6| Gerah

48.5K 6.2K 857
                                    

Satu ... dua ... satu ... dua....

Para perenang yang masih lengkap dengan kaos dan celana olahraganya berlarian mengelilingi tepian kolam sambil berhitung. Rapi, semuanya menyusuri jalan secara disiplin. Untuk apa lagi kalau bukan untuk pemanasan? Ini masih pagi, masih cukup banyak waktu untuk mereka nanti menikmati air kolam yang terlihat sangat jernih dan segar itu.

"Ki, tumben. Lo kok gak telat lagi?" tanya Irfan di sela larinya.

Jono yang ada di depan Malki agak menoleh ke belakang. "Telat salah, gak telat juga salah ya Fan?" Sindiran Jono membuat Malki cekikikan tanpa suara.

"Lah kan gue cuman nanya. Malki akhir-akhir ini jadi sering ogah-ogahan latihannya." Irfan berlari menyusul Malki hanya demi menoyor lengan Jono, yang kemudian dibalas dengan tepukan keras dari Jono ke pipi Irfan.

"Mumpung gak ada Sacha." Malki akhirnya ikut bersuara.

Jono dan Irfan memperlambat larinya demi menunggu Malki agar beriringan. "Pasti mau kepo ya?" tanya Malki sambil terkekeh melihat ekespresi transparan kedua temannya itu.

Irfan memaparkan wajah seriusnya seraya bertanya, "Lo mau cerita?"

"Nah," Jono menambahkan.

Malki mencoba menarik napasnya lama, kemudian menghembuskan cepat. "Cerita apaan?"

"Noh. Lo itu ada masalah apa sih sama si Macan?" Pertanyaan Irfan didukung oleh Jono melalui anggukan. "Gue tau banget lo gak akan sejutek itu tanpa alesan, Ki. Pasti ada sesuatu kan di antara kalian?"

Jangan harap Malki akan menjawab serius pertanyaan itu. Ia sekarang malah tertawa. "Cie kepooo." Malki melihat bergantian Jono dan Irfan yang dahinya sama-sama bertautan. "Elaaah. Lo pada jangan serius amat gitu lah. Itu mukanya tambah jelek. Pantes aja jombs."

"Kampret, lo bawa-bawa kata jomblo sekali lagi gue gorok deh." Jono menyikut lengan Malki, sedangkan Irfan hanya bergerutu ringan. Malki sendiri sudah tertawa melihat kedua temannya yang sekarang menjadi sebal itu.

"Itu lucu banget Vaaan," tawa Sacha terdengar nyaring, membuat Malki, Jono, dan Irfan yang berada tak jauh darinya langsung fokus melirik. Terlihatlah Sacha sedang tertawa bersama Jovan. Mereka berdua baru masuk ke tempat renang ini.

"Kamu sih aneh-aneh aja, masa bunda kamu sms pake nomor temennya disangka sms mama minta pulsa?" Jovan mengacak-acak pelan puncak kepala Sacha sembari tertawa.

Lari Malki melambat hingga tertinggal beberapa langkah oleh Jono dan Irfan. Tawa Malki tadi sudah hilang entah ke mana. Sekarang tergantikan dengan ekspresi datar dengan rasa sebal yang cukup terlihat jelas. Entah kenapa mood Malki mendadak jadi buruk seketika.

"Cha!" Jono dan Irfan memanggil Sacha seraya mengangkat tangannya.

Sacha menoleh dan membalas lambaian tangan Jono dan Irfan. Beberapa detik kemudian dirinya tampak heran saat mendapati Malki yang juga ikut berlari di sana. "Malkiii!" teriak Sacha bersemangat. Sacha langsung berlari mendekati Malki, kemudian mengekor di sampingnya.

"Pergi sana!" seru Malki saat Sacha baru saja datang.

Diusir mentah-mentah seperti itu, Sacha malah tersenyum girang. "Aku seneng banget kamu latihan bareng yang lain lagi," ujar Sacha sambil berlari. "Seneeeng banget."

Malki melotot tajam ke arah Sacha. "Kalo lo ngikutin gue, gue pulang nih!"

Diperlakukan seperti itu, gerakan Sacha perlahan melambat. Sacha akhirnya membiarkan Malki pergi dengan menyisakan rasa sakit di dadanya.

***

Malki mengusap-usap kepalanya yang basah dengan handuk. Latihan yang cukup melelahkan. Entah kenapa pagi ini Malki semangat sekali. Ada perasaan kesal di hatinya yang membuat Malki semakin produktif. Malki memang begitu. Semakin dia kesal, semakin banyak pula tenaga yang ia lampiaskan untuk berenang. Berenang seperti cara tepat untuk melarikan diri.

"Jovan, jangan semprot ke sini."

Malki menoleh ke suara itu lalu mendapati Sacha sedang tertawa-tawa karena Jovan menciprat-cipratkan air keran ke arahnya.

"Hayoloh basah. Hayoloh." Jovan jailnya semakin menjadi sampai-sampai membuat Sacha mundur perlahan.

Malki mengeratkan pegangan tangannya pada handuk. Meremas pelan handuk itu demi menahan perasaan tak suka yang entah kenapa semakin menjadi. Apalagi saat melihat Sacha yang sekarang sedang cekikikan di sana dengan girangnya.

"Jangan ke sini ih," rengek Sacha dengan tangannya yang disilangkan, berusaha melindungi bajunya agar tidak basah. "Jovan, jangan ciprat-cipraaat!"

BRAK! BYUUUR!

Sacha terjatuh. Baru saja dirinya menabrak bapak pembersih kolam yang sedang memanggul ember berisi air di bahu. Begitulah akibatnya karena Sacha tidak berhati-hati. Bagian atas Sacha, termasuk kepala, juga wajah, sekarang sudah sangat basah.

"Aduh Neng, aduh." Bapak pembersih kolam itu terlihat panik. Tampak dirinya ingin mengelap wajah Sacha namun apa daya lap yang sedang ia pegang itu merupakan lap kotor bekas ngepel.

"I-iya Pak. Duh maaf ya Pak. Saya tadi gak liat ada Bapak." Sacha basah kuyup, badannya sudah pasti terasa dingin dan mulai menggigil. Wajar saja. Bandung memang sedang dingin hari ini, apalagi ini masih pagi.

"Cha! Kamu gak papa?" tanya Jovan yang juga ikut panik. "Aku bawain dulu handuk ya. Kamu tunggu dulu."

Jovan baru saja akan melangkah meninggalkan Sacha saat tiba-tiba Sacha merasakan ada handuk menutupi wajahnya. Seseorang mengelap lembut wajah Sacha. Bergerak pelan menyeka wajah itu sampai naik ke bagian rambut. Sampai akhirnya Sacha bisa melihat dan menyadari kalau di sana ada dia.

Malki mengelap kepala Sacha.

--------------

part 6, yeay!

udah mulai kerasa ada manis-manisnya belom? xD

sebelum next part, tinggalin vote sama komen dulu yaaa, makasih *kiss



Splash [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang