Dua Puluh Tujuh

549 51 1
                                    


-- Yap. Part ini masih menceritakan tentang Miika yang sedang melawan Jeanny dan anak buahnya. Selamat membaca...
.
.
.
.
-_-_-_-_-

" Apa peraturannya?" tanya Michael yang masih berada di belakang Miika. Pria itu masih menggenggam pistol di tangannya.

" Lukai, tapi jangan sampai mati."

Michael terkekeh mendengar jawaban Miika. Tidak boleh membunuh mereka? Pasti gadis itu bercanda!

" Aku serius, Michael. Aku tak punya rencana membunuh mereka. Kalaupun membunuh, mungkin hanya satu orang yang akan jadi papan tembakku."

Michael terdiam saat mendengar kalimat dingin dari Miika. Gadis itu berubah. Dia bukan orang yang dulu dikenalnya. Orang yang selalu berambisi dengan genangan darah.

" Apa yang kalian bicarakan?" hardik Jeanny kesal. Ia merasa diabaikan oleh dua orang yang tengah berdiri berjarak beberapa meter dari tempatnya.

" Bukan apa-apa." Miika menyahut pendek. Ia mengamati penampilan Jeanny dari atas ke bawah, seakan sedang menilai. Lalu tatapannya terjatuh pada telapak kanan Jeanny yang memegang sesuatu. Membuatnya mengerutkan kening ingin tahu.

" Apa itu?" tanyanya.

Jeanny yang seolah tahu apa yang dimaksud Miika tersenyum sinis.

" Aku membiarkan kalian terus berbicara sejak tadi, kamu pikir aku diam saja?" tanyanya meremehkan. Dengan santai ia menunjukkan benda yang digenggamnya.

Benda pipih hitam dengan satu tombol berwarna merah.

" Kamu tahu, Michael? Sejak awal aku tak pernah benar-benar percaya padamu. Kamu pikir aku bodoh? Ayolah, kamu hanya bocah yang tak tahu apa-apa. Dan kalian tahu? Aku sudah menekan tombol ini sejak beberapa menit yang lalu. Jadi persiapkan dirimu.

" Dan, Youren Miika. Kamu hanya punya dua pilihan. Kamu yang mati di sini, atau kita mati bersama." Jeanny berujar penuh kemenangan. Ia menjatuhkan benda yang ada di tangannya, lalu menginjaknya hingga hancur.

" Jadi, kita mulai dari mana?" tanya Jeanny setengah mengejek.

Michael menggeram tertahan. Namun Miika sama sekali tidak terpancing. Raut wajahnya masih tidak terbaca.

" Aku tidak akan pernah memilih salah satunya, Jeanny. Karena aku akan keluar dari sini. Mungkin kamu akan membuat pilihan ketiga? Kamu yang mati dan aku yang pergi. Bukankah itu sangat menarik?"

Ganti Jeanny yang menggeram. Tangannya terkepal erat di sisi tubuh. Sepasang matanya menatap marah pada Miika yang masih tampak santai di depannya.

"Aarghh ..."

Miika menoleh saat mendengar erangan kesakitan dari belakangnya. Tampak salah seorang anak buah Jeanny berada di belakang Michael dan menahan tangannya ke balik punggungnya. Bagaimana bisa Michael kalah dengan orang itu?

Miika tak berpikir lama, waktunya terbatas sebelum ledakan dari bom yang sudah dipasang Jeanny terjadi. Dia harus bisa keluar dari sini apapun yang terjadi.

Dengan gesit, Miika menerjang beberapa orang berpakaian hitam yang berdiri melindungi Jeanny.

" Aku takkan melepasmu."

" Aku juga. Dan sudah waktunya, aku serius menghadapimu." Jeanny membalas seraya menyeringai.

Miika terus saja melawan orang-orang Jeanny. Sesekali ia mengalihkan perhatiannya pada Michael yang juga berusaha melawan beberapa orang yang mengepungnya. Mereka cukup kuat untuk ukuran bodyguard, dan Miika yakin Jeanny sudah mempersiapkan hal ini jauh-jauh hari.

DragonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang