1 [REVISED]

30.7K 1.1K 77
                                    

Aku mengambil kuas chisel blender dan mop brush, masing-masing dua dan memasukkannya kedalam keranjang kecil ditanganku sebelum melangkah perlahan menuju rak berikutnya yang menyediakan berbagai macam cat warna.

Pandanganku bergerak ke berbagai arah, berusaha menangkap semua warna dan untuk tidak melewatkan warna yang sedang kubutuhkan. Aku menemukan warna floral white dan Electric indigo, tanpa ragu aku langsung mengambil beberapa untuk masing-masingnya dan memasukkannya ke dalam keranjang. Meski sudah mendapat barang-barang yang kubutuhkan, aku tidak langsung beranjak menuju kasir, melainkan tetap melihat-lihat koleksi warna yang ada. Aku menyadari adanya beberapa koleksi warna baru.

Aku sudah menjadi langganan di toko seni ini selama 8 tahun lamanya, tentu saja aku menyadari hal-hal kecil disini. Bahkan aku menyadari bahwa pemilik toko mengganti jenis tempelan harga dari sticker menjadi sebuah papan kayu kecil yang ditempelkan di tiap-tiap rak.

"Apakah kau sudah mendapatkan semuanya? Aku bosan," suara keluhan manja sampai di telingaku, membuatku terkejut dan menoleh ke samping kiriku.

"Astaga," Aku tertawa kecil. "Maafkan aku Jess, aku lupa bahwa aku memintamu menemaniku," aku meraih tangannya dan memeluknya manja.

Ia mengerang kesal. "Kau memaksaku keluar hanya untuk dilupakan?"

"Ah, bukan begitu maksudku. Aku hanya terlalu fokus saja," aku mengerucutkan bibirku dan menatapnya sememelas mungkin.

Ia tertawa dan mengambil sebuah botol kecil berwarna dark purple. "Kau berbelanja peralatan melukis sama dengan aku berbelanja bahan untuk koleksi pakaianku. Maka dari itu kau aku maafkan," ujarnya sambil menatapku dan melotot padaku.

Aku tersenyum senang dan menciumnya di pipi. "Kau memang sahabat terbaik! Ayo kita pergi dari sini sebelum kau mati bosan," aku menariknya menuju kasir.

"Halo, paman," Sapaku dengan riang pada pria tua berusia 68 tahun ini, Paman Lim. Ia adalah pemilik toko ini dan dia sangat ramah padaku.

"Taeyeon-ah, kau berbelanja sedikit hari ini," herannya sambil menandakan belanjaanku. Aku dapat mendengar gumaman Jessica tentang betapa banyak belanjaanku hari ini dan masih dibilang sedikit. Aku terkekeh.

"Iya, aku tidak ingin temanku menjadi arwah penunggu di tokomu. Dia akan sangat menganggu," candaku, membuat Jessica memukul bagian atas tangan kiriku. "Aku bercanda!" belaku sambil tertawa.

"Baiklah totalnya adalah 197.600 won," Paman Lim memberitahuku sambil memasukkan semuanya kedalam kantung kertas putih dengan logo tulisan L'Arte. Tidak lupa ia menyiapkan boks yang memiliki logo serupa untuk cat-cat warna yang kubeli sebelum turut memasukkannya kedalam kantung kertas. Aku menyerahkan kartu debitku dan menandatangani tanda buktinya. "Apakah kau sudah lihat koleksi warna ku yang terbaru? Aku mendapatkan supplier langsung dari Itali. Harganya memang lebih mahal tapi dapat kujamin kualitasnya lebih bagus dari cat yang lain," ia bercerita padaku dengan semangat.

Aku tersenyum lebar dan mengangguk dengan semangat. "Ya, aku sudah melihatnya. Warna-warnanya sangat cantik. Mungkin aku akan membelinya jika aku kemari lagi,"

"Aku akan memberikanmu satu paket, semua warna, dengan gratis jika kau mengirimkan ku lukisanmu lagi. Aku ingin memajangnya disana," tunjuknya pada satu spasi yang cukup besar di area belakang toko, tempat kanvas-kanvas berada.

Aku mengangguk. "Benarkah? Kalau begitu aku akan melukis untukmu. Negara apa yang kau inginkan kali ini?" tanyaku.

Paman Lim merupakan salah satu penggemar lukisanku. Aku baru mengetahuinya setelah 4 tahun aku berbelanja disini. Aku melihat lukisan sepasang mata milikku di tokonya, dan saat itulah ia mengungkapkan bahwa ia penggemarku. Dan semenjak itu aku selalu mengirimkan lukisan gratis dan diapun memberikan barang-barang spesial secara gratis sebagai balasannya.

I Met You On Our Wedding Day [BAHASA INDONESIA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang