Miika mengetuk-ngetukkan jemarinya ke meja kantin di depannya, mengikuti irama lagu dari ponselnya yang tersambung dengan headset di telinganya. Empat sekawan yang duduk semeja dengannya hanya bisa geleng-geleng kepala melihat gadis itu. Waktu jam istirahat seperti ini memang sering dihabiskan dengan nongkrong di kantin oleh para murid, dan mereka berlima termasuk dari dari murid-murid itu.
" Kamu nggak pesan makanan?" tanya Gean tak enak. Pasalnya murid baru itu hanya menemani mereka makan tanpa memesan apa-apa. Hanya ada segelas jus jeruk di depannya.
Miika tersenyum, " aku sedang malas makan. Nggak perlu sungkan, makan saja," sahutnya enteng. Mengetahui maksud pertanyaan Gean.
" Kamu mau nyoba makananku?" Gean menawarkan, dia takut kalau nanti Miika sakit perut atau apa karena tidak makan siang.
Miika tertawa melihat raut muka Gean yang menyodorkan semangkuk bakso miliknya ke hadapannya.
" Ya ampun, Ge. Makan saja, aku tidak akan kenapa-kenapa hanya karena nggak makan siang, biasanya aku juga jarang makan siang hari."
Gean hendak protes, ingin menceramahi Miika tentang pentingnya makan siang, namun sudah keburu disela oleh gadis itu yang sepertinya tahu apa yang akan Gean katakan.
" Makan, Ge. Keburu bel masuk lho..."
Dan Gean hanya bisa merengut sebal. Ia menarik mangkuknya kembali dan mulai melahapnya dengan cepat, tidak peduli keempat orang di sekelilingnya menertawakan sikapnya.
" Eh, Miika. Selama ini aku selalu melihatmu pakai baju berkerah tinggi. Apa kamu nggak gerah? Di sini kan cukup panas," tiba-tiba Karina bertanya. Sebenarnya ia sudah ingin menanyakan hal ini sejak kemarin pada Miika, tapi belum sempat.
Seragam di SMA Excellent terdiri dari setelan blazer dan celana panjang untuk cowok dan blazer plus rok sedikit di atas lutut untuk cewek. Untuk pakaian atasan yang dikenakan murid, pihak sekolah hanya memberi syarat tidak boleh bergambar dan harus sopan, jadi siswa bisa bebas memilih pakaian atasan mereka sendiri. Dan seperti yang dikatakan Karina, sekarang Miika mengenakan kemeja dengan kerah tinggi berwarna hitam, sangat cocok dengan blazer sekolahnya yang berwarna abu-abu gelap.
Miika tersenyum pada Karina yang duduk di depannya menatapnya penuh ingin tahu, menunggu jawaban darinya.
" Aku lebih suka pakai yang seperti ini, jadi aku nggak merasa kepanasan atau bagaimana. Lagipula ini kemeja pemberian bibiku, jadi kan aku harus memakainya," jawabnya seraya tersenyum. Karina manggut-manggut mendengar jawaban gadis itu.
Altara memiringkan kepala, dia juga ingin sekali menanyakan sesuatu pada Miika, penasaran dengan beberapa hal tentang gadis itu. Mungkin dia sudah tertular virus penasaran dari Gean.
" Em... Miika, kalau boleh tahu, selama ini kamu hanya bercerita tentang paman dan bibimu, memangnya dimana orang tuamu?" sedetik kemudian, Altara merutuki dirinya sendiri, merasa bahwa dirinya terlalu ikut campur urusan pribadi teman barunya itu.
Miika menyadari perubahan raut muka Altara yang tampak menyesal. Dia tahu kalau temannya itu merasa tidak nyaman karena sudah bertanya seperti itu. Miika tersenyum menenangkan.
" Nggak masalah kok Al, kamu tanya seperti itu. Orang tuaku sudah meninggal sejak aku berusia 9 tahun karena sebuah insiden, dan setelah itu aku dibawa pamanku ke USA, asal kalian tahu, pamanku itu asli orang sana. Dia adalah adik angkat ibuku." Miika menerangkan, raut wajahnya tenang dan tidak menunjukkan kesedihan.
" Maaf," gumam Altara, yang disambut anggukan oleh Miika.
" Jadi, kamu tinggal bersama siapa di sini?" tanya Gean mengalihkan topik, dia mencoba mencairkan keadaan canggung yang terjadi di meja mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dragon
ActionAku telah tersesat jauh dari jalan yang seharusnya. Dan aku putuskan untuk kembali. Mencoba mencari tujuan awal dan alasan mengapa aku ada di sini. Aku bukan lagi iblis seperti yang mereka katakan, namun aku hanyalah setan kecil yang mencoba mencapa...