PROLOG

23.2K 1.7K 30
                                    

Istanbul, Turki

Kyran Necdet Sezer berlari. Memainkan miniatur berbentuk pesawat yang baru saja dibelikan Avram untuknya. Senyuman lebar terlukis di bibir bocah berusia 7 tahun itu. Kyran tampak bersemangat. Membawa mainan pesawat di tangannya melayang meski hanya beberapa senti.

Sedangkan di samping itu, Baheera Necdet Sezer terlihat duduk manis di kursi. Mengamati anak semata wayangnya yang ceria. Senyuman tertular di bibir Baheera mendapati Kyran tersenyum padanya.

"Hati-hati, Kyran," tegur Baheera ketika Kyran nyaris terjatuh. Ia menangkap lengan kecil anaknya dan memeluknya erat.

Dikecupnya dengan sayang puncak kepala Kyran. "Apa kau ingin susu cokelat?" tanya Baheera yang ditanggapi Kyran dengan anggukan singkat.

"Tunggu di sini. Jangan pergi ke manapun."

Baheera melangkah ke dapur. Meninggalkan Kyran di ruang tamu. Kyran yang tengah asyik memainkan mainannya tiba-tiba terpaku. Menatap bola yang ia pantulkan menggelinding masuk pada ruang kerja Ayahnya.

Kedua mata Kyran bergerak. Ia melirik ke dapur dan merasa tak memerlukan bantuan Ibunya. Bocah itu berlari masuk ke dalam ruangan Ayahnya.

"Aku melihatnya masuk ke sini tadi," gerutu Kyran kesal.

Kyran menunduk. Menatap bawah meja seraya merangkah. Ia mengaduh ketika kepalanya beradu dengan meja. Kyran mengusap kepalanya dengan pelan.

Kyran menunduk kembali. Kali ini ia berusaha lebih hati-hati dengan sebelah tangan yang masuk ke dalam laci. Tanpa sadar, jemarinya menyentuh sebuah besi yang begitu dingin.

Apa itu?

Kedua mata Kyran membelalak melihat sebuah kotak yang begitu besar. Dengan semangat, Kyran membuka kotak itu dan berpikir bahwa di dalamnya adalah sebuah mainan.

"Wah, pistol ini seperti nyata," decak Kyran kagum. Ia menatap pistol berukuran sedang dalam genggamannya. Lalu beralih pada sebilah pedang yang dibungkus dengan penutup.

"Kyran! Kyran!" panggilan Baheera membuat Kyran segera memasukan mainan itu ke dalam kotak.

"Ayah!" pekik Kyran bersemangat. Kedua matanya berbinar menatap Abbas yang kini merentangkan tangan.

"Kyran. Ayah merindukanmu," bisik Abbas di telinganya.

"Aku juga merindukan Ayah. Ayah bekerja sangat lama," gerutu Kyran sebal.

Abbas terkekeh. Diacaknya rambut Kyran dengan sayang. "Ayah memiliki mainan baru untukmu." Ia meraih sebuah kotak besar berisi miniatur kereta api.

"Hei..." Abbas menatap Kyran yang terlihat tak bersemangat. "Ada apa?"

Kyran menggelengkan kepalanya. Ia mendorong kotak itu pada Abbas dan menatapnya sendu. "Ayah, bisakah kau menghadiri acara di sekolah besok?"

Abbas terdiam. Dan Kyran seakan mengerti dengan jawabannya. Ini bukan pertama kalinya Kyran mendapatkan penolakan. Abbas tak pernah menyanggupi permintaannya.

"Ayah harus bekerja, Kyran." Baheera mendekati Kyran. Ia mendorong roda bayi di tangannya, tepat ke hadapan Kyran dan mengalihkan perhatian Kyran sepenuhnya.

"Ibu ... Dia siapa?" tanya Kyran polos. Kyran menunjuk bayi mungil yang kini berada dalam pangkuan Ibunya.

Abbas menunduk. Mensejejarkan tinggi badannya dengan Kyran. "Jika Ayah pergi menghadiri acara di sekolahmu ... Apakah kau berjanji akan menyayanginya Kyran?"

Kyran menatap Abbas sejenak. Kemudian mengangguk antusias. "Aku janji."

Baheera tersenyum lebar. "Dia adikmu sekarang."

Sinful EnfireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang