Dear Penny,
Rasanya benar-benar melegakan ketika bercakap-cakap kepada seseorang lalu hal buruk di hari kemarin terasa seolah tidak pernah terjadi.***
(Better with the music from multimedia// Daughtry-Start of Something Good.)Aku duduk menghadap jendela, kamarku yang terletak di lantai dua ini membuatku bisa lebih leluasa melihat suasana di luar rumah. Aku sesekali memejamkan mata ketika angin kencang yang dingin menggelitik wajahku.
Di luar gelap dan buram, hujan belum reda sedari tadi siang sewaktu aku pulang dari sekolah bersama Aidan, malah bertambah kencang dan lebat. Juga disertai guntur dan petir.
Aku termenung, menopang dagu dengan lipatan tangan. Lalu mataku terfokus ke benda yang terletak rapi di atas karpet lembut. Benda itu adalah jas hujan dan sepatu plastik laki-laki yang baru kudapat sepulang sekolah tadi.
Itu milik Aidan, ia menitipkannya kepada Pak satpam untuk kemudian diberikan padaku. Aku tersenyum kecil begitu mengetahui Aidan yang tadi tidak memakai jas hujan dan sepatu, lalu ia basah terguyur hujan.
Otakku memutar kilas balik di mana Aidan mengucapkan kata-kata ketus karena melihatku memegang buku sketsanya, di mana Aidan hanya menatapku dingin dan kosong, moment di mana Grace telah memutarbalikkan semuanya.
Tidak mungkin Aidan memberikan jas hujan dan sepatunya itu tanpa alasan, kan? Lagipula mana mau ia basah kuyup untuk orang yang mengecewakannya?
Lalu untuk apa Aidan memberikannya?
***
Aidan's POV
Flashback
Aku menysuri koridor yang sudah sepi, sekarang sudah lewat dari jam pulang sekolah. Karena tadi sempat latihan basket bersama Thio dan anak-anak klub yang lain, aku jadi harus pulang terlambat.
"Gue duluan, ya! Keburu hujan deras. Motor lo udah diperbaiki, kan?" Thio menepuk bahuku, lalu ia berlalu bersama Varo.
Aku hanya menjitak belakang kepalanya sembari terkekeh.
Ces ... Ces ... Ces
Rintik-rintik hujan dari luar koridor mulai terdengar, aku mendekat ke arah jendela dan mulai menelusuri suasana luar.
"Gelap bener, bakalan hujan deras nih kayaknya," gumamku pelan. Aku melirik jam, empat lewat dua puluh menit.
Aku mempercepat langkah melewati koridor yang gelap, hari ini lampu tidak dinyalakan. Namun langkahku yang cepat berubah menjadi pelan begitu melewati kelas yang tidak asing. Kelas itu kosong, eh ralat, tidak kosong. Melainkan masih ada satu siswi yang kelihatan menyapu lantai dengan asalan.
Cewek itu kelihatan buru-buru, lalu selesai menyapu, ia melempar sapu itu ke pojok ruangan begitu saja. Menimbulkan suara gedebuk yang keras.
Dia⎯Anya, sedang membereskan barang-barangnya yang berhamburan di atas meja. Tak sadar, aku sudah memperhatikannya selama lima menit.
Aku menghela napas berat.
"Anya sakit waktu itu, dan dia malah milih lo ngejauhin dia daripada harus ngeretakin hubungan lo sama Grace."
![](https://img.wattpad.com/cover/57250349-288-k891178.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sketcher's Secret
Teen Fiction(Completed) Bagi orang-orang lain, Aidan itu; -Cakep -Suka musik dan basket -Agak pendiam -Suka bawa buku sketsa ke mana-mana Tapi bagi Anya, Aidan itu; -Tidak hanya cakep, tapi juga ramah dan punya senyum yang manis. -Tidak hanya sekedar suka...