Pagi ini, Gean bersama 3 temannya sudah berada di dalam mobil Gean. Keempatnya tampak sangat bersemangat. Berbeda dengan Arinka yang sudah berada di mobilnya sendirian yang memasang wajah jengkel setengah mati.
Seharusnya pagi ini Arinka memuaskan diri untuk tiduran, mengingat nanti dia ada shift malam di rumah sakit. Namun pagi indahnya dirusak oleh dua keponakan bawelnya, siapa lagi kalau bukan Gean dan Aira. Keduanya bahkan sudah mengusik tidur Arinka sejak jam 6, hanya untuk meminta sang tante mengantarkan mereka ke rumah Miika.
Sebenarnya Arinka sudah memberi alamatnya pada Gean, tapi karena memang dasarnya usil, mereka tetap merengek minta ditunjukkan jalannya. Padahal rumah Miika tidak sampai keluar kota. Mereka beralasan dengan alasan yang sangat tidak masuk akal menurut Arinka.
" Kata Miika, Kakak kan harus menunjukkan jalannya pada kami."
Itu alasan aneh dari Gean. Lain lagi dengan komentar konyol Aira.
" Kak, nanti kalau Gean nyetir kesasar gimana?"
Dan karena tidak mau bertambah pusing memikirkan keponakannya, ia akhirnya memutuskan untuk mengantar mereka. Dengan syarat,mereka tidak numpang di mobilnya.
Arinka menghela napas, lalu menatap jam tangannya. Masih pukul 8. Namun Gean dan teman-temannya sepertinya sudah tidak sabar menuju rumah Miika. Dan Arinka hanya bisa mendengus kesal saat mengingat dirinya selalu mengalah pada dua bocah itu.
Dua mobil itu sampai di depan rumah yang di kelilingi pagar tembok. Tidak terlalu tinggi, tapi cukup menghalangi pandangan orang-orang yang berada di luar pagar untuk menengok ke dalam. Mobil Arinka berhenti tepat di depan gerbang, selang beberapa detik, gerbang berwarna hitam itu terbuka otomatis.
" Jadi ini benar rumah Miika," gumam Aira. Mengingat saat beberapa waktu lalu mereka mengikuti Mika setelah pulang sekolah.
Mobil Arinka masuk ke halaman rumah, diikuti mobil Gean di belakangnya. Tanpa canggung, Arinka melajukan mobilnya ke arah bangunan di dekat taman dengan rolling door yang setengah terbuka. Gean mengikuti arah pergi sang tante. Dan ia hanya bisa melotot tak percaya saat mereka masuk ke bangunan itu. Garasi yang terlalu luas dari ukuran sewajarnya.
Altara melompat keluar dari mobil. Matanya berbinar melihat mobil-mobil yang berjejer di garasi luas itu. Ada 3 motor sport yang juga tampak mencolok, diparkir terpisah di dekat sebuah pintu.
" Hey, jangan menyentuhnya."
Arinka menegur Gean yang tengah mengamati sebuah mobil sport berwarna merah.
" Ini semua punya Miika?" tanyanya takjub.
" Tentu saja. Tapi ada beberapa yang bukan miliknya. Seperti jeep itu, itu punya Farren."
Arinka menunjuk jeep hitam yang dilihat Gean di halaman rumahnya tadi malam.
" Lalu, mobil hitam itu punya Adler."
Arinka menghampiri satu mobil yang terparkir di samping mobilnya.
" Sisanya, semua milik Miika," lanjutnya. Ia mengedarkan pandangan ke sekelilingnya.
" Ah, sudahlah. Ayo kita masuk," ajaknya kemudian.
Arinka melangkah duluan, diikuti empat sekawan di belakangnya. Lagi-lagi mereka takjub. Halaman rumah Miika yang sangat luas itu dihiasi dengan berbagai macam tanaman serta air mancur di tengahnya. Sejenak Gean berhenti di tempatnya, memperhatikan halaman rumah itu dengan seksama. Kagum dengan pemandangan yang tadi sempat terlewat saat ia masih berada di dalam mobil.
Mereka berjalan menuju sebuah bangunan yang sebenarnya tampak lebih dari sekedar rumah itu.
" Empat lantai?" gumam Karina sambil mendongakkan tatapan. Bangunan di depannya itu terkesan tegas seperti bangunan kantor. Sedikit kontras dengan taman di depannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dragon
ActionAku telah tersesat jauh dari jalan yang seharusnya. Dan aku putuskan untuk kembali. Mencoba mencari tujuan awal dan alasan mengapa aku ada di sini. Aku bukan lagi iblis seperti yang mereka katakan, namun aku hanyalah setan kecil yang mencoba mencapa...