40

11.8K 645 158
                                    


Taeyeon menatap nama anak kami dengan sendu. Byun Tae Hyun. Persis seperti yang kami inginkan. Kami menyatukan nama kami untuk menjadi namanya. Ia mengelus papan dimana nama Byun Tae Hyun tertulis.

"Apa yang terjadi?" tanyanya dengan suara pecah dan serak yang mungkin diakibatkan menangis tadi.

"Saat kami membawamu ke Unit Gawat Darurat, bayimu adalah hal pertama yang diperiksa. Darah mengalir di kakimu. Dokter bilang mereka harus segera mengeluarkannya dari perutmu untuk menyelematkanmu, atau bayinya. Tanpa berpikir aku langsung menerimanya, 'Ya, keluarkan sekarang.' Aku tahu jika kau sadar kau akan menyuruhku untuk menyelamatkan bayi kita tapi....aku memilih untuk menyelamatkanmu," aku menjelaskan padanya.

Ia memutar roda kursi rodanya dan berpindah ke sisi kanan incubator. "Lalu, apa yang terjadi padanya?" tanyanya sembari memandangi wajah anak kami yang tertidur pulas, dengan banyak kabel terpasang ditubuhnya.

Aku berdiri disampingnya dan berlutut. "Entahlah. Dokter bilang ia diracuni atau terkena obat-obat keras. Aku tidak tahu. Tapi sepertinya Yoona memasukkan obat-obatan kedalam makanan atau minumanmu selama ini. Dokter juga bilang bahwa terdapat kemungkinan bahwa Tae Hyun akan...terbelakang," aku mengakhirinya dengan berhati-hati.

Taeyeon tersenyum, namun aku melihat sebutir Kristal yang jatuh di pipinya. "Kau bahkan belum punya dosa, tapi kau sudah harus menanggung semua ini. Maafkan mama nak," bisiknya. "Tapi aku tidak peduli. Selama ia masih hidup, aku akan merawatnya dan melindunginya semampuku," lanutnya.

"Kau dengar mama? Kuatlah. Mama akan selalu disini untukmu," ucapnya pada anak kami melalui lubang kecl yang ada.

"Tapi ada kemungkinan ia akan bisa hidup seperti anak normal lainnya. Meski peluangnya kecil tapi tidak ada yang salah dari berharap," aku memberitahunya. Ia mengangguk padaku. "Sekarang ayo kembali ke ruanganmu. Kau memiliki hutang maaf pada ibumu," ujarku sambil berdiri dan berjalan ke belakangnya, memegang handle untuk mendorong kursi rodanya.

"Kita bertemu lagi nanti. Mama mencintaimu," bisiknya sebelum mengecup kaca incubator. Aku tersenyum melihatnya dan hatiku terasa hangat. Taeyeon menoleh keatas dan menatapku sambil tersenyum bahagia. "Ayo."

Author POV

17 tahun kemudian

"Ma! Aku berangkat!"

"Yah! Bawa bekal makan siangmu!"

"Biar Ha Yeon yang membawakannya untukku,"

"Yah, Byun Tae Hyun! Berhenti menyuruh-nyuruh adikmu! Seret kaki pemalasmu itu kemari dan ambil bekal makananmu," teriak Taeyeon pada anak sulungnya itu.

"Ya! Jangan menyuruh-nyuruhku!" Ha Yeon, anak keduanya yang baru berusia 16 tahun, tiba-tiba muncul dan mengambil kotak makan siangnya dari meja dapur. "Terima kasih ma," ucapnya, mengecup pipi Taeyeon.

Kakaknya yang baru melangkah memasuki dapur memutar matanya melihat hal itu.

"Dasar penjilat," ledeknya, mendapatkan pelototan dari kedua wanita tersebut.

"Tidak bisakah kau memberikan ibumu ciuman selamat pagi?" protes Taeyeon dan Tae Hyun berjalan kesisinya, menanamkan kecupan di kening ibu tercintanya.

"Mama sangat kecil," godanya yang berujung mendapatkan pukulan dari ibunya.

"Dia milikku anak muda. Carilah wanita kecilmu sendiri," timpal Baekhyun tiba-tiba sambil berjalan masuk ke dapur. Ia mengecup bibir Taeyeon dengan lembut. "Selamat pagi Taengoo," ucapnya dengan ceria.

"Pagi," balas Taeyeon tidak kalah ceria.

"Terkadang aku ingin muntah ketika kalian berciuman di depanku, tapi kadang aku sangat iri dengan kalian berdua. Kenapa aku dan pacarku tidak bisa seperti kalian?" Ha Yeon bergumam.

I Met You On Our Wedding Day [BAHASA INDONESIA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang