13| Tunggu Dulu

41.7K 5.3K 477
                                        

"Mau jam berapa datengnya?" Sacha mengelap keringat di pelipisnya.

"Anterin aja ke gedung renang ntar gue bawa."

"Gak mau." Tegas, Sacha menolak. "Aku maunya kasih langsung dan itu harus hari ini."

Terdengar decakan malas dari sebrang telepon. "Gue masih di himpunan. Masih ada acara."

"Pokoknya harus ke sini."

"Tunggu dulu aja."

Sacha menghela napasnya. Harus berapa lama lagi Sacha menunggu sendirian duduk di tempat parkir ini? Angin sore yang terlalu kencang terasa menerpa tubuhnya yang hanya berbalut kaos tipis. Satu hal kebodohan Sacha hari ini, ia lupa membawa jaket.

.

Satu jam kemudian

.

"Malki," Sacha menghela napasnya sebentar, "aku udah nunggu sejam! Kamu kok tega sih?!"

"Tunggu dulu."

Punggung tangan Sacha menyingkirkan keringat yang ternyata sudah banyak membanjiri dahinya. Sacha lupa belum minum obat demamnya lagi. Baru saja panasnya turun tadi pagi, Sacha sudah nekat datang ke kampus. Selain karena Sacha tidak rela ketinggalan kuis hari ini, ia juga ingin sekali memberikan benda yang ada di atas pahanya itu pada Malki.

.

Setengah jam kemudian

.

"Kiii," teriak Sacha lagi setelah yakin panggilan di ponselnya sudah terhubung. "Aku nyusul ke sekre himpunan kamu aja, gimana?"

"Gak. Gak ada nyusul-nyusulan. Tunggu dulu."

"Aku pegel nunggu terus di parkiran." Sacha mengigit bibirnya sendiri.

"Lo bawa apaan sih? Segitu pentingnya ya sampe keras kepala banget pengin ngasih sekarang?" Malki terdengar menahan geramannya.

"Udah cepet ke sini aja." Napas Sacha melemah. Nyeri di kepalanya sudah merenggut lebih dari setengah fokus Sacha. Sacha memijit-mijit pelan dahinya. "B-bentaran ... doang," Seperti dihantam batu besar, tiba-tiba kepala Sacha semakin nyut-nyutan, "kok ..., Ki." Suara Sacha hampir hilang.

"Iya, iya gue nanti ke sana. Tunggu dulu."

.

Lima menit kemudian

.

"Lo ganggu banget sumpah! Gue kan bilang tunggu dul—"

"Halo? Ini temannya kakak yang punya hape ini ya? Ini kakaknya pingsan." Laki-laki yang sedang lewat ini segera memanggil nomor terakhir yang dihubungi oleh ponsel Sacha, setelah memapah Sacha ke selasar gedung terdekat. Siapa yang akan menyangka kalau dirinya akan menemui seorang perempuan terbaring pingsan di parkiran yang sepi?

***

    

Malki memeras kuat handuk yang baru saja ia celupkan ke baskom kecil berisi air hangat. Mengipas-kipaskan handuk itu Malki lakukan dengan pelan, demi menghabiskan tetesan yang tersisa. Malki melipat sekali handuknya sebelum dilampirkan pada dahi Sacha. Seusai menidurkan Sacha di ranjangnya tadi, Malki memilih berlari sebentar ke minimarket terdekat kosan Sacha, saking bingungnya mau mencari handuk di mana.

Splash [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang