Sembilan

833 51 0
                                    


London, England

Sudah 3 hari Ryuu berada di London. Pagi tadi ia telah menyelesaikan rapat dengan beberapa petinggi perusahaan. Tubuhnya terasa lelah, namun ia masih enggan untuk memejamkan mata. Terdengar suara ketukan pintu, membuat Ryuu yang sedari tadi memandangi suasana kota London dari dinding kaca kamar hotelnya menoleh. Ia mendengus pelan, tahu siapa yang mengunjunginya malam-malam begini.

" Ada perlu apa kemari?" tanyanya langsung setelah membuka pintu.

" Kau tak ingin menyuruhku masuk dulu?" Jinso tersenyum miring, mengerling ke arah Ryuu yang masih berdiri di ambang pintu.

Ryuu sedikit menggeser tubuhnya, memberi jalan masuk untuk pria bermata sipit itu. Tanpa dipersilahkan, Jinso langsung menghempaskan tubuhnya ke sofa yang ada di dalam kamar.

" Aku dapat laporan, ada seorang buronan kabur."

Ryuu menaikkan sebelah alisnya.

" Lalu, apa urusannya denganku?"

" Buronan itu ada di London sekarang. Dan aku yakin kau mengenalnya. Bob Harold, buronan dari sindikat perdagangan ilegal yang pernah kau lumpuhkan 2 tahun yang lalu."

" Lalu?" tanya Ryuu tak acuh. Tentu saja dia tahu pria itu. Orang yang pernah dia serahkan ke polisi. Seperti yang dikatakan Jinso.

" Aku diminta untuk menghabisinya. Dan aku butuh bantuanmu."

Ryuu mengedikkan bahunya, wajahnya datar.

" Aku tidak peduli. Lakukan saja sendiri."

Pria kulit putih itu menatap Ryuu aneh.

" Kau benar-benar berhenti membunuh?" tanyanya.

" Bukan urusanmu."

Ryuu melangkah menuju kamar mandi.

" Dan kalau keperluanmu sudah selesai, silahkan keluar dari kamarku," lanjut Ryuu setengah berteriak. Sedangkan Jinso hanya bisa mendesah kesal.

" Mengusir seperti biasa," gumamnya, lalu melangkah keluar kamar hotel.

-_-_-_-_-

Suara dering ponsel membuat fokus Miika yang tengah menyetir mobil terpecah. Dilihatnya layar ponsel menunjukkan ID caller Gean. Ah, sudah 3 hari dia di London dan ia belum menghubungi teman-temannya sama sekali.

Miika meraih headsetnya, lalu mengangkat panggilan.

" Hallo?"

-" Miika, ini aku, Gean."-

" Haha. Aku tahu, bagaimana kabarmu, Ge?"

-" Aku baik-baik saja. Yang lain juga. Kamu sedang apa?"-

Miika memiringkan kepala, menatap sekilas ponselnya.

" Aku? Sedang menyetir."

" Ada perlu apa?"

-" Hmm? Tidak ada apa-apa. Aku hanya ingin meneleponmu."-

" Hahaha. Rindu, hmm?" goda Miika.

-" Hey. Yang benar saja."-

Gean berseru, setelahnya ia tertawa keras.

Miika masih fokus pada jalan yang ada di depannya, sesaat kemudian, ia melihat apa yang ia cari sejak tadi.

" Itu dia," gumamnya.

-" Ada apa, Miika?"-

Ah, Miika lupa kalau Gean masih menelepon.

DragonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang