Enam Belas

672 45 4
                                    


" Dia sudah mulai mengejar target keduanya, Nyonya."

Hening. Rumah megah dengan gaya classic itu tampak kosong. Tidak ada tanda-tanda seorang penghuni di sana. Di sebuah ruangan luas mirip sebuah perpustakaan, dengan rak-rak buku yang menjulang tinggi, terlihat seorang wanita tengah duduk di sebuah kursi, berhadapan dengan sebuah meja kerja berlapis kaca di atasnya.

" Biarkan saja, kita tunggu sampai dia mendekati target ketiga."
Wanita itu menjawab perkataan seorang pria yang tengah berdiri tak jauh dari mejanya. Pria berjaket kulit cokelat.

" Kenapa dia menjadikan orang itu sebagai target ketiga? Bukankah akan lebih mudah kalau dia menjadikannya target pertama?" pria bertubuh tegap itu mengemukakan pendapat.

" Entahlah, aku tidak peduli dengan hal itu. Bahkan aku merasa beruntung karena dia akan menyingkirkan semua orang itu. Dengan begitu, hanya akulah yang akan mendapatkan harta peninggalan Raiden. Harta terakhirnya. Kalaupun aku harus membunuh gadis kecil itu untuk jalan terakhir, maka aku akan melakukannya. Kamu sudah menemukan tempat persembunyiannya, kan?" tanya wanita berpenampilan mewah itu. Dengan usianya yang sudah melewati angka 40, dia masih tampak segar dan cantik.

" Ya. Tapi kendalanya, dia tidak tinggal sendirian di sana. Ada 3 orang lain. Dan semuanya laki-laki."

" Kamu dapat identitasnya?"

Pria itu mengangguk. Lalu menyerahkan berkas yang ada di tangannya.

" Aku mendapat identitas dua orang, yang seorang aku belum mendapatkannya. Aku mengenal dua orang itu."

" Kamu mengenalnya?"

" Ya, Nyonya. Mereka berdua juga berada di akademi yang sama denganku. Dan keduanya punya intelejensi tinggi. Adler Hagan, dia mantan anggota Black Squad sebelumnya, dia pernah menjadi anggota termuda dan terkuat di kelompoknya, sekarang dia memegang jabatan direktur dari Eme building, dan menjadi tangan kanan gadis itu. Yang kedua, Farren Adrian, dia dulu anggota White Squad, ahli dalam bidang teknologi, dan dia juga pernah menjadi agen FBI, dia sekarang bekerja di Badan Intelijen."

Dahi wanita itu berkerut dalam. Berpikir.

" Sekuat itu? Lalu, siapa satu orang yang lain?"

" Aku belum bisa memastikannya. Dia tidak pernah keluar dari markas gadis itu. Dia hanya keluar jika gadis itu berada di rumah. Kalau gadis itu sedang berada di area luar rumah, laki-laki itu tidak pernah keluar. Mungkin bisa dibilang dia adalah penjaga rumah besar yang menjadi markas mereka."

Pria berjaket cokelat itu menerangkan.

" Baiklah. Biarkan saja dulu mereka. Dan Mike, tetap awasi pergerakan gadis itu. Kuperintahkan kamu untuk menyelidikinya sendiri. Mengerti?!"

Pria itu mengangguk. Mata hitamnya berkilat penuh keyakinan. Memberikan kepercayaan pada wanita itu bahwa ia akan menjalankan tugasnya dengan sebaik-baiknya.

-_-_-_-_-

Miika memasuki sebuah ruangan. Masih berada di hotel Sunflower. Bagaimana bisa Raymond tahu kalau dirinya ada di sini? Ia mendengus pelan. Jengkel karena bisa-bisanya Raymond mengganggunya dengan memintanya bertemu tanpa pemberitahuan terlebih dahulu. Sangat tidak sopan. Aku kan sudah bukan bawahannya! Miika terus-terusan menggerutu dalam hati.

Ia mengedarkan pandangan. Ada beberapa orang di ruangan itu, dan Miika mengenal sebagiannya. Salah satunya adalah Elaine, seorang wanita yang juga anggota Black Squad sejak sebelum dirinya masuk ke kelompok itu, sama seperti Noe, pria berjas abu-abu yang memanggilnya tadi. Ada juga beberapa orang berjas formal yang tidak ia kenal berada di ruangan itu. Sepertinya mereka adalah anggota baru.

DragonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang