Satu|Loker

9.2K 833 43
                                    

"Lo itu budek apa bego sih?" ujar Kira jengkel. Ia sedari tadi memanggilku, namun tidak kupedulikan. "Ngelamunin apaan emangnya? Aidan ya?" goda Kira, jengkelnya hilang sekejap.

"Kepo," jawabku singkat.

Tapi dalam hatiku, aku membenarkan ucapannya. Iya, aku masih memikirkan Aidan.

Kenapa kemarin ia berdiri di depan lokerku di saat koridor sudah mulai sepi? Aneh.

Padahal, lokerku kan jauh dari kelasnya, tidak mungkin karena kebetulan kan? Dan lagi, kalau alasannya ia kebetulan lewat pas mau pulang, hal itu tentu saja tidak mungkin karena pintu keluar dan segala macamnya ada di arah yang berlawanan.

Lalu apa alasannya?

Aku mengacak-ngacak rambutku sendiri.

***

"Lo mau ke mana?" tanya Kira bingung begitu melihatku berdiri dari kursi taman.

"Nyariin loker Aidan," jawabku ragu, mudah-mudahan Kira tidak akan meledek.

"Hah? Buat apaan?" tanyanya. di luar dugaanku, Kira tidak menggodaku, untung saja. Namun baru saja aku lega, cewek itu langsung berkata lagi, "Cieeee, mau nempelin surat cinta ya?" Kira tersenyum jahil, seakan minta ditabok lagi.

Terpkasa untuk menghindari salah paham, aku berhenti dan menceritakan tentang kejadian kemarin, kejadian sewaktu Aidan berdiri dan menatap lokerku lekat. Dengan alasan yang tidak begitu jelas.

Kira manggut-manggut. "Oh gitu ya," katanya kemudian. "Aneh banget, pasti ada alasannya dia ngelakuin itu. Jangan-jangan dia mau nyolong?" ucap Kira ngelantur.

"Makanya gue pengen cari alasannya, Kir! Kalau lokernya dekat dengan loker gue, berarti dia cuma kebetulan lewat, karena emang lokernya ada di sekitar situ," jelasku, "tapi kalau lokernya jauh, gue berhak curiga. Cuma pengen mastiin aja, abis gue udah penasaran banget."

Kira manggut-manggut lagi. "Kalau gitu cepetan! Nanti lo gak dapat kesempatan cari info!" serunya.

Aku segera mengangguk serius. Laku berlari ke arah koridor kelas sebelas.

Deg!

Jantungku berdegup begitu kulihat Aidan keluar dari kelasnya, berjalan santai sambil menenteng buku yang mungkin akan dimasukkan ke loker.

Dalam hati aku mengikik senang. Karena Aidan terlihat akan memasukkan buku-buku itu ke lokernya, jadi aku sisa mengikuti dan melihat tempatnya saja.

Ternyata aku masih punya keberuntungan juga.

Baru saja aku mau beraksi dan memacu degupku, cowok itu sudah membuka salah satu loker di depan kelasnya dan memasukkan bukunya ke dalam situ.

Hah?! Ternyata lokernya cuma sedekat itu dari kelasnya. Berseberangan saja.

Dan itu berartiT: lokasi lokerku jauh dari lokernya.

Dan itu memandakan, tidak ada alasan logis mengapa ia berdiri di depan lokerku. Dan hal ini semakin membuatku bingung dan penasaran.

Kulihat Aidan sudah pergi dari lokernya. Karena penasaran, aku melangkah mendekati loker Aidan. Kuperhatikan dengan saksama, tidak ada yang aneh.

Aku tidak sadar telah menggenggam gagang loker itu, ingin sekali aku membuka dan melihat isinya.

Apa Aidan itu rapi atau berantakan? Apa saja barang yang ia sukai? Aku menggenggam gagang loker itu dan mencoba menariknya.

Kadang, rasa penasaranku memang tidak selamanya berasal dari otak.

"Lo ngapain?" tanya suara itu tiba-tiba dengan nada datar.

DEG!

Jantungku berdegup kencang, perlahan aku berbalik dan terkesiap. Ketika melihat asal suara itu, mataku melotot horor.

"A-Aidan?" ucapku terbata, mendadak seluruh tubuhku menjadi kaku. Ini gawat, segera kulepaskan pegangan tanganku pada gagang lokernya.

"Lo pengen ngebuka loker gue ya?" tanya Aidan, matanya memberikan sorotan tajam penuh selidik.

Aku meneguk ludah, berusaha mencari alasan. Aku takut campur malu.

Sumpah! Aku tidak tahu harus berbuat apa.

Spontan, aku membalikkan badan dan berlari darinya. Iya, aku menghindar dengan cara ngacir sejauh mungkin, memalukan sekali!

Saat ini aku lebih ingin di telan bumi saja, mau diletakkan di mana wajahku di depan cowok yang kusukai?

Tidak, aku tidak mau muncul di depannya lagi!

Aku ngacir jauh-jauh, "Anya bego! Lo bego Anya!" Aku mengetuk kepalaku sendiri.

***

Aku tidak bisa menulis cerita, pikiranku terfokus pada satu hal yang membuatku meringis saat mengingatnya.

Untuk apa dia kembali ke lokernya? Bukankah tadi ia sudah pergi? Argh! Aku mengacak rambutku frustrasi.

Apa yang Aidan pikirkan tentangku sekarang? Cewek maling yang kurang handal?

Aku betul-betul tidak bisa muncul di depannya lagi, tidak akan.

"ANYA!" Suara teriakan itu membuyarkan lamunanku.
Kira yang entah dari mana datangnya tiba-tiba muncul di depanku.

"Anyaa! Ikut gue Anya! Ini penting banget, cepetan!" pekik Kira heboh.

"Lo kenapa sih, Kir? Duduk dulu kali." Aku terheran melihat tingkahnya yang mirip orang kesetanan.

"Yaelah! Enggak ada waktu! Cepetan ikut guee!" seru kira, ia buru-buru menyambar tanganku dan menggenggamnya erat. Aku terkesiap saat ia menarikku bangkit dari kursi.

"Eh, eh Kiraaa!" Aku berseru saat Kira mulai berlari. Dengan susah payah, aku menyamakan langkahku dengan langkahnya yang super cepat.

Sebenarnya ada apa sih?

Kami akhirnya sampai di depan mading, aku membungkuk dan memegang lututku dengan kedua tangan, sibuk mengatur napas yang tidak beraturan.

"Anya liat tuh! Di mading ada pembagian kelompok panitia acara 17-an!" Kira menunjuk-nunjuk salah satu artikel di mading.

"Hah? Trus kenapa?" tanyaku heran.

"Ih, Anya! Liat tuh nama elo ada di mana!" tunjuk Kira heboh.

Aku segera membaca artikel mading itu:

Panitia Lomba bidang dekorasi (Bagian spanduk) :
-Safanya Aluna
-Aidan Fardhika

Aku melotot horor untuk yang kedua kalinya.

Diam membeku, dan tak berkedip.

***

segitu dulu lah ya, next chap besok, so stay tune.
Sedikit informasi, satu chapter 'Sketcher's Secret" ini memang lumayan panjang
Terima kasih yang udah baca:3

Regards,
Lycha

Sketcher's SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang