Epilog

8K 427 57
                                    

--Epilog--
Anya, Aidan, Kira, dan Dino

***


Kirana Muthiara

Aku melangkah menyusuri koridor. Lalu seseorang menepuk bahuku.

Aku berbalik.

Anya berdiri di sana. Sahabatku dari TK itu beberapa bulan lalu pindah ke sini. Aku nyaris saja serangan jantung begitu melihatnya berdiri di panggung acara reuni SMA--jika aku saja sudah nyaris serangan jantung, mungkin Aidan sudah nyaris mati.

Oke, hentikan.

Anya tersenyum manis, rambut cokelat muda yang diujungnya sedikit di-ombre dengan warna yang lebih lembut miliknya dibiarkan terurai. Ini alasan mengapa Anya langsung terkenal di hari pertamanya--mungkin Bu Kantin juga tahu namanya--cewek itu cantik bukan main, suaranya juga sering mengisi radio kampus. 

Anya itu sudah berapa kali ditembak cowok. Padahal mereka sudah tahu kalau Anya punya pacar. Yah akhirnya cowok-cowok itu berakhir malang. Karena esok harinya mereka pasti selalu tinggal tulang dan dosa karena dihabisi pacar Anya.

Yah siapa lagi kalau bukan Aidan Fardhika Nathala. Kapten tim basket kampus yang rambutnya sewarna sama Anya.

Benar ya kata orang, jodoh itu mirip.

Kadang aku berpikir Aidan itu cowok yang beruntung karena punya Anya. Dan kalau dipikir-pikir lagi, Anya juga beruntung. Aidan itu jarang berinteraksi sama cewek-cewek padahal yang suka sama dia segudang. Tapi kalau Anya sudah ada di depannya, ia seperti es batu yang mencair.

Kenapa malah ngomongin Aidan sih.

Aku memperhatikan Anya, dari kemarin-kemarin ia selalu memegang lembaran kertas biru muda dan pensil di tangan. Lalu menulis sesuatu di atasnya. Entah apa itu, Anya langsung marah-marah kalau-kalau kertas-kertas itu disentuh.

"Itu apaan sih? Liat dikit napa," ucapku menyenggol siku Anya.

"Enggak." itu jawaban cewek itu. Singkat dan tidak jelas.

Aku menggerutu. Anya di mana-mana pokoknya belakangan ini selalu menouliskan sesuatu di kertas biru muda itu. Tidak di kelas, sambil jalan di koridor, makan di kantin, pokoknya di mana saja.

Belum sempat aku bicara lagi, seseorang tiba-tiba menyelusup di tengah-tengah kami.

Dari kakinya yang mengenakan high-heels pink terang saja, semua pasti tahu cewek itu siapa.

Siapa lagi kalau bukan Grace. Buntil alias bule centil.

"Hai, guys," ucapnya sok imut. "Gue pusing nih, besok Varo ultah dan gue gak tahu mau ngasih apa," nada suara Grace memelan.

Varo itu pacarnya Grace. Ketua klub renang. Ultahnya sama dengan ultah Grace. Cowok itu super tinggi sampai dipanggil tiang listrik berjalan oleh teman-teman sepermainannya--Aidan, Dino, Reza, dan--ehem--Thio.

"Kasih kue aja," ucap Anya simpel, matanya masih terarah pada kertas biru muda di tangannya. Pensil di tangan masih ia gerakkan.

Grace menggeleng. "Mainstream," katanya.

"Kasih Jaket aja." suara seseorang dari belakang mengagetkan kami bertiga. Kompak berbalik, kami melihat Jean berdiri di sana.

Sketcher's SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang