A/N : Part ini mengandung unsur eksplisit. Adegan dewasa yang digambarkan secara gamblang. Harap pembaca bijak dalam menanggapinya
Saat Adara terbangun di pagi hari, dia mendapati dirinya terlelap di ranjang sendirian. Ruang di sampingnya tampak kosong dan dingin. Adara melirik ke jendela. Kaca sedikit berembun. Langit masih gelap walaupun waktu telah menunjukan pukul 7 pagi.
Hujan mungkin turun tadi malam.
Adara bangkit dari atas ranjang. Udara yang dingin menariknya untuk berendam di dalam air hangat. Dia merasakan otot tubuhnya cukup kaku. Gadis itu menjatuhkan pakaiannya dengan perasaan was-was. Kemudian memejamkan matanya hingga lima belas menit berlalu.
Bayangan dirinya di cermin membalas tatapannya. Adara melilitkan handuk dengan pandangan yang tak terlepas dari sana. Sedikit berlama-lama, Adara menuntaskan ritual paginya. Ketika Adara kembali menatap cermin, gadis itu tersentak namun tak memberikan reaksi apa pun selain terpaku.
"Kau seharusnya menyambut kedatangan suamimu di atas ranjang, Adara."
Napas hangat Kyran berhembus membelai pundak telanjangnya. Pria itu meninggalkan kecupan singkat yang membuat darah Adara berdesir. Lengan kekarnya menarik Adara mendekat. Adara beringsut menjauh saat Kyran berusaha mengecup puncak kepalanya.
"Aku ingin ponselku," bisik Adara tercekat. Kyran mengabaikannya. Pria itu memaksa Adara untuk berbalik dan beralih berusaha untuk mencium bibirnya. "Kyran...."
Kyran menatap Adara lekat. "Aku akan memberikannya jika kau melakukan yang terbaik."
Bibir Adara terbuka untuk memprotes. Tapi Kyran mengangkat tubuhnya dan mendudukannya di meja samping wastafel. Jemarinya dengan gerakan sensual menjatuhkan handuk yang melilit di tubuhnya.
Jantung Adara berdetak kencang. Kedua pipinya memerah. Ia menatap Kyran. Pria itu mematung dengan pakaian yang lengkap. Kemeja putih sama yang dia kenakan kemarin. Penampilannya sedikit berantakan. Kedua lengannya digulung sampai siku dan dua kancing bagian atas kemejanya dibiarkan terbuka.
"Lepaskan, Adara." Kyran menuntun jemari Adara pada ikat pinggang di celananya. "Aku menginginkanmu sekarang."
Sedikit bergetar, Adara berusaha melepaskan kaitan ikat pinggang pria itu. Ia melihat Kyran memejamkan matanya sekilas tatkala celananya terjatuh ke lantai. Adara menjauhkan tangannya, tapi Kyran mencekalnya.
"Touch it," bisik Kyran tak sabar.
"Aku tak—hhmmp..."
Kyran membungkam bibir Adara dengan bibirnya. Menekan kepala gadis itu ke cermin. Sedangkan sebelah tangannya menuntun jemari Adara bergerak maju mundur di pusat tubuhnya. Adara tampak terkejut. Kesempatan itu membawa Kyran untuk memasukan lidahnya.
"Faster," bisik Kyran dengan napas terengah.
Kedua mata mereka saling berpandangan. Adara memutuskan kontak lebih awal dengan memejamkan mata. Pria itu ... dia membuat Adara tidak yakin bahwa Kyran pernah memberikan sesuatu yang berbeda. Bagaimana mungkin pria itu memang pernah memenuhinya.
Adara menelan ludahnya susah payah. Gerakan tangannya kian melambat. Lalu Adara membuat tempo sedikit cepat dan dia mendengar geraman pelan di depan bibirnya.
Kyran tampak memejamkan mata. Hembusan napas pria itu menerpa wajahnya. Keningnya dihiasi buliran keringat. Dari jarak yang begitu dekat, Adara terdiam menatap ekspresinya. Tanpa sadar Adara menggigit bibir bawahnya dan di waktu yang bersamaan, Kyran membuka mata.
"Cukup." Kyran sedikit memundurkan tubuhnya. Memberi ruang di antara mereka. Ia membuka kedua kaki Adara.
Adara memalingkan wajahnya. Tapi desahan itu lolos dengan mudah ketika Kyran memenuhinya. Adara tak bisa menahan kedua tangannya untuk tak bergerak, melingkar di leher pria itu dan menyandarkan kepalanya di pundak Kyran.

KAMU SEDANG MEMBACA
Sinful Enfire
RomansaDILARANG KERAS MENJIPLAK KARYA TILLY D; MENGUTIP SEBAGIAN, MENYALIN, MENGAMBIL INSPIRASI PENUH, MENGGANTI JUDUL; NAMA TOKOH, ALUR. BAIK DISENGAJA MAUPUN TIDAK DISENGAJA. CERITA INI MEMILIKI HAK CIPTA. **** Peristiwa bertahun-tahun lalu membuat Kyran...