Tujuh Belas

682 51 4
                                    


Radith membaca sekali lagi pesan Miika yang menunjukkan tempat keberadaan Gerald. Gadis itu sudah mendapatkannya. Pagi tadi, dia mendapat surat izin penggeledahan pabrik farmasi milik Gerald. Dia dan beberapa polisi menemukan barang bukti yang pernah dikirimkan oleh Miika dalam bentuk foto beberapa waktu lalu. Pihak perusahaan tidak punya kesempatan menyembunyikan barang bukti karena tak menduga akan ada penggeledahan mendadak di area pabrik. Beberapa karyawan ditahan sebagai saksi untuk kasus ini.

Entah apa yang direncanakan Gerald, saat mengetahui bahwa polisi telah menggeledah tempatnya, ia berniat kabur ke luar kota, dan Radith menyadari hal itu. Dia menghubungi Miika hanya untuk mengabarkan situasi saja, namun nyatanya malah gadis itu yang turun sendiri untuk mencari Gerald.

Malam yang semakin larut dan lampu remang-remang di jalanan sepi itu membuat Radith menyipitkan mata mengamati sekitarnya. Matanya melebar saat melihat sebuah mobil berhenti di tepi jalan yang sedikit gelap.

" Berhenti."

Seorang polisi yang menyetir mobilnya mengangguk, menepikan mobilnya ke arah yang ditunjuk Radith.

Radith melongo saat melihat dua orang dalam keadaan tidak sadarkan diri dengan borgol yang mengunci tangan mereka dengan kaca spion di kedua sisi mobil. Bagaimana bisa dia membiarkan keduanya terborgol di sini? Ya Tuhan. Radith benar-benar tidak habis pikir dengan perbuatan gadis itu.

Sebelum Radith berusaha merusak borgol yang mengunci tangan orang yang pingsan di depannya menggunakan pistol, tiba-tiba ponsel yang ada di saku jasnya bergetar. Radith merogoh sakunya dan mendapati satu pesan masuk dari Miika.

-Kunci borgolnya ada di bemper mobil, tertempel pakai permen karet-

Mata Radith melotot membaca pesan Miika. Ya Tuhan, apalagi ini?! Gadis itu benar-benar gila.

Radith menggelengkan kepalanya pasrah. Ia menghampiri bagian belakang mobil, dan benar saja, kunci borgol itu memang di sana tepat seperti pesan Miika tadi. Dan pria detektif itu hanya bisa menghela napas pendek melihat perbuatan Miika.

-_-_-_-_-

" Ada perlu apa anda meminta bertemu?" Miika menatap Radith penuh tanya. Tadi pagi, Radith mengiriminya pesan bahwa dia ingin bertemu dengan Miika sepulang gadis itu dari sekolah. Jadi di sinilah mereka, cafe tempat mereka bertemu sebelumnya.

Radith meletakkan dua buah borgol ke atas meja dan mendorongnya tepat ke depan Miika.

" Ini milikmu, kan?"

Miika tak menjawab, kini matanya menatap Radith serius.

" Aku menginterogasi mereka. Mereka bilang seorang pemuda mengejar mereka dan mengaku sebagai Youren...."

" Itu memang aku," potong Miika cepat. Dia sudah bisa menebak arah pembicaraan detektif muda itu.

" Kenapa kamu berpenampilan pria lagi? Setelah sebelumnya kamu juga menyamar saat memberikan paket padaku..."

" Sebenarnya aku ada pertemuan dengan seorang temanku, dan aku terbiasa berpenampilan seperti itu. Aku tidak berniat menyamar tadi malam."

Radith mengangguk paham. Dia percaya perkataan Miika meskipun sebenarnya dia tahu bahwa ada yang disembunyikan oleh gadis itu.

" Lalu...."

Miika mendongak, menunggu Radith melanjutkan perkataannya yang menggantung.

" Kenapa di borgol itu tidak ada sidik jarinya sama sekali? Seharusnya di sana ada sidik jarimu, kan?"

Radith benar-benar menjebak. Batin Miika menggerutu. Haish, pria itu terlalu teliti.

" Jadi, anda penasaran dengan sidik jariku ya? Maaf, tapi aku tidak bisa sembarangan meninggalkan sidik jari di berbagai tempat." Miika memasang wajah datar. Dengan tenang ia menyesap kopi pesanannya.

DragonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang