15

9K 593 30
                                    

Sudah dua minggu berlalu sejak peristiwa itu terjadi. Taeyeon masih menolak untuk makan dan bahkan tidak bisa tidur dengan tenang. Ia akan terbangun tengah malam dan berteriak histeris, mengatakan padaku untuk tidak menyentuhnya. Taeyeon juga tidak banyak berbicara, namun masih sedikit merespon jika aku menanyakan sesuatu, meskipun hanya anggukan atau gelengan kecil. Aku sunggu merasa sangat khawatir dengan keadaannya. Tubuhnya sangat kurus dan kulitnya menjadi putih pucat.

Ditambah lagi, aku masih belum menemukan si brengsek itu. Aku tidak tahu kemana perginya dia. Sedangkan Chanyeol, dia sudah mendapatkan pelajarannya.

"Taengoo, kau mau aku memanggil orang tuamu? Kurasa mereka berhak tahu tentang ini," tanyaku dan ia menggelengkan kepalanya.

"Jangan. Mereka akan khawatir dan aku harus menjalan terapi lagi," jawabnya. Untuk pertama kalinya ia berbicara dalam satu kalimat meskipun suaranya lirih dan lemah.

"Tapi kau butuh bantuan Tae," ucapku.

"Kalau begitu bantulah aku," jawabnya menatap mataku dalam. "Aku hanya butuh kau untuk membantuku melewati ini," ujarnya dengan senyuman lemah.

Meskipun hanya senyuman lemah, tapi aku sangat senang melihat senyumannya setelah melihat kondisinya yang terus murung selama dua minggu.

Aku membalas senyumannya dan mengusap pipinya. Aku mengecup lembut kening dan hidungnya. "Pasti. Aku akan membantumu bagaimanapun caranya. Aku sangat mencintaimu Taengoo," ucapku, mengecup bibirnya yang kering. "Tapi kumohon, lakukanlah apa yang kuminta. Aku tidak mau kau sakit. Kau harus makan. Kau terlihat seperti tengkorak hidup sekarang," aku mencoba bercanda dan untungnya ia tertawa meskipun terdengar sangat lemah.

"Akan kucoba Baekoong. Terima kasih," ia tersenyum. Aku mengecup keningnya lagi, dan sedikit lebih lama kali ini.

Fast Forward

3 November 2013

Hari ini adalah hari jadi pernikahan kami yang pertama. Taeyeon sudah jauh lebih laik sekarang. Ia mulai tersenyum, bicara, bercanda, tertawa dan bahkan sudah kembali mulai melukis. Ia makan dengan baik dan tidur dengan tenang, berat tubuhnya bertambah dan penampilannya sekarang sama persis ketika aku pertama kali bertemu dengannya.

Ya, seperti yang Jessica katakana terkadang Taeyeon akan menangis histeris dan bertingkah seperti aku akan memperkosanya tapi aku bisa menenangkannya. Entah dengan memeluknya erat atau bahkan jika aku sangat terpaksa, memberikannya obat penenang. Rasanya melegakan mengetahui bahwa Taeyeon pun berusaha semampunya untuk menjadi kembali dirinya sendiri dan berusaha untuk mengikuti apapun yang kuminta.

Untuk hari jadi kami, aku memberikannya sebuket mawar merah pagi ini, tepat setelah ia bangun. Tapi, aku tidak ingin hanya sesederhana itu. Aku ingin memberikan kenangan terbaik untuknya pada hari jadi pernikahan kami. Aku sudah merencanakan makan malam romantis di halaman belakang kami dan merahasiakan rencanaku darinya. Selain itu, aku juga memesan khusus sebuah kalung pada temanku yang merupakan desainer perhiasan hanya untuk Taeyeon.

Setelah apa yang telah ia lalui selama ini, kurasa ia pantas mendapatkan makan malam dan hadiah tersebut. Aku sudah meminta tolong pada Jessica untuk mengajak Taeyeon pergi seharian agar aku dapat mempersiapkan semuanya tanpa Taeyeon tahu.

"Kau yakin mengizinkan aku pergi dengan Sica? Maksudku, ini hari jadi pernikahan kita dan mungkin seharusnya kita menghabiskan waktu bersama," ujarnya sambil mengikat rambutnya menjadi kepangan yang sangat manis.

Aku tersenyum dan memeluknya dari belakang, mengecup bahunya. "Tentu saja. Kita bisa merayakannya nanti, pergilah. Jessica sedang membutuhkanmu. Kau tentu ingin dia meluncurkan koleksinya yang baru secepatnya kan?" tanyaku. Ia mengangguk. "Kalau begitu pergi dan bantulah dia. Jadilah modelnya, kau model yang terbaik untuknya," ucapku dan ia tersenyum.

I Met You On Our Wedding Day [BAHASA INDONESIA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang