33

4.9K 423 51
                                    

Aku membuka mataku sedikit demi sedikit. Kupegang kepalaku yang terasa berputar-putar dan aku merasakan bahwa ada yang salah. Setelah perlahan kubuka mataku sampai sepenuhnya terbuka, aku tidak dapat memercayai kondisiku saat ini.

"Argh, shit,"

Mobilku telah tertabrak dua kali, dan kini posisiku terbalik. Aku berusaha untuk membuka sabuk pengamanku namun sepertinya benda ini tersangkut.

"Ayolah!" aku dengan tidak sabar mencoba untuk membukanya kembali namun tetap saja tidak bisa.

Darahku rasanya sudah mengalir ke kepalaku, menyebabkan rasa sakit kepala yang menyiksa. Cepat atau lambat aku akan pingsan jika terus dalam posisi seperti ini. Aku harus keluar.

Aku memukul jendela disebelahku dengan sikutku, membuat sedikit lubang namun tidak cukup untukku keluar. Dengan menahan sakit kepalaku, aku mencari sesuatu di dalam mobil yang mungkin dapat membantuku memecahkan kaca ini. Sayangnya tidak ada satupun yang bisa kutemukan selain bantal yang kubelikan untuk Taeyeon. Dia selalu memeluk bantal itu setiap kali pergi bersamaku.

Taeyeon. Benar. Aku harus menyelamatkannya.

"Tuan! Kau tidak apa?!"

Aku tiba-tiba mendengar suara lelaki dari luar. Aku menoleh kesebelah kiri dan melihat seorang lelaki mengintip kedalam mobilku. Aku tidak bisa melihat jelas wajahnya karena kini penglihatanku semakin buram.

"Ya, aku baik-baik saja! Tolong bantu aku memecahkan kaca! Aku harus keluar dari sini!" aku menjawabnya. Kulihat sepatunya yang berjalan menjauh dari mobilku, kembali tidak lama.

"Tolong palingkan wajahmu dari kaca dan tutupi kepalamu," perintahnya dan aku menurut.

Tiba-tiba kaca pecah dan beberapa pecahannya menusuk tanganku yang kugunakan untuk melindungi kepala.

"Sial," aku melihat lengan bagian atasku berdarah dengan beberapa pecahan kaca. Aku mendorong paksa diriku lepas dari sabuk pengaman dan keluar dari mobil dengan bantuan lelaki tadi. Segera setelah aku keluar dari mobil, lelaki tersebut membantuku berjalan menuju pinggir jalan dan membuatku duduk.

"Tunggu sebentar disini," ujarnya sebelum berjalan pergi. Aku hanya mengangguk dan terduduk diam, masih dalam shock setelah kecelakaan yang kualami. "Minum ini, aku akan mengobati lukamu," ucapnya, menyodorkan sebotol air putih padaku. Aku melihat keatas dan tanpa kusangka, wajahnya sangat muda.

Dia merawat luka goresan di wajahku. Rasanya perih namun tidak cukup perih untuk membuatmu teriak. Setelah itu ia berlanjut pada luka-luka di lenganku. Darah masih terus mengalir.

"Ah!" Aku berteriak secara reflex saat ia menarik pecahan kaca kecil namun cukup panjang dari lenganku. Ia menggelengkan kepalanya saat selesai menarik pecahan tersebut dan kemudian melanjutkan ke pecahan-pecahan kaca kecil lainnya. Setelah ia selesai, ia menutupi lukaku dengan kain berwarna coklat dan mengikatnya dengan erat.

"Supaya pendarahannya berhenti. Kau harus segera pergi ke rumah sakit. AKu bisa mengantarmu,"

"Tidak perlu. Terima kasih atas bantuan dan kebaikanmu tapi aku harus pergi sekarang," aku menolak tawarannya dan berdiri.

"Tidak, kau harus pergi ke rumah sakit. Pecahan panjang kaca tadi menusuk lenganku dengan cukup dalam. Kau harus dirawat segera atau lukamu akan semakin memburuk. Lagipula mobilmu rusak dan terbalik. Bagaimana kau akan pergi ke tempat tujuanmu?" ujarnya sambil menunjuk pada mobilku yang malang.

Dia ada benarnya.

"Ayo," ajaknya. Dan seperti anak kecil, aku mengikutinya berjalan menuju mobil.

I Met You On Our Wedding Day [BAHASA INDONESIA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang