11| Semangat Malki

46.1K 5K 380
                                    

Sacha suka aroma tubuh itu.

Masih dengan mata terpejam, Sacha yakin kalau bau yang ia cium sejak tadi merupakan bau minyak wangi seseorang. Aroma yang tidak terlalu kuat namun meninggalkan bekas nyaman tersendiri untuknya. Butuh beberapa menit untuk Sacha menyadari posisinya sekarang. Seseorang masih menggendong tubuhnya yang mungil, artinya Sacha sedang bertahan memeluk orang itu dari belakang.

Sacha masih bisa sempat tersenyum sebentar meskipun cenat-cenut di kepalanya belum juga pergi. "Ki?" tanya Sacha lemah dengan tangan masih melingkar di bahu Malki.

Awalnya tak ada jawaban apapun, sampai akhirnya Sacha mendengar, "Masih setengah jalan lagi buat nyampe. Tahan." Suara Malki terdengar biasa saja, tanpa ada ketus sama sekali.

Untung kosan Sacha dekat dengan kampus. Sacha ingat, Malki pernah sekali terpaksa ke kosan Sacha untuk mengantar dirinya yang pulang kemalaman. Alasan apalagi kalau bukan karena acara klub? Ada Malam Keakraban di klub waktu itu dan Farhan sebagai penganggung jawab anggota meminta Malki mengantar Sacha.

"Ki...," Sacha menempelkan pipinya ke bahu kanan Malki, "ikut ... turnamen ya," pinta Sacha dengan suara kecil, nyaris tidak terdengar. Sembari menunggu jawaban Malki, Sacha mengeratkan kedua lengannya yang bertautan di bawah leher Malki. "Ki...," panggil Sacha lagi.

"Lo apaan sih? Lagi sakit masih aja sempet ngurusin turnamen." Suara Malki sedikit meninggi. "Udah, sembuh aja dulu."

Sacha mengubah posisi wajahnya. Sekarang hidung Sacha yang sudah menempel ke bahu Malki, menggantikan pipinyan tadi. "Aku gak bisa tenang kalau kamu kayak gitu," ujar Sacha dengan sedikit mengerang karena merasakan lagi nyeri di kepalanya. "Bukannya salah satu mimpi besar kamu itu buat jadi perenang hebat?"

Langkah Malki terhenti. Beberapa waktu berlalu untuk Sacha menunggu reaksi Malki. Sacha sudah tidak peduli dengan angin malam yang merasuk punggungnya sejak tadi. Jangankan angin, rasa sakit kepala saja tidak ia hiraukan. Sacha hanya ingin mendengar jawaban baik dari mulut Malki.

"Hmm."

"Apa Ki?" tanya Sacha karena suara Malki hanya terdengar samar.

"Iya," Malki menghela napas sebentar. "gue ikut."

Refleks, Sacha memeluk Malki lebih erat dan menempelkan kembali pipi itu di bahu Malki. Semangat, Malki. Aku bakal terus dukung kamu, kok. Sacha berujar dalam hati sembari mengulas lebih lebar senyum manis di wajahnya.

***

     

"Sacha kok dateng? Bukannya istirahat aja di rumah."

Sacha tersenyum menjawab saran itu dari Ine. "Gapapa kok, Ne. Pengin liat aja sesi babak penyisihan pertama di klub kita." Sacha mengeratkan jaket pada tubuhnya.

Ine duduk di sebelah Sacha. "Sekarang giliran gaya punggung ya yang diseleksi?"

Sacha tersenyum dan mengangguk.

Dari bangku samping kolam itu, Sacha melihat Jovan berjalan ke arahnya sembari tersenyum. Jovan sudah bertelanjang dada dan bercelana renang. Ia berjalan sembari memasangkan topi renang ke kepalanya. "Sacha!" panggil Jovan cukup keras. Sacha menduga suara Jovan yang menggema itu bisa terdengar bahkan sampai ke seluruh penjuru kolam.

Sacha hanya bisa melambaikan tangannya sembari tersenyum tipis.

"Kamu kuat?" tanya Jovan di langkah terakhirnya, tepat di depan Sacha. Jovan memegang sebentar pipi, dahi, lalu berakhir ke puncak kepala Sacha. "Makasih ya udah dateng liat aku di babak penyisihan." Jovan tersenyum senang. "Padahal lagi anget gitu."

Sacha memegang tangan Jovan itu lalu melepaskannya perlahan dari kepala. "Iya. Sana kamu pemanasan dulu."

Jovan memasangkan kacamata renangnya ke kepala lalu menempelkan lingkaran bagian mata ke dahinya. "Semangatin aku ya, Cha! Gaya puggung aku harus bagus!" Jovan terlihat sangat bersemangat.

Diam-diam, Ine yang ada di samping Sacha bertahan dengan senyuman di bibirnya. Ada bahan gosip baru. Sacha sedeket itu sama Jovan. Begitulah dalam benak Ine. Berbeda dengan Ine yang mengulas senyumnya, Malki yang ada di sisi kolam bagian sebrang sedang melihat ke arah mereka dengan tatapan datar.

***

     

Priiit! BYUUUR!

Ada enam anggota yang baru saja menendang kakinya dari sandaran sisi kolam lalu bergerak mudur, mengepak kaki dan tangannya bergantian. Mereka berenang gaya punggung, menahan posisi tubuh agar tetap tegak dengan kepala menghadap ke atas demi menghirup udara bebas.

Di antara enam anggota itu, ada dua orang yang majunya jauh lebih dulu dari yang lain. Perenang yang unggul ke dua itu terlihat berenang dengan kasar, kalah rapi dengan perenang pertama yang bergerak lebih mendahuluinya. Ketara sekali kalau dia terburu-buru, entah karena berenang dengan rasa kesal atau karena apa.

Priiit

Perenang pertama menang tanpa disela.

"Wooo, Jovan keren banget njir!" seru Jono yang sejak tadi tegang melihat pertandingan.

Malki yang harus menelan fakta bahwa dirinya hanya di posisi ke dua itu baru saja tiba dan mengeluarkan kepalanya dari kolam. Ada rasa sebal yang sangat terlihat dari wajah Malki atas kekalahannya.

Jovan naik ke tepian kolam dan langsung tersenyum senang. Berjalan ke arah Sacha ia lakukan sembari menunduk-nundukkan badannya ke arah sekitar, mengucapkan terima kasih atas teriakan selamat yang banyak dilontarkan anggota lain. "Cha, tadi liat gak?" tanya Jovan sudah tiba di depan Sacha.

Sacha terpaksa tersenyum atas bahagia yang sedang Jovan rasakan. "Keren, Van." Sacha mengangkat jempolnya.

Semua tidak ada yang tahu kalau Malki yang masih di dalam kolam sedang mengepal tangannya kuat-kuat.

     

---------------

part 11, yeay~

Oh iya, seperti di Nira dan Dunia Kana, aku akan mendedikasikan part selanjutnya untuk pembaca yang memberikan komentar paling berkesan xD aw kutunggu ya komen ya komen ya hehe

***

next part:

Drrrt drrrt

Fai menoleh saat mendapati ponsel Malki bergetar di sampingnya. "Sacha nelpon tuh."

"Paling marahin gue yang tadi kabur latihan," Malki menjawab tanpa melihat ponselnya sedikit pun, seolah sudah mempunyai perkiraan kalau Sacha akan mencari dirinya dalam waktu dekat.




Splash [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang