk berkumpul di tempat briefing, masih di tepi kolam namun di daerah yang lebih lapang. Sekarang ya pengumumannya? Tanya Sacha dalam hati sebelum akhirnya berjalan mendekat ke kerumunan yang mulai membesar itu.

"Klub kita bakalan ikut turnamen yang diadain kampus sebelah, yang biasa ngadain turnamen gede-gedean itu, sekitar dua bulan lagi."

Pengumuman to the point dari mulut Farhan menghasilkan gaduh tersendiri bagi anak-anak klub. Saling bertanya, saling mengira-ngira, siapa saja yang akan mewakili klub untuk turnamen bergengsi itu? Bukan hanya yang berbakat yang biasanya dipilih, namun juga harus yang rajin karena latihan akan sangat ketat. Orang yang rajin, sekalipun dia bodoh, bisa berhasil melawan orang yang berbakat tapi malas berusaha. Artinya, mau pintar atau bodoh kalau tidak berusaha akan sulit bertahan.

"Ada banyak cabang dan banyak nomor gaya. Putra, putri. Gaya dada, bebas, punggung, dan kupu-kupu. Daftar panjang lintasan ada yang 50 meter, 100 meter, sampai 200 meter. Oh iya ada juga gaya estafet dan gaya ganti perorangan."

Standar. Turnamen renang memang biasanya begitu.

Di tengah penjalasan Farhan yang panjang, pandangan Sacha tiba-tiba meremang. Entah sejak kapan Sacha merasa sakit pada kepalanya. Mungkin itulah penyebab tidak bersemangatnya Sacha hari ini. Sacha sampai menaruh tangannya di dahi, memastikan bahwa suhu tubuhnya baik-baik saja.

"Cha, lo sakit?" Suara Ine menyadarkan lamunan Sacha. "Muka lo pucet."

Sacha menoleh dan mendapati tatapan khawatir dari Ine. "Gue baik-baik aja, Ne. Kecapean doang nih kayaknya." Sacha berusaha mengulas senyumnya.

"Gue bakalan bahas masalah strategi." Suara Farhan kembali mengambil fokus Sacha. "Kalau anggota yang paling jago di kita ditempatin di cabang renang yang banyak pesertanya, saingannya bakalan banyak. Itu pasti. Semacam gaya dada atau bebas 50 meter, itu bakalan banyak banget yang ikutan.

"Beda sama kalau kita ngincer gaya renang yang jarang orang bisa. Punggung sama gaya kupu-kupu 200 meter misal, itu yang biasanya jarang. Cuman orang yang jago renang banget yang biasanya nguasain itu.

"So, gue mau kalian semua daftar dulu masukin nama kalian di mading sana," Farhan menunjuk papan putih kusam yang ada di dekat pintu masuk kolam, "terus nanti bakal diadain seleksi tanding kecil-kecilan di sini buat nentuin siapa yang bakalan gue tempatin di gaya punggung sama kupu-kupu 200 meter itu. Itu yang bakal gue andelin banget buat jadi juara."

Sacha melirik ke arah Malki yang terpaut dua orang dari tempat Sacha berdiri. Malki sedang melipat lengannya dengan tatapan tenang. Malki kamu harus ikut. Kamu paling hebat masalah renang. Kamu pasti bisa. Semoga kamu menang ya, Ki. Segala doa dan dukungan Sacha lantunkan untuk Malki di dalam hatinya. Karena tindakan yang paling baik saat menyukai seseorang adalah dengan sering mendoakannya.

"Oke Guys, segitu aja pengumuman dari gue. Silakan latihan lagi. Jangan lupa daftar ya. Kalo ada yang ditanyain langsung ke gue aja."

Semua orang perlahan bubar. Desas-desus semakin kencang juga terdengar. Ada yang saling mengajak untuk daftar bersama, ada juga yang membahas siapa saja kira-kira anak klub yang akan menjadi peserta andalan.

Mata Sacha masih bertahan ke arah Malki dilengkapi ulasan senyum di bibir saat Malki menoleh ke arah Sacha dengan tiba-tiba. Malki menyadari Sacha memerhatikannya. Tertangkap basah seperti itu Sacha malah senang. Ia semakin melemparkan senyuman lebarnya ke arah Malki, yang nyatanya dibalas Malki dengan tak acuh, berpaling ketus.

"Sacha," panggil Jovan dari arah berlawanan.

Sacha menoleh dan mendapati Jovan sudah berdiri tepat di sampingnya. "Jovan," ujar Sacha membalas panggilan Jovan.

"Kalau aku nekat ikutan daftar, menurut kamu gimana?"

Sacha diam sebentar kemudian menjawab, "Bisa banget. Jovan kan jago renangnya."

"Kamu mau dukung aku gak buat turnamen kali ini?"

Sacha menilik sebentar ke arah Malki yang masih berdiri di tempat yang sama bersama Jono dan Irfan. "Aku dukung semua anak klub kok. Kalo ada yang menang kan banggain klub kita juga." Sacha berusaha tersenyum lebar ke arah Jovan.

Jovan mengacak-acak rambut Sacha. "Kalau gitu nanti kamu temenin aku latihan ya Cha."

Sacha tidak dapat memungkiri kalau fokusnya saat ini tidak sepenuhnya pada Jovan. Entahlah. Ada perasaan tidak enak tersendiri dalam hati Sacha saat ia harus mengobrol sedekat ini dengan Jovan dengan keadaan Malki berada tak jauh dari mereka, yang sudah pasti dapat mendengar percakapannya. Padahal Sacha tahu, dia bukan siapa-siapanya Malki.

"Sacha?" Pertanyaan Jovan membuyarkan lamunan Sacha.

"I-iya Van?"

Jovan tersenyum lembut. "Mau temenin aku kan kalo latihan?"

Sacha menghela napas lemah. "Iya, aku temenin ya nanti," ujar Sacha pada akhirnya.

Tanpa mereka sadari, Malki di sana sedang bertahan melihat ke arah mereka dalam diam tanpa ekspresi, dengan raut wajah yang sangat sulit terbaca.

     

---------------

part 9, yeha!

next part:

Sacha mencoba menguatkan pijakannya. "Tapi ... aku gak bisa terima keputusan kamu, Ki." Ucapan Sacha melemah saat kepalanya terasa semakin berat. "Aku tahu kamu seneng renang...," Sacha memegang tangan Malki lagi. "Aku...."

**

INFO: aku mau kasih tau kalau ide cerita ini terinspirasi dari salah satu kasus di Detektif Conan, serial manga dan anime detektif dari Jepang kesukaan aku. untuk credit, rencana aku kasih di ending, biar enggak spoiler.

Q: loh? kasus yang mana? volume berapa? --- A: nah kasus mananya sementara ini r a h a s i a, karena aku enggak mau jadinya spoiler.

Q: kasus conan biasanya seputar kejahatan ya? di sini juga dong? --- A: jujur, di sana kasusnya pembunuhan dengan latar roman. di sini gak ada pembunuhan sama sekali kok. ini bukan cerita misteri. aku cuman ambil ide romannya aja.

Q: sama persis? --- A: premis ceritanya beda, alurnya beda, bahkan plotnya juga beda. bisa nanti dibuktikan kalau udah tamat hehe





Splash [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang