16

8.5K 515 68
                                    

Satu minggu kemudian

"Taengoo, aku lapar," aku memeluk Taeyeon dari belakang dan mencoba untuk membuat suara seimut mungkin.

Taeyeon sudah melukis sejak pagi dan belum berbicara sama sekali padaku setelah sarapan. Aku tahu aku tidak seharusnya mengganggu saat ia bekerja tapi apakah kau tahu bagaimana rasanya diabaikan oleh Taeyeon? Rasanya seperti seluruh dunia mengabaikanku. Aku merasa sangat kesepian.

"Minta Seohyun untuk memasakkan sesuatu," jawabnya dengan nada datar.

"Tapi aku ingin kau yang memasak,"


Taeyeon tertawa kecil. "Kau tahu pasti bahwa masakanku sangat kacau," balasnya. Aku melepaskan pelukanku.

Aku harus mencari cara agar si pendek ini mau memasak untukku. Tapi apa?

Ah! Aku terpikirkan sesuatu. Ini mungkin membuatnya marah dan kekanakan tapi kurasa ini cara tercepat.

Aku mengambil kuas dan color pallete dari tangannya.

Percayalah. Matanya membuatmu ingin kabur secepat mungkin dari planet ini. Tatapannya menyeramkan dan aura disekitarnya dikelilingi api membara.


Aku menelan ludah.

"Kembalikan. Padaku," ucapnya tanpa emosi. Tetapi ekspresi di wajahnya terlalu menakutkan untuk dideskripsikan.

Aku menggelengkan kepalaku dengan segala keberanian yang ada dalam diriku. "Ti-tidak! Aku tidak akan mengembalikannya sebelum kau setuju memasak untukku," jawabku. Aku dapat merasakan banyak belati yang ditusukkan ke tubuhku hanya dengan melihat tatapan matanya.

"Kembalikan. Padaku. Baekhyun," ulangnya dengan senyuman yang sangat jelas dipaksakan. Taeyeon benar-benar marah karena ia memanggilku Baekhyun.

Aku melangkah mundur dan menggelengkan kepala.

"Baekhyun!"

"Ayo masak bersama!" ucapku cepat. "Jika kau setuju, aku akan mengembalikannya padamu,"

Taeyeon menutupi wajahnya dengan kedua tangan dan mengerang. Kurasa ia sedang mencoba menahan amarahnya. "Urgh, kau tidak akan berhenti merengek kan?" tanyanya dengan kesal.

Aku tersenyum lebar padanya. Taeyeon sudah terlalu memahamiku sekarang.

"Baiklah! Ayo," ucapnya berjalan melewatiku keluar kamar.

*****
PRAANG!

Aku berbalik badan dan melihat gadis kecil yang sedang berjinjit melihat kebawah dan pecahan piring dilantai. Taeyeon baru saja memecahkan piring lagi.

Mengapa gadis ini sangat ceroboh?

"Maaf," ia tersenyum minta maaf. Aku menghela napas dan berjalan menghampirinya. "Aku tidak bermaksud memecahkannya," ujarnya, memanyunkan bibirnya dengan sangat lucu. Mungkin hanya Taeyeon yang dapat mengalahkan kelucuanku.

"Aku tahu. Ini hanya penyakit cerobohmu," ucapku mencubit kedua pipinya. "Potonglah bawang itu, aku akan membereskan ini. Jangan sampai jarimu teriris," perintahku dan Taeyeon mengangguk patuh seperti anak kecil.

*****
"Waaaaaaaah! Baekoong! Baekoong! Kebakaran!"

Aku mendengar Taeyeon berteriak dari dapur dan aku langsung berlari mengampirinya. Begitu sampai aku melihat api besar dari kompor. Aku mengisi mangkuk besar dengan air wastafel dan menyiramnya kea pi tersebut. Aku membuka bajuku dan memukul-mukul api kecil yang masih tersisa sehingga tidak ada api lagi yang menyala.

Aku mengeluarkan napas lega dan terduduk di lantai. Aku dan Taeyeon bisa menjadi pasangan panggang jika aku tidak bertindak cepat.

Aku bangun dan memeriksa penyebab kebakaran kecil tersebut.

I Met You On Our Wedding Day [BAHASA INDONESIA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang