Suara musik itu terdengar menghentak. Kilatan lampu menyilaukan mata. Asap rokok bergumul di setiap sudut ruangan. Bukan hal yang aneh ketika kaki pria itu melewati pintu, memasuki salah satu club di Las Vegas, bau alkohol menyambutnya dengan senang hati.
Langit yang berubah warna menjadi gelap adalah akses kedua bagi Kyran untuk memperoleh lembaran-lembaran di sakunya. Ia bisa saja menghalau keremangan cahaya di klub untuk berbalik. Uang yang diperoleh menjadi pembunuh bayaran, cukup untuk menghidupi kehidupan mewahnya dalam satu tahun. Namun, itu bukanlah caranya bekerja.
Demi memenuhi hasratnya, semenjak Ayah Kyran meninggal, dia menggeluti bidang lain hingga diam-diam Kyran 'tumbuh' dengan baik.
"Kukira kau tidak akan menerima tawaran ini." Taher menenggak segelas vodka di tangannya. Tatapan pria itu terlihat berbeda. Tanda bahwa dia setengah mabuk. "Aku terlalu lama menunggu, kau tahu."
Sedangkan di sisi kanan dan kiri tubuhnya, wanita berpakaian minim tampak bergelanyut pada Taher. Taher mencium bibir salah satunya dan wanita itu terkekeh. Memeluk Taher kian manja.
"Mereka berada di ruang VVIP," tambahnya menyadari pandangan Kyran ke sana kemari. "Anak buahku telah menyerahkan barangnya, kau tak perlu membawanya."
Apa yang Taher pikirkan ketika pria itu meluapkan semua masalahnya di sini?
Kyran tak peduli. Tapi sejauh yang dia tahu, Taher mencintai mendiang isterinya dari apa pun. Pria itu bukanlah tipikal tukang selingkuh di klub. Taher hanya akan menyentuh minuman dj atas meja. Kemudian pulang dalam keadaan mabuk ke hadapan isterinya.
Semuanya berubah.
Semua orang akan berubah ketika terluka. Gula tidak bisa menjadi garam. Namun rupa gula dan garam kadang sulit untuk dibedakan.
Sosok Horace Orsont menjadi target utama pandangan Kyran berlabuh. Horace bangkit melihat kehadirannya. Dengan bersahabat, pria itu mengulurkan tangan. Kyran menjabatnya singkat. Ia duduk di samping Horace. Ditulari kerumunan wanita cantik nan seksi. Mereka bak elang yang menemukan mangsanya melihat Kyran.
"Rileks, Kyran. Bersenang-senanglah terlebih dahulu." Horace meminta pelayan untuk menuangkan minuman. "Aku membayar cukup mahal untuk semua ini, dan aku ingin berbagi," kekehnya di akhir kata.
Kyran menyesap minuman itu sedikit. "Apa kau telah mengecek isinya?"
Horace berdeham. "Barangnya seperti yang kuinginkan. Berapa harganya saat ini?"
"Seperti yang aku sebutkan, sedikit kenaikan."
Horace mengangguk paham. "Aku akan meminta asistenku untuk mengirimkan uangnya padamu sekarang."
Kyran kembali menyesap minumannya. Ia menyandarkan kepalanya. Tidak ada kata yang keluar dari bibirnya. Ajakan Horace untuk bersenang-senang dia terima.
"Kau terlihat tidak bersemangat, ada apa tampan?" Wanita berpakaian abu-abu, mengusap rahang Kyran lembut.
Horace terkekeh. Menanggapi pertanyaan wanita itu yang sebenarnya ditujukan pada Kyran. "Dia membutuhkan lebih."
Wanita itu ikut terkekeh. Ia mendekatkan bibirnya ke telinga Kyran. "Aku bisa memberikan apa pun yang kau butuhkan malam ini," lirihnya menggoda.
Sebelah tangannya bergerak perlahan. Menyentuh dada Kyran. Memberikan gerakan melingkar yang sensual. Kyran menoleh, membalas tatapan wanita itu dan membiarkan wanita itu terus berkelana menggodanya.
"Asistenku telah mengirimkan uangnya padamu. Kau bisa mengeceknya."
Ucapan Horace bak angin lalu. Fokus Kyran tertuju pada gerakan wanita itu yang terus turun. Hingga jemari lentiknya mencapai pusat tubuhnya, meremasnya pelan di balik celana bahan yang Kyran kenakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sinful Enfire
RomanceDILARANG KERAS MENJIPLAK KARYA TILLY D; MENGUTIP SEBAGIAN, MENYALIN, MENGAMBIL INSPIRASI PENUH, MENGGANTI JUDUL; NAMA TOKOH, ALUR. BAIK DISENGAJA MAUPUN TIDAK DISENGAJA. CERITA INI MEMILIKI HAK CIPTA. **** Peristiwa bertahun-tahun lalu membuat Kyran...