Suara ketukan pintu kembali terdengar. Entah sudah yang keberapa kali. Miika mengerjapkan matanya sejenak, masih sedikit berat untuk bangun dari tempat tidur." Miikaa..... Bangun." Sekali lagi pintunya diketuk. Miika mendengus pelan.
" Miikaaa...." Ah, ternyata tidak cuma satu orang yang membangunkannya, karena sekarang terdengar suara lain yang memanggilnya.
" Miikaaa...."
Nah, suara cempreng milik Aira kini mengusik gendang telinganya. Dengan kasar ia menyibakkan selimutnya, lalu turun dari ranjang dengan sempoyongan.
" Berisik sekali sih...." Ia menggerutu sambil membuka pintu kamarnya lebar-lebar. Didapatinya empat temannya tersenyum lebar di depan pintu.
" Ya ampun Miika..... Cuci muka sana.."
Karina mendorong bahu Miika agar masuk kembali ke kamar. Miika hanya menurut sambil menggerutu pelan.
" Kami tunggu di bawah. Kak Adler sudah bikin sarapan..."
Miika tidak memikirkan teriakan Aira, dia bergegas menuju kamar mandi dan menggosok gigi.
Semalam mereka menghabiskan waktu untuk mendengarkan keseluruhan cerita Miika. Dan Miika sekarang merasa lelah setelah berbicara seharian kemarin hanya untuk menceritakan masa lalunya pada keempat temannya itu. Rahangnya bahkan terasa kaku sekarang. Mungkin jika tadi malam ia terus melanjutkan sampai larut sekarang rahangnya sudah bergeser dan tidak sejajar lagi. Untungnya tadi malam dia bisa beralasan capek pada teman-temannya itu.
Miika berjalan menuju ruang makan dengan sedikit enggan. Matanya masih berat walaupun dia sudah mencuci mukanya berkali-kali.
" Wah... Kalian hebat sekali, bisa membuat Ryuu bangun. Kalian tahu, sebelumnya dia tidak pernah bangun jika dibangunkan orang lain. Dia akan bangun tidur sendiri kalau dia sudah merasa cukup. Dan ini pertama kali dia bisa bangun karena teriakan orang..." Adler bertepuk tangan melihat Miika duduk di meja makan pagi ini. Miika meliriknya sekilas, lalu berusaha tidak peduli dengan olokan Adler. Karena memang kenyataannya begitu. Dia tidak pernah bangun kalau dibangunkan, dia selalu bangun tidur sendiri sesuai waktu yang sudah ia tentukan saat ia beranjak tidur. Dan ya, ini memang pertama kalinya.
Saat enam orang di ruang makan asyik menikmati sarapan, tiba-tiba terdengar suara bel pintu.
" Siapa?" tanya Miika. Adler mengedikkan bahunya tidak tahu.
" Biasanya kalau Farren langsung masuk, mungkin orang lain."
Miika bergegas menuju ruang depan untuk membuka pintu. Matanya melotot melihat siapa yang datang pagi-pagi ke rumahnya.
" Kenapa kau masih di sini? Bukannya kau harusnya sudah kembali ke Korea?"
Park Jinso menampakkan cengiran lebarnya saat melihat wajah Miika terkejut di depannya. Pemuda berwajah Asia itu mengenakan celana jeans warna hitam dan kaos panjang berwarna abu-abu. Simple tapi cukup rapi untuk dandanan pagi hari seperti ini. Ia melapisi kaos yang dipakainya dengan jaket kulit hitam dan mengenakan sepatu sport putih di kakinya.
" Ayolah Ryuu. Kau tidak mengundang tamu tampanmu ini untuk masuk? Aku lapar sekali." Ia merajuk. Miika semakin melotot mendengar perkataan Jinso.
" Kau pikir ini restoran? Kalaupun rumahku ini restoran aku tidak akan menerima tamu sepertimu. Pergi sana. Kenapa kau selalu menggangguku sih?" Miika nyaris menjerit marah menanggapi pemuda bermata sipit itu.
" Siapa sih, kenapa kamu berteriak?"
Adler datang untuk melihat apa yang terjadi saat mendengar Miika menjerit marah dengan menggunakan bahasa Inggris. Dan dia seketika meloloskan dengusan melihat pemuda di depannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dragon
ActionAku telah tersesat jauh dari jalan yang seharusnya. Dan aku putuskan untuk kembali. Mencoba mencari tujuan awal dan alasan mengapa aku ada di sini. Aku bukan lagi iblis seperti yang mereka katakan, namun aku hanyalah setan kecil yang mencoba mencapa...