37

5K 433 22
                                    

Siap-siap. Kemaren yang protes karena chapternya digantung......Author bakal lebih kejam lagi kali ini mueheheheheheh

Perlahan-lahan kubuka sedikit demi sedikit mataku dan meskipun tidak terlihat jelas namun sudah pasti terlihat warna putih disekitarku.

Apakah ini surga?

Tiba-tiba sebuah kepala dengan atribut lengkap sebuah wajah muncul di penglihatanku.

Apakah dia Tuhan?

"on!.....yeon!.....Taeyeon!"

Mendengar namaku dipanggil, aku membuka mataku penuh dan melihat seorang pria berambut putih disampingku.

"Taeyeon! Kau sudah bangun! Aku akan memanggil dokter," ucapnya dengan semangat sambil menekan yang mungkin sebuah tombol diatas kepalaku. 

"Kau baik-baik saja? Bagaimana perasaanmu? Oh Tuhan dasar kau gadis sialan membuat kami semua hampir terkena serangan jantung!" ia menyerangku dengan banyak pertanyaan dan mengomel. Tak hentinya ia memeriksa seluruh badanku dan pada akhirnya mencium keningku.

"Oppa?" panggilku sedikit tidak yakin. "Aku masih hidup?"

"Ya! Aku sangat senang kau bangun. Ayah dan ibu akan segera sampai, mereka sedang membeli makanan," ia memberitahuku sambil kembali duduk di kursi yang berada di samping kasurku.

"Kenapa rambutmu berubah jadi putih? Usia berapa kau? Berapa tahun aku tidak sadar?" tanyaku padanya, menyentuh beberapa helai rambutnya.

"Ha? Tidak! Aku mengecat rambutku! Super Junior akan comeback bulan depan,"

Aku langsung tersenyum mendengar kabar baik itu. "Benarkah? Selamat!"

"Selamat siang, Nyonya Byun. Bagaimana kabarmu?" Tiba-tiba seorang wanita dengan pakaian serba putih dan stethoscope yang menggantung di lehernya masuk dengan dua perawat dibelakangnya. Ia tersenyum hangat padaku sembari melangkah padaku.

"Baik. Tapi aku merasa kepalaku sedikit berputar," jawabku.

"Ijinkan aku memeriksamu," ucapnya dengan sopan.

Para perawat mulai berjalan kesisiku dan membantunya. Mereka mengecek tekanan darah, mata, mulut, detak jantung juga cairan infusku.

"Semua normal. Kau bisa keluar dari tempat ini secepat mungkin jika kau beristirahat penuh," ucapnya padaku sebelum mengalihkan pandangannya ke Heenim. "Perhatikan dia, oke?"

Heenim mengangguk.

"Ah, kakakmu sangat tampan," pujinya. Aku tertawa mendengarnya.

"Kurasa kau harus memeriksa matamu dok," balasku, membuatnya terkekeh dan kakakku hanya melotot padaku.

"Baiklah, kami akan kembali lagi nanti. Selamat beristirahat," ujarnya sambil berjalan menuju pintu kamar.

Saat ia membuka pintu tersebut, tiga wajah yang familiar dan satu wajah asing muncul di depan pintu. Dokter itu membungkuk pada mereka dan pergi meninggalkan ruangan.

"Taeyeon!" Ibuku berteriak begitu mereka masuk kedalam ruangan dan langsung berlari kecil ke sisi tempat tidurku. "Anakku tersayang sudah bangun. Sayang! Putri kita bangun!" ucapnya dengan gembira. Air mata sudah mengalir dari matanya yang sudah lama tidak kulihat.

"Apakah mama menangis karena bahagia atau sedih aku bangun?" Candaku.

"Tidak usah menghancurkan suasana kau," ujar Heenim sambil menunjuk kearah Ayahku.

Ayahku hanya berdiri diam, bibirnya gemetar dan dapat kulihat kedua matanya berkilauan karena airmata yang berusaha ia tahan.

"Aw, ma, Lihat ayah," aku memberitahu ibuku yang sibuk mengelus rambutku dan mengecup keningku dengan lembut. Ia berhenti dan menoleh kearahnya.

Ibu tertawa keras melihatnya. "Oh Tuhan, sayang kau harus lihat wajahmu! Sangat lucu!" ejeknya. Ayahku hanya diam dan mulai berjalan kearahku.

"Aku tidak peduli kau mengejekku apa. Aku hanya terlalu bahagia kau sudah bangun Taeyeon. Aku sangat takut jika aku tidak akan pernah bisa melihat putri kecilku lagi," ujarnya dengan penuh kasih sayang dan mengecup kepalaku.

"Baekhyun? Kau tidak ingin memeluknya?" Tanya ibu.

Aku menoleh kearah pintu dan melihat Baekhyun masih berdiri diam dengan dua kantong plastik di kedua tangannya. Ia sedang menatapku dengan tatapan yang seperti dipenuhi dengan kesedihan dan rasa sakit. Ia pun tidak tersenyum, bibirnya membentuk garis tipis yang sangat kubenci untuk kulihat.

"Hai, Baekoong," sapaku lembut.

Saat itulah ia melepaskan kedua kantung plastic dari tangannya dan melangkah padaku. Ayah dan Heenim yang berada di sisi kananku, menyingkir dan memberikannya space.

Ia meletakkan tangan kirinya di kepalaku dengan lembut, dan tangan kanannya menggenggam erat tangan kiriku. Mata coklatnya yang kini penuh dengan air mata menatapku dengan tatapan yang kini penuh dengan kerinduan, kebahagiaan.

"Jangan menjadi pria sialan dan cium aku sekarang. Aku tahu kau merindukanku," ledekku, membuatnya melepaskan tawa kecil.

Ia mengecup keningku, ujung hidungku, dan bibirku dengan penuh kasih sayang. Kecupan sangat lembut dan dapat kurasakan bibirnya yang gemetar menyentuh bibirku.

"Aku sangat merindukanmu," ucapnya begitu mengakhiri kecupannya. Beberapa dari airmatanya jatuh ke pipiku. "Aku benar-benar merindukanmu. Kupikir kau akan meninggalkanku sendiri," Tangisnya. Ia memeluk ku dengan erat. Tubuhnya bergetar dan kudengar dengan sangat jelas isakan tangisnya yang juga memenuhi ruangan.

Aku menepuk punggungnya. "Aku disini, Baekoong. It's okay, aku disini," bisikku.

Aku melirik kearah ayahku yang melingkarkan lengannya di pinggang ibuku, sementara ibu menyandarkan kepalanya di pundak ayah. Mereka tersenyum penuh arti padaku.

Baekhyun menjadi lebih tenang dan melepaskan pelukannya dariku. "Kau terlihat sangat jelek," candaku sambil mengelap air mata di pipinya. Seutas senyuman terbentuk di bibirnya.

"Hai...noona,"

Aku mendengar suara asing dari orang asing yang tadi kulihat. Dengan perlahan ia berjalan kearahku dengan canggung.

"Baekoong, siapa dia?" tanyaku pada Baekhyun. Dibandingkan menjawab, Baekhyun terlihat ragu-ragu karena ia terus melirik kearah orang asing ini. "Yah," aku memukul lengannya dengan pelan.

Baekhyun menatap orang itu.

"Izinkan aku memperkenalkan diri. Aku Min Yoongi, tapi kau bisa memanggilku Suga," ucapnya sambil membungkuk.

"Bagaimana caranya Yoongi bisa menjadi Suga?" tanyaku heran.

"Swag,"

Oh Tuhan baiklah. Aku hanya terkekeh mendengarnya. "Oke, Suga. Tapi kau sedang apa disini? Aku tidak mengenalmu," tanyaku. "Apa dia temanmu, Baek?"

Baekhyun mengangguk. "Iya, tapi aku baru tahu kalau dia bisa dibilang lebih dari teman sekarang," ujarnya.

"Kau tidak selingkuh dengannya dariku bukan?"

"Tidak! Aku bukan- Dia adalah..." Baekhyun terhenti di tengah-tengah kalimatnya. Semakin jelas bahwa ia sepertinya menyembunyikan sesuatu dan ragu apakah harus memberitahuku atau tidak.

"Aku adik Yoona," tiba-tiba Suga menjawab, membuatku kepalaku langsung menoleh kearahnya.

"Bisa kau ulangi?"

Suga hanya terdiam. Aku menatap Suga dan Baekhyun secara bergantian. "Bisakah kalian memberitahuku apa yang terjadi? Dia adik Yoona? Kalian serius? Bicara soal Yoona, dimana gadis gila itu? Jangan tersinggung Suga," uajrku panjang lebar.

"Well, kurasa ini belum saat yang tepat un-"

"Diam kau oppa! Aku harus tahu sekarang. Ceritakan," perintahku dengan tegas.

"Kami tidak tahu harus mulai dari mana," Baekhyun berkata sambil mengusap belakang lehernya.

"Mulai dari kau bertemu dengan Suga," jawabku.

"Baiklah. Begini ceritanya...."


I Met You On Our Wedding Day [BAHASA INDONESIA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang