Bab 1

18.1K 1.4K 46
                                    

DILARANG KERAS MENJIPLAK KARYA TILLY D; MENGUTIP SEBAGIAN, MENYALIN, MENGAMBIL INSPIRASI PENUH, MENGGANTI JUDUL; NAMA TOKOH, ALUR. BAIK DISENGAJA MAUPUN TIDAK DISENGAJA. CERITA INI MEMILIKI HAK CIPTA.

****

Satu-satunya pilihan terakhir Kyran adalah kembali. Setelah mendapatkan kabar bahwa Ibunya kritis dan mulai pulih perlahan berkat Avram, Kyran tak memiliki opsi lain. Dia membereskan pakaiannya hari ini juga. Kemudian menarik diri—pamit kepada Tuannya Romero Moretti—sebelum pria itu membelahnya menjadi dua.

Kyran membuat kesalahan, tapi dia tahu Romero tidak bersungguh-sungguh membencinya. Pria Italia itu masih menerima permintaan maafnya, meskipun dengan raut wajah kusut dan kacau balau. Romero tak berhenti bertanya diiringi hembusan napas pelan.

Tak selamanya Kyran akan berlari dari masalah. Dia terus berusaha sejauh ini. Berada di bawah naungan Romero, namun Kyran tahu, Romero tidak harus berada di ruang lingkupnya. Terlalu berbahaya. Setidaknya, cukup satu kali, Kyran kehilangan orang yang dia cintai.

"Selamat datang kembali, Tuan Kyran." Seorang pria asing menyapanya. "Silakan masuk. Anda harus ikut kami." Pria itu mengambil alih koper di tangannya.

Kyran tak berkomentar. Dia memutuskan untuk duduk di kursi penumpang. Menatap ke luar jalanan kota Las Vegas untuk mengaburkan emosinya. Kali ini, Kyran kalah oleh perasaan penatnya. Berada di dalam pesawat untuk waktu yang lama, cukup membuat pria itu bungkam.

Dia tidak bisa melupakan betapa indahnya kota Milan di tiap pagi. Betapa dia menyukai pekerjaannya menjadi manusia baik-baik, tanpa menumpahkan darah tak berdosa. Kyran menyukai hidupnya di Italia.

Sayangnya, sejauh apa pun Kyran bersembunyi, Avram akan menemukannya. Dan berbagai cara akan pria itu lakukan agar Kyran kembali.

"Senang bertemu denganmu, Kyran." Taher, menyambut Kyran tatkala ia baru saja menginjakan kaki di sebuah apartemen sederhana.

Pria itu masih sama. Segaris luka sayatan tercetak di wajahnya. Ketika senyumannya tertarik, bekas luka itu tampak jelas. Kyran tidak berkata selain menatapnya dalam-dalam. Menyelami pikiran lawannya dan menerka apa yang akan pria itu lakukan dengan pisau di pinggangnya.

Tapi, partner lamanya tidak berbuat apa-apa. Seperti air yang mengalir, raut wajahnya mencair, seakan-akan kemarahan Kyran di masa lalu bukanlah hal yang perlu diperdebatkan.

"Lama sekali rasanya..." Taher menepuk pundak Kyran ringan. "Aku kesepian di sini," candanya yang sama sekali tak merubah raut wajah Kyran.

"Kenapa aku harus kemari?" Kyran mengamati interior apartemen Taher yang tidak berubah. Tingkah laku Taher seakan dia tak memiliki uang sama sekali.

"Aku meminta mereka agar membawamu kemari sebelum kau bertemu Paman Avram." Taher menghidangkan dua gelas kopi ke atas meja. "Duduklah, aku tahu kau lelah."

Kyran menghembuskan napas pelan. "Kau ingin mengkulitiku hidup-hidup?"

Tawa Taher meledak. Setengah dari diri pria itu memang berpikir begitu. Perginya Kyran menorehkan luka bukan hanya di wajah tampannya. Pria itu memporak-porandakan hidupnya. Sehingga hanya Taher yang bergerak sendiri di bawah naungan Avram. Dia yang memikul beban itu bertahun-tahun lamanya.

Tentu saja, iblis di dalam dirinya ingin sekali mencabik-cabik Kyran Necdet Sezer. Berbagi rasa sakit yang selama ini Taher rasakan.

Raut wajah Taher berubah serius. Dia menatap kosong pada genangan kopi di dalam cangkir. Asap mengepul dari sana. Menarik Taher pada lima tahun menyedihkan yang baru saja dia lewati.

"Isteriku meninggal," bisik Taher tanpa diminta. "Lima tahun yang lalu ketika aku menolak untuk membunuh Ibumu."

Gerakan Kyran menyesap kopi terhenti. Cangkir itu mengudara di depan wajahnya. "Kenapa?"

Sinful EnfireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang