31

5K 393 5
                                    

"Sayang, bangun,"

Aku merasakan tubuhku digoyangkan dengan lembut. "Hmm," aku bergumam dan menutupi kepalaku dengan selimut. "Sedikit lagi," ucapku tanpa berusaha membuka mata sedikitpun.

"Kau tidak ingin menyambut ibumu?"

Aku mendengar suara ibuku dan membuka selimutku dengan cepat. Aku melihat ibuku berdiri disamping tempat tidur dengan wajah yang datar.

"Mama!" aku tersenyum senang dan dengan hati-hati bangun, memeluk ibuku dengan erat. Ia mengecup keningku dengan lembut.

"Apa kabar cucuku?" tanyanya pada perutku. Dia pasti sangat sehat! Perutmu sudah sangat besar sekarang," ujarnya, mengelus lembut perutku.

"Tiga bulan lagi dan aku akan menjadi seorang ibu,"

"Kau akan menjadi ibu yang hebat," ucapnya tersenyum, mengusap pipiku dengan sentuhan lembutnya.

Aku sangat merindukan sentuhannya. Sudah hampir 6 bulan aku tidak bertemu dengan ibuku. Berbicara di telepon dengannya atau bertukar pesan setiap hari tidak dapat dibandingkan dengan melihat wajahnya langsung.

"Seperti mama," balasku. "Omong-omong, mama sedang apa disini?" tanyaku sambil berusaha untuk turun dari tempat tidur dengan bantuannya.

"Sejak kau mendadak pindah ke rumah Yoona, mama kemari dua kali seminggu untuk membantu para pembantu disini atau hanya untuk sekedar melihat lukisanmu. Kau masih melukis?" tanyanya dan aku mengangguk.

"Masih. Akhir-akhir ini Yoona membelikanku sekitar 10 kanvas untuk menulis.Dia terlalu kaya untuk memikirkan jobby ku sebenarnya," jawabku.

"Jobby?"

"Iya. Job dan hobby," jawabku sambil tersenyum.

Ibu tertawa dan mencubit kedua pipiku. "Kau 24 tahun tapi kau persis seperti si-kecil-Taeyeon," ujarnya membuatku tertawa.

Kami berdua berjalan menuju ruang makan dan kulihat sudah tersedia makanan diatas meja. Salah satu sisi berisi makanan seperti jus, sayuran, buah dan beberapa pil, dan ibuku membuatku duduk di depan makanan tersebut. Sedangkan ia duduk didepanku, dengan makanan yang terlihat jauh lebih lezat dari milikku.

"Kenapa makanan kita berbeda? Aku mendapat...makanan hijau ini dan mama mendapat ayam panggang yang enak itu?" tanyaku, merasakan adanya ketidakadilan disini.

"Karena mama inign makan ini. Dan mama yakin kau tidak makan makanan seperti itu setiap hari kecuali mama menyuruhmu mengirim foto kau sedang memakannya," balasnya dengan tegas.

Kurasa memang benar bahwa ibumu selalu tahu segalanya tentangmu.

Aku tidak melawan dan memakan sayuranku dalam kekalahan. Rasanya tidak buruk juga sebenarnya.

"Mana Baekhyun? Mama belum melihatnya sejak tadi," ia bertanya di sela-sela makan.

Aku berhenti mengunyah saat teringat bahwa Ia sedang berada di rumah Yoona dan aku justru disini.

"Di rumah Yoona," jawabku singkat. "Ia menyuruhku pulang,"

"Kenapa?"

Itu juga pertanyaan yang aku miliki. Kenapa aku harus pulang? Apa Baekhyun menyadari cintanya pada Yoona bersemi lagi dan ingin waktu berdua dengannya?

Stop berpikiran negative! Percaya pada suamimu. Pikirkan alasan lain.

Ia bilang aku tidak aman disana dan melupakan pertemananku dengan Yoona. Apakah maksudnya Yoona sedang dalam bahaya dan Baekhyun tidak ingin aku terlibat? Tapi itu berarti dia juga harus menjauh!

Tapi rasanya berlebihan. Mungkin bukan itu alasanya. Aku-

"Taeyeon?"

Pikiranku terhenti begitu mendengar suara ibuku yang menatapku bingung.

"Ya?"

"Kamu kenapa? Kamu seperti sedang memikirkan sesuatu," tanyanya dengan nada khawatir.

Aku menggelengkan kepala dan tersenyum. "Aku baik-baik saja," jawabku. Aku tahu dari tatapan ibuku ia tidak percaya.

"Okay. Mengapa Baekhyun menyuruhmu pulang?"

"Baekhyun takut aku melahirkan disana kalau-kalau bayi kami premature. Jika memang premature ia berharap aku tetap melahirkan dirumah ini," jawabku. Memang alasan yang sangat payah, aku tahu. Tapi aku tidak bisa mengatakan bahwa Baekhyun bilang aku sedang dalam bahaya.

Ibu menatapku dengan aneh dan aku tahu ia pasti sangat tidak percaya dengan alasan konyolku. Tapi ia hanya menghela napas dalam.

"Baiklah, mama tidak akan bertanya lebih jauh lagi. Mama akan pergi sekarang, mama juga ingin mengunjungi ayahmu dikantornya. Jaga diri ya?" ujarnya, berdiri dari kursi dan berjalan menuju sisiku. Ia mengecup keningku dan mengelus perutku.

"Bersenang-senanglah!" teriakku begitu ia berjalan keluar dari ruang makan.

Sekarang hanya ada aku, bayiku dan para pembantu.

Aku hanya menghabiskan waktu dengan menonton TV dan membaca beberapa buku tentang kehamilan. Ibuku merekomendasikan buku-buku yang ia baca ketika hamil dulu dan harus kuakui buku-buku ini sangat berguna. Mereka memberikan banyak tips untuk menjaga kesehatan kehamilan dan informasi mengenai apa yang harus dan jangan dilakukan saat hamil.

Aku juga menonton acara-acara tentang kehamilan di TV. Pernah satu kali aku menontonya dengan Baekhyun saat masih dirumah Yoona dan saat itu topiknya adalah proses melahirkan. Baekhyun hampir pingsan begitu mereka menunjukkan bayi yang baru lahir, masih penuh noda darah dan sebagainya. Aku selalu menggodanya karena hal itu. Baekhyun tidak pernah membalas dan hanya cemberut, mengerucutkan bibirnya dengan lucu.

Namun, pernah satu kali saat aku menggodanya dan ia mendadak berubah serius. Aku masih ingat kata-katanya saat itu.

"Aku tidak takut pada acara itu. Aku takut karena aku sadar bahwa kau harus melalui semua rasa sakit itu dan kau akan berada diantara hidup dan mati. Aku takut kau tidak cukup kuat dan meninggalkanku bahkan anak kita sendirian di dunia ini."

Bisakah kau bayangkan ia mengatakan itu? Kata-katanya sangat manis dan menyentuh hatiku. Baekhyun memang terkadang mengganggu dan mesum, tapi ia juga bisa menjadi lelaki yang manis dan sweet.

Selain program TV itu aku juga menyuruhnya untuk membaca buku kehamilan untuk para ayah. Dan siapa sangka ia benar-benar membacanya dan menyelesaikannya dalam satu hari! Wajahnya sangat serius saat membacanya. Aku bahkan memiliki fotonya yang kupotret diam-diam.

Saat aku menutup buku yang baru saja selesai kubaca, kudengar suara dering ponselku. Tanpa melihat siapa yang menelepon aku langsung mengangkatnya.

"Halo?"

"Kak...."

Seseorang disana memanggilku dengan suara yang lirih dan bergetar. Bukan, ia sedang menangis. Tanpa aku melihatpun aku sudah tahu siapa ini.

"Yoona?"

y

I Met You On Our Wedding Day [BAHASA INDONESIA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang