Prolog

106 7 3
                                    

"Kamu gak apa-apa, kan?" tanya Putri kepada anak laki-laki yang baru saja dia tolong.

Anak laki-laki itu menggeleng pelan. "Aku gak apa-apa. Terima kasih, ya."

Putri mengangguk, "Kamu denger ya, jadi cowok itu harus kuat, gak boleh lemah. Asal kamu tahu, cewek itu suka sama cowok yang kuat, pinter, jago olah raga, dan gak cengeng. Pokoknya kamu harus janji, kamu bakalan jadi cowok hebat. Oke?" tutur Putri.

Anak lelaki itu mengangguk, kemudian tersenyum manis.

"Putri, ayo nak. Kita pulang!" teriak ibunya dari kejauhan.

Putri berdiri, lalu dia menepuk pundak anak laki-laki itu dengan lembut. "Aku pulang dulu, semoga lain waktu kita bisa ketemu lagi," ujar Putri, kemudian ia berjalan menuju ibunya. Namun baru beberapa langkah, Putri berhenti.

"Hei. Ingat ya, kamu gak boleh cengeng lagi, oke?" ujar putri kepada anak laki-laki itu, lalu Putri berlari menghampiri sang ibu.

Anak laki-laki itu mengangguk. Aku janji, aku bakal jadi cowok hebat seperti apa yang kamu bilang, Putri. Gumamnya.





Hai, ku publish lg cerita ini. Dan judul awalnya dulu bukan Our Feelings, tapi My Girlfriend.

Sebenrnya ini cerita pertama yg ku publish sampai selesai, tapi aku ngerasa yg lama alurnya agak gimanaaa gitu, jdi ya gini deh wkwk *apaansih?

Cerita ini blm selesai kutulis ulang, jadi updatenya gk teratur kyk Satu Alasan *sekalianpromosi. Tapi klo di draft udah selesai kutulis, aku pasti update seminggu sekali, yaitu tiap Sabtu :v

Hmmm ... segini dulu cuap2nya. Sampai ketemu nanti. Dadah.


Our FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang