32

4.9K 415 32
                                    

Baekhyun POV

Dimana dia?!

Aku berdiri di depan pintu rumah, menempelkan ponselku di telinga kanan. Aku pulang 4 jam yang lalu dan tidak melihat Taeyeon disudut manapun. Bahkan para pembantu tidak tahu kemana dan kapan ia pergi. Aku sudah mencarinya kesemua tempat yang mungkin ia datangi, bahkan butik Jessica. Tapi ia juga tidak disana. Aku melaporkan orang hilang kekantor polisi namun mereka menyuruhku untuk kembali setelah 24 jam. Bagaimana jika terjadi sesuatu pada istriku dalam waktu 24 jam?!

Sudah kutelepon dia berkali-kali namun tidak satupun diangkat olehnya. Dia tidak membalas semua pesanku. Ini sudah pukul 11 malam dan Taeyeon belum juga kembali.

Angkatlah, Taeyeon. Kau dimana?

"Damn it!"

Aku melempar ponselku ketanah dan terpecah. Baterainya terpisah dengan ponselnya dan seluruh layarnya retak.

Aku tidak peduli dengan ponselku. Aku bisa membeli yang baru. Yang aku pedulikan sekarang adalah istriku dan bagaimana aku bisa menghubunginya karena ponselku rusak. Benar-benar tidak mau menyala.

Tiba-tiba mataku terbutakan dengan dua cahaya yang masuk menuju parkiran mobil. Itu Taeyeon. Ia melangkah keluar dari mobil dan berjalan dengan ekspresi datar dan dingin menuju posisiku. Ekspresi yang belum pernah kulihat dari Taeyeon sebelumnya.

"Taengoo! Kau kemana saj-"

Aku merasakan rasa sakit yang tajam di pipi kiriku dan wajahku kini menghadap kearah kanan. Rasa sakitnya sangat menusuk.

Aku menoleh padanya. "Apa-apaan kau?" tanyaku. Aku sangat bingung dengan tindakannya barusan. Harusnya aku yang marah, bukan dia. Tapi kenapa Taeyeon yang terlihat marah dan menamparku?

"Itu pertanyaanku! Apa-apaan kau?!" teriaknya padaku, membuatku semakin bingung.

"Kau bicara apa?"

"Jangan pura-pura tidak tahu Baekhyun," balasnya dingin. Aku tahu bahwa Taeyeon sangat marah padaku karena ia biasanya memanggilku Baekoong. Tapi pertanyaannya adalah: mengapa?

"Dia sudah memberitahuku semuanya!"

"Siapa?"

"Yoona. Mengapa kau tega mengatakan hal itu padanya?! Tidakkah kau tahu kau menyakitinya?!" omel Taeyeon padaku.

Urgh, Yoona pasti sedang mencoba untuk memecah pernikahanku lagi.

"Apa yang dia katakan padamu?" tanyaku sambil memegang kedua bahunya dengan erat.

"Kau ingin aku mengulangnya? Baiklah!" Taeyeon menyingkirkan kedua tanganku dari bahunya.

"Dia bilang kau menyuruhnya untuk menjauh dariku karena kau sama sekali tidak percaya dengannya. Kau bilang kau akan membunuhnya jika ia satu langkah mendekat padaku. Dan coba tebak, aku pernah mendengar kata-kata itu sebelumnya," jelasnya sambil menaikkan alis dan melotot padaku.

"Kau bilang dia tidak pantas akan cintamu, akan cinta siapapun! Kau bilang dia terlalu tidak punya hati untuk tahu apa itu cinta! Kenapa kau tega mengatakan itu?!"

"Dan kau percaya padanya?"

Aku tidak percaya ini.

"Ya," jawabnya dengan tegas, menatapku dalam dan tajam.

"Taengoo! Apakah kau tidak ingat apa yang dia lakukan pada hubungan kita?! Bagaimana kau bisa percaya pada orang seperti itu? Buka matamu!" aku berusaha menyadarkannya. Suaraku menjadi sedikit lebih tinggi karena kekesalanku yang mulai meningkat.

"Aku ingat! Tapi dia menunjukkan padaku bahwa dia sudah berubah dan membuktikannya! Kaulah yang seharusnya membuka matamu!" balasnya.

Aku mengacak rambutku dengan frustrasi. "ARGH! BAYI ITU BAHKAN BUKAN ANAKKU! DIA BERBOHONG! DIA TIDAK HAMIL!" aku berteriak padanya.

Aku menatap matanya dan menyadari air mata yang mulai berlinang dimatanya. Rasa bersalah memenuhi diriku karena sudah membentaknya seperti itu.

"Dia tidak memalsukan kehamilannya," mulainya dengan lirih. "Aku melihat foto janinnya dan itu sungguhan, sama seperti yang aku miliki. Sangatlah kejam menuduh seorang gadis dengan hal seperti itu. Aku tidak percaya kau memiliki pikiran seperti ini," air mata mulai menetes dari matanya. Suaranya sangat lirih dan pelan dan aku bisa merasakan kekecewaan dari nadanya.

Taeyeon berbalik badan dan mulai berjalan menjauhiku, menuju mobilnya.

Aku berlari kecil untuk mengejarnya. "Kau mau kemana? Kau baru saja pulang," aku memegang pergelangan tangannya.

"Kembali ke rumah Yoona. Ia butuh seseorang untuk menemaninya setelah apa yang kau katakana padanya. Dan sekarang aku tahu alasan sebenarnya ia menangis terisak-isak seperti itu," jawabnya sambil melepaskan genggamanku darinya.

Aku memutar paksa badannya sehingga ia menghadap diriku. "Sudah kubilang jangan temui dia lagi!" omelku. Namun Taeyeon justru mendorongku.

"Tidak bisa. Aku temannya dan dia membutuhkanku sekarang. Aku harus meminta maaf atas perkataanmu padanya," ujarnya sambil berjalan pergi dan membuka pintu mobil.

"Kau masih tidak percaya denganku?!" tanyaku saat ia akan masuk kedalam mobil. Taeyeon berhenti dan terdiam. Tatapannya tertuju kearah tanah. "Taengoo, dia berbohong padamu dan memanfaatkanmu untuk menghancurkan hubungan kita. Jika kau terus menemuinya kau akan berada dalam masalah. Please, jika kau benar-benar mencintaiku, dengarkan aku," aku memohon padanya.

Taeyeon tetap terdiam disamping mobilnya.

"Aku mencintaimu," ia bersuara. "Tapi temanku benar-benar membutuhkanku sekarang," ujarnya sebelum masuk kedalam mobil. Ia menyalakan mesin dan langsung pergi melewati gerbang.

"ARGH!"

Aku berteriak frustrasi. Yoona benar-benar keterlaluan. Aku harus menghentikan Taeyeon sebelum sesuatu terjadi padanya.

Aku berlari kedalam rumah dan melihat para pembantuku semua berdiri di dekat pintu dengan wajah tegang. Mereka pasti mendengar pertengkaranku dan Taeyeon.

Mereka menyingkir begitu aku memasuki rumah dan mengambil kunci mobilku yang kuletakkan diatas meja.

Taeyeon sedang hamil, jadi tidak mungkin dia menyetir sembarangan. Ia pasti belum jauh.

Untungnya, sekarang sudah hampir tengah malam sehingga jalan di perumahanku sangat sepi. Aku mempercepat kecepatan hingga 90/kmph. Aku dapat melihat Mercedes putih milik Taeyeon yang baru saja berbelok kanan, menuju gerbang masuk perumahan. Kuinjak gas lebih dalam.

Tiba-tiba, sebuah mobil dengan kecepatan tinggi melaju kearahku dan aku dengan cepat membanting setir kekanan. Sayangnya, mobil itu terlalu cepat sehingga bagian belakang mobilku tertabrak, membuatku hilang kontrol akan mobilku.

Mobilku berputar-putar dan aku berusaha menghentikannya dengan menginjak gas, menciptakan suara decitan yang keras. Aku berhasil menghentikannya dan mobil berhenti dengan posisi menyamping, menutupi hampir seluruh jalan. Aku menghela napas lega.

Tapi kemudian, dari sudut mataku aku melihat secercah cahaya. Aku melihat kearah kanan, dan mendengar suara tabrakan lainnya.

bakalan slow update banget nih kayanya hehe maafin yaaaa. makasih lo tetep baca dan vota ff ini meskipun updatenya lama :*

I Met You On Our Wedding Day [BAHASA INDONESIA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang