Sebelas

770 52 0
                                    


Ryuu sudah menginjak usia 14 tahun dan akan bertambah beberapa bulan ke depan. Adler masih sering menunjukkan kebenciannya pada bocah itu, meski tidak segencar saat awal-awal pertemuan mereka. Dia sudah bisa sedikit menerima Ryuu karena kemampuannya yang memang tidak diragukan lagi. Ia bahkan bisa menempatkan diri di manapun posisi yang dibutuhkan squadnya saat bertugas. Dia pernah menjadi sniper, juga pernah ditugaskan menyamar untuk menangkap buronan, dan semua tugas yang dilakukannya, semuanya selesai dengan hasil yang memuaskan. Hal itulah yang menyebabkan Adler sedikit banyak mau diajak bekerjasama dengannya, meskipun kadang mereka berselisih pendapat dalam beberapa hal.

" Kelompok pengedar narkoba yang kasusnya akan kuserahkan ke FBI, mereka mau membuat negosiasi."

Adler mendatangi Raymond Smith, anak dari Jayden Smith yang juga menjadi pimpinan Black Squad.

Ruangan yang digunakan sebagai tempat rapat squad tampak sepi. Di sana hanya ada Raymond yang tengah sibuk meneliti berkas di sebuah meja kerja, dan Ryuu yang asyik memainkan gadget di tangannya. Ryuu yang awalnya tidak peduli dengan kehadiran Adler di depannya dengan cepat mendongakkan kepala saat mendengar perkataan pria kaukasian itu. Ia menatap Adler dengan sorot mata menyelidik.

" Benarkah?"

Pertanyaan yang menunjukkan ketidak percayaan Ryuu membuatnya tersulut emosi. Ia menggertakkan giginya.

" Tentu saja. Mereka mau menandatangani perjanjian damai dan akan menyerahkan diri pada polisi tanpa perlawanan."

" Dan kau percaya?" potong Ryuu, sekarang tatapannya berubah meremehkan.

Adler menggeram marah, lalu mendengus setelah mampu mengontrol emosinya. Dia tahu kalau bocah yang tengah duduk berselonjor di sofa di depannya itu tengah menguji kesabarannya.

" Dimana tempatnya?" tanya Ryuu kemudian.

Raymond yang sejak tadi diam kini menatap Ryuu bingung. Mengapa bocah itu menanyakan tempatnya?

" Apa urusanmu? Aku sendiri yang akan ke sana dan menyelesaikan semuanya. Jangan ikut campur," sergah Adler ketus. Ia menatap Ryuu sengit.

Raymond mendesah, " katakan saja tempatnya, Adler."

" Four Season Hotel, jum'at pukul 10 malam. Dan ingat, aku yang akan menyelesaikan ini sendiri. Dan aku berani bertaruh, jika aku gagal dalam hal ini, kau bisa mengeluarkanku dari tim."

Raymond mengernyit tak suka. Dia benar-benar tahu seberapa buruknya hubungan dua orang di depannya itu.

" Aku tidak akan menyuruhmu keluar, Adler. Aku hanya ingin kau bisa bersikap sedikit baik pada orang lain. Kami hanya mengkhawatirkanmu," ujar Raymond tenang.

Adler tidak menghiraukan ucapan Raymond, ia segera keluar ruangan dengan menyisakan suara bantingan pintu. Membuat Raymond hanya bisa menggelengkan kepalanya.

" Keras kepala sekali."

-_-_-_-_-

Pimpinan kelompok penyelundup sekaligus pengedar narkoba itu kabur di tengah janji pertemuan mereka. Ia beralasan pergi sebentar untuk menemui seorang rekannya. Namun adler tidak tinggal diam, sesaat setelah sadar dia sedang dibohongi, ia segera menyusul keluar gedung, dan melihat mereka kabur menggunakan mobil. Ia segera menuju basement dan mengambil mobilnya yang diparkir di sana. Ia segera memacu mobilnya dengan kecepataan tinggi.

Adler sudah hampir kehilangan jejak mereka, saat tiba-tiba ponselnya berdering. Tanpa melihat ID caller yang tertera, ia segera mengangkat panggilan yang sudah memecah konsentrasinya itu.

-" Hagan."-

Panggilan itu. Suara itu. Adler mendengus. Ia tahu, siapa yang meneleponnya dengan suara memperingatkan dan memanggilnya dengan Hagan. Ryuuzaki.

DragonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang