10| Sacha Ambruk

44.5K 5.2K 343
                                    

"Bang Mus, gue pesen nasi ayam satu ya." Jono berteriak.

Irfan ikut mengangkat tanganya. "Gue juga Bang. Gue dada ya ayamnya."

"Siap, Bos!" Bang Mus, penjual ayam goreng di kantin bagian timur itu terkenal seantero kampus. Banyak sekali pelanggan dari abang-abang yang satu ini, termasuk Irfan, Jono, dan juga Malki. "Bos Malki kagak makan Bos?" teriak bang Mus dari gerobaknya.

"Mau deh Bang, paha ya."

Bang Mus tersenyum. "Sip. Minumnya semua es teh manis aja ya kayak biasa," tambahnya yang dibalas anggukan oleh ketiga mahasiswa itu.

Sementara menunggu pesanan datang, ketiganya duduk di salah satu meja paling samping yang letaknya dekat dengan pohon mangga. Angin Bandung terasa sejuk sekali hari ini. Sampai-sampai beberapa kali menerbangkan helaian rambut pendek Malki yang kecokelatan itu.

"Ki, lo udah jelas dong ya mau daftar gaya kupu-kupu sama punggung?" Irfan memulai percakapan di antara ketiganya.

"Gue gaya bebas aja ah 50 meter. Terakhir aja cuman berapa menit. Ah, gue sih yang penting ikut partisipasi doang." Jono menyambar jawaban.

"Gue gak nanya lo, bego!" Tangan Irfan sudah menoyor kepala Jono ringan, membuat Malki terkekeh pelan melihat Jono yang kesakitan.

"Ayamnya Bos ayamnya."

Saat bang Mus mengantarkan pesanan makanan, ketiganya mengucapkan terima kasih dan setelah bang Mus itu pergi, Malki kembali menatap dua teman di hadapannya itu. "Gue ambil gaya dada 50 meter aja," ujar Malki ringan sembari menarik satu piring berisi nasi dan paha ayam goreng.

Kedua temannya itu langsung menoleh dengan tatapan sangat serius dan kaget tidak percaya. Seolah Malki baru saja memutuskan hal penting seperti akan berhenti kuliah.

"Lo gak lagi becanda kan?" Mata Irfan membulat perlahan.

Malki mangangkat kedua bahunya ringan. "Gue males ikutan turnamen."

Jono merengut. "Serius males?"

Malki mengunyah makanan di mulutnya, menelan, kemudian kembali menjawab, "Udah banyak atlit kita yang sekarang jago. Udah banyak yang bisa lebih diandelin dibanding gue." Ada rasa acuh tak acuh ikut keluar bersamaan jawaban itu. Malki seolah tidak peduli, sampai berani impuslif tanpa pikir panjang terlebih dahulu.

Irfan menyedot teh manis di depannya sebentar. "Lo harus pikirin itu baik-baik, Ki. Bukannya lo seneng banget sama renang? Yang gue tau, renang itu udah kayak hidup lo."

"Lo takut kalah apa gimana?" Santai dan tanpa beban, Jono berceletuk ringan.

Malki menghela napas. "Sekali gak ikut, gue gak ikut. Gue cukup ikut gaya dada aja. Berpartisipasi doang kayak kalian."

Jawaban tegas itu dapat menghentikan niat Jono, maupun Irfan, untuk protes atau melawan. Keduanya tak bisa apa-apa selain saling bertukar pandang dengan raut wajah menyesal.

***

     

Sacha mengelap keringat di dahinya sebentar. "Kenapa Ki? Jawab! Kenapa Irfan sama Jono sampe bisa ngadu gitu ke aku?!" Ada nada menyesal dalam suara Sacha. "Kenapa kamu gak serius ikut turnamen?"

Malki terus berjalan tanpa peduli dengan rengekan itu.

"Jangan pergi dulu!" seru Sacha menarik lengan Malki, membuat Malki menghentikan langkahnya dan berdecak kecal.

"Apaan sih? Lepasin tangan gue!" Malki menarik lengannya kasar dari jari-jari kecil Sacha.

Sacha kembali mendaratkan pegangannya. "Gak! Jawab dulu!" Suara teriakan Sacha tadi terdengar menggema ke segala penjuru gedung renang ini. Sudah pukul delapan malam. Sudah tidak ada orang lain lagi selain mereka. Sacha yang tahu Malki terbiasa latihan sendirian malam-malam itu, tadi tiba-tiba saja datang. Sacha mengamuk begitu mendapati Malki baru keluar ruang ganti.

"Gak ada urusannya sama lo! Gak usah bawel ngurusin hidup gue!" Malki lagi-lagi menarik tangannya paksa, membuat Sacha sedikit terhentak ke belakang.

Sacha mencoba menguatkan pijakannya. "Tapi ... aku gak bisa terima keputusan kamu, Ki." Ucapan Sacha melemah saat kepalanya terasa semakin berat. "Aku tahu kamu seneng renang...," Sacha memegang tangan Malki lagi. "Aku...."

Malki geram. "Kenapa sih lo ikut campur banget sama urusan gue?"

Sacha memijit pelipisnya. "Kalau kamu suka, bahkan seneng sama renang, kenapa harus berhenti? Kenapa harus nyerah? Kenapa kamu gak berusaha dulu? Kamu cuman perlu kasih kemampuan terbaik kamu, kerahin semua yang bisa kamu lakuin. Gak usah liat gimana orang lain."

"Lo ... gak usah sok jadi orang yang paling ngerti gimana gue!" Tegas dan ketus, Malki menanggapi ucapan Sacha.

Sacha menguatkan cengkramannya pada lengan Malki. "Kenapa sih kamu harus gitu terus?" Suara Sacha semakin melemah. "Kalau kamu gini terus...," Sacha merasa kepalanya seperti berputar. "aku bisa...." Ucapan Sacha terhenti mendadak. Mata Sacha menutup kuat-kuat, sibuk menahan denyutan kepalanya.

Mendapati ucapan Sacha yang menggantung, Malki menoleh. "Lo kalo capek ngadepin gue ya berhenti aja. Kalo lo sakit hati sama gue, sakit kepala ngomong sama gue, ya udah. Pergi aja. Gak usah peduli sama gue lagi!"

BRUK

Sacha jatuh.

Malki yang kaget langsung mengerjap-ngerjapkan matanya. "Cha, lo kenapa?" tanya Malki sembari berjongkok melihat keadaan Sacha. Sacha terlihat begitu lemas. Napasnya naik-turun dengan cepat.

"Ki...," panggil Sacha lemah. "pusing."

Telapak tangan Malki menjulur memeriksa dahi Sacha. Panas. Dahi itu sudah sangat panas. "Cha lo sakit?" tanya Malki panik. Tanpa menunggu jawaban Sacha, tangan Malki sudah sibuk bergerak memposisikan tubuh Sacha ke belakang badannya. "Sini naik, gue gendong. Jangan pingsan dulu!" teriak Malki.

Malki menggendong Sacha di punggungnya.

    

---------------

part 10, yeay!

buat yang kepo ini bakal sampe part berapa, jawabannya masih banyak haha, ini bahkan belum setengahnya. pelan pelan aja kita geraknya ya, gapapa pendek yang penting konsisten tiap update xD

next part:

"Ki...," Sacha menempelkan pipinya ke bahu kanan Malki, "ikut ... turnamen ya," pinta Sacha dengan suara kecil, nyaris tidak terdengar. Sembari menunggu jawaban Malki, Sacha mengeratkan kedua lengannya yang bertautan di bawah leher Malki. "Ki...," panggil Sacha lagi.

"Lo apaan sih? Lagi sakit masih aja sempet ngurusin turnamen." Suara Malki sedikit meninggi. "Udah, sembuh aja dulu."




Splash [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang