1. Malaikat Penolong

114 6 4
                                    

Hari ini panas terik matahari sukses membuat kepala Reno semakin pusing. Pasalnya, motor ninja milik Reno mogok di tengah jalan. Jika saja motornya mogok di jalanan yang ramai, Reno pasti tidak akan merasa sepusing ini. Lebih-lebih ponselnya mati, dan tidak ada orang yang lewat di jalan itu.

Sejak pagi Reno memang merasa tidak enak badan. Namun, karena hari ini ada ulangan fisika, akhirnya Reno memaksakan diri untuk pergi ke sekolah.

Ketika berada di sekolah Reno malah merasa semakin pusing. Bukan, bukan karena dia tidak belajar untuk ulangan, melaikan gara-gara ulah Celin yang selalu mengekorinya.

Setelah cukup lama mendorong motornya, Reno akhirnya memutuskan untuk beristirahat sejenak di bawah pohon yang rindang. Pandangan Reno berkunang-kunang, lantas dia memejamkan mata untuk beberapa saat.

Tiba-tiba Reno merasa seseorang menepuk bahunya, Reno membuka mata, dan pandangannya masih berkunang-kunang. "Hei, bangun! Kenapa lo tidur di sini? Eh, wajah lo pucat, lo sakit?" tanya orang itu kemudian memegang dahi Reno. "Astaga, badan lo panas banget!"

"Lo cewek, ya?" tanya Reno. Kemudian orang itu membuka helm yang dia gunakan sehingga rambut panjangnya tergerai sempurna. "Pantesan lo cerewet kayak nyokap gue," ujar Reno lagi sambil terkekeh.

"Lo itu, ya! Lagi sakit malah nyebelin," seru cewek itu. "Pasti dari pagi lo belum makan, kan?"

Ya, sejak pagi Reno memang belum makan apapun. Dia merasa tenggorokannya sakit, lidahnya pun terasa pahit. Oleh karena itu, tadi Reno hanya meminum segelas susu hangat.

Cewek itu mencari sesuatu di dalam tasnya, setelah menemukan apa yang dia cari, dia tersenyum. "Nih," ucapnya sambil memberikan sebungkus roti dan satu kotak susu cokelat kepada Reno.

Reno memandang makan yang dia terima, lalu beralih kepada cewek yang berjongkok di hadapannya. Tiba-tiba terlintas sebuah kalimat di kepalanya, kemudian dengan isengnya Reno berkata, "Lo nggak kasih racun di makanan ini, kan?"

"Lo ngeselin! Sini kalau gak mau, biar gue aja yang makan," ketus cewek itu, dia merebut kembali makanan yang Reno pegang.

Cewek itu merasa Reno sangat menyebalkan, dirinya sudah berbaik hati menolong Reno yang sedang sakit padahal dia sama sekali tidak mengenal Reno. Tapi Reno malah seperti itu, walaupun dia tahu kalau Reno hanya bercanda. Akhirnya dia melepas masker yang dia pakai, lalu memakan roti itu dan memimun susu cokelat kesukaannya sampai habis. Sementara Reno hanya memerhatikannya makan dengan ekspresi yang ... entahlah, Reno tidak bisa melihatnya dengan jelas. Bahkan dia melihat cewek itu seperti ada dua.

"Katanya itu buat gue, tapi kenapa malah lo yang makan?" ujar Reno sambil tersenyum.

Bukannya menjawab, cewek itu malah bersin-bersin, lantas dia kembali memakai maskernya karena dia alergi debu. "Lo sih, lagi sakit juga, bisa-bisanya ngeselin kayak gitu," jawabnya lagi.

Reno merasakan lagi pusing di kepalanya, sehingga tubuhnya agak sedikit terhuyung, Reno pun menyandarkan tubuhnya di pohon.

"Lo pusing?" tanya cewek itu khawatir. "Lo sekarang makan, ya! Tenang aja, makanannya gak gue kasih racun, kok."

Cewek itu mengambil lagi sebungkus roti dan susu dari dalam tasnya seperti tadi. Reno kembali tersenyum lalu berkata, "Lo doyan makan, ya? Banyak juga makanan di dalem tas lo."

Cewek itu berdecak kesal lalu menjawab, "Lo tinggal makan aja, gak usah banyak tanya! Gimana kalau lo pingsan, hah?"

Akhirnya Reno makan--makanan pemberian cewek itu--sampai habis. Dan syukurlah, sekarang Reno merasa tidak terlalu pusing. Matanya pun sudah tidak berkunang-kunang seperti tadi, mungkin itu karena efek perutnya yang kosong.

Our FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang