Bab 10

9.6K 727 12
                                    

"Aku baik-baik saja."

Avram berusaha menenangkan debaran jantungnya yang menyakitkan. Ia menarik napas perlahan. Genggaman tangannya pada ponsel sedikit mengerat. Sedangkan sebelah tangannya bergerak, menyentuh dinding, untuk menopang tubuhnya yang mulai terasa lemah.

Pria paruh baya itu duduk di kursi kebesarannya. Mengambil sebuah obat dan menyimpannya di bawah lidah. Pelan-pelan Avram mulai merasakan denyutan di dadanya menghilang.

"Ayah?" Suara Adara di seberang sana kembali terdengar. "Aku memang baik-baik saja, tapi ... tangan Kyran tertusuk karena menahan pria itu ketika dia menodongkan pisaunya padaku."

"Ayah tak perlu khawatir, aku..."

Avram berdeham pelan. "Adara, aku ingin kau beristirahat sekarang," potongnya gusar.

Ruang kerja Avram diketuk cukup nyaring, Avram menjauhkan ponselnya sejenak dan memberikan intruksi agar pengawalnya masuk. Sosok Taher masuk ke dalam ruangan, disusul oleh tiga pria berbadan besar yang memakai pakaian serba hitam.

"Pesanan Anda sudah datang," ujar Taher tenang.

"Apa Anda membutuhkan bantuan?" tambah salah seorang pengawal.

Avram hanya memberikan anggukan singkat, kemudian menggerakan jemarinya, meminta mereka untuk keluar lebih awal. Sedangkan dia bangkit dari duduknya. Kembali menempelkan ponsel ke telinga.

"Tolong sampaikan salamku pada Kyran dan kau mungkin bisa menghubungi dokter pribadiku."

Sebelum Adara memberikan jawaban, Avram mematikan sambungan telepon, ia memasukan benda itu ke dalam laci lalu melangkah keluar ruang kerjanya. Taher dan ketiga pengawal itu telah menunggunya di depan pintu.

Mereka melangkah beriringan memasuki sebuah lift yang tertutup rapat oleh pintu. Tidak ada yang mengetahui bahwa ruangan yang disebut gudang itu justeru adalah lift yang tertutup pintu. Termasuk Adara dan para pelayannya, namun Taher dan Kyran memiliki akses masuk. Juga beberapa tangan kanan Avram yang memang dipercaya.

Lift bergerak turun pada kedalaman 300 meter dari Avram menginjakan kakinya di awal. Pemberhentian mereka adalah sebuah lorong yang mengarah pada satu ruangan. Sepanjang jalan hanyalah lantai marmer dingin dan dinding krem polos. Tidak ada kesan yang mengerikan atau penerangan yang minim.

Tapi, ketika pintu dibuka oleh Taher, aura dingin nan menusuk itu langsung menghinggapi mereka. Suara raungan Ozgur Zemheri yang meluapkan rasa sakitnya terdengar nyaring. Pria itu tersungkur ke tanah. Tepat ke hadapan Avram saat pukulan pengawal itu menghadang rahangnya.

"Kau tampak kacau, Zemheri," ujar Avram sedikit menunduk menatap Ozgur.

Ozgur terbatuk-batuk dan memuntahkan cairan merah dari mulutnya. Tatapannya memburam. Kepalanya terasa berputar ketika ia berusaha bangkit. Dia melewati rasa sakit bertubi-tubi di perjalanan sebelum tubuhnya dilemparkan ke tempat itu.

Hidungnya mungkin sudah patah. Pipinya terasa begitu perih dan perutnya telah mendapatkan tinjuan berulang kali. Seakan tidak cukup, sosok Avram yang muncul di hadapannya kini adalah hukuman baru bagi Ozgur. Ozgur tahu ke mana titik akhir hidupnya akan mengarah saat Avram duduk di kursi kayu lusuh di tengah ruangan.

"Tuan Avram, saya mohon..."

"Istri dan anak-anakmu... juga keluargamu yang lain, keturunan Zemheri, mereka dianggap kecelakaan dalam sebuah kapal menuju Miami," terang Avram pelan. Sosok Ozgur yang tertunduk lesu dengan pandangan yang dilinangi air mata menarik senyuman Avram. "Semuanya tidak akan sesulit ini jika kau tak mengincar anakku, Ozgur."

Sinful EnfireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang