5. Lebih Dekat

41 5 0
                                    

Sepulang sekolah Sally menunggu di depan kelas. Dia dimintai tolong oleh Rena untuk menyerahkan uang kepada seseorang yang entah siapa. Rena hanya berkata bahwa akan ada orang yang mengambilnya, setelah itu dia pergi dengan terburu-buru.

Sally sudah menunggu selama hampir lima belas menit, tapi orang yang dimaksud Rena belum juga datang. Sally duduk di depan kelas sambil memainkan sebuah pulpen. Tiba-tiba pulpen itu terjatuh, dia berjongkok untuk mengambilnya. Lalu dia mendongak ketika melihat sepasang sepatu tepat di depannya.

Sally langsung salah tingkah begitu melihat Fiko, tangannya terasa dingin dan jantungnya berdegup lebih cepat dari biasanya. Sally memberanikan diri untuk bertanya kepada Fiko yang terlihat sedang mencari seseorang, "Fi- Fiko, lo la- lagi cari siapa?" Saking gugupnya Sally sampai berbicara dengan tergagap.

Fiko melirik ke arah Sally kemudian tersenyum. "Ah, ya. Kebetulan ada lo di sini, gue lagi cari temen lo, Rena," ujar Fiko.

Sally berpikir, apakah orang yang dimaksud Rena adalah Fiko. Kalau benar berarti Rena mengerjainya. "Lo ma- mau ngambil ini?" tanya Sally sambil menyodorkan selembar uang lima ribu.

Fiko menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Iya, sebenernya tadi gue udah bilang, kalau dia gak perlu balikin duit ini. Tapi temen lo itu maksa gue," jawabnya sambil mengambil uang itu. "Thanks, ya. Gue balik dulu."

"Iya, gue juga mau balik."

"Yaudah, kita bareng aja," ucap Fiko.

"Eh?" Sally melirik Fiko, dia kaget dengan apa yang barusan Fiko katakan.

Fiko tersenyum geli melihat perubahan ekspresi Sally. "Maksudnya ... kita jalan bareng sampai ke depan."

Sally merasa sedikit kecewa, lantaran dia mengira Fiko menawarkan untuk mengantarnya pulang, tapi ternyata hanya berjalan sampai gerbang sekolah. Melihat Fiko yang memandangnya seperti meminta jawaban, lantas Sally mengangguk. Mereka berjalan beriringan, namun sepanjang perjalanan tak ada satupun diantara mereka yang berbicara.

Sesampainya di parkiran, mereka berhenti. "Lo pulang naik apa?" tanya Fiko.

"Gue naik angkot," jawab Sally.

"Kayaknya jalan pulang kita searah, bener gak? Gue ke kanan."

"I- iya."

"Mau sekalian balik bareng gue?" tanya Fiko lagi.

"Eh ... ng- gak usah, gue naik angkot aja. Lagian gue mau ke suatu tempat dulu," jawab Sally.

"Yaudah, deh. Kalau gitu gue balik duluan, ya."

Sally mengangguk, lalu Fiko memakai helmnya. Setelah Fiko pergi, Sally merutuki dirinya sendiri, "Bodoh. Gue bodoh banget, harusnya tadi gue iyakan aja. Pake gagap di depannya, lagi!"

***

Begitu tiba di kelas, Rena melihat Sally yang sedang mengobrol bersama teman mereka. Rena menyimpan tasnya lalu menghampiri Sally dan yang lain. Sally yang menyadari kehadiran Rena lantas meminta izin kepada teman-temannya untuk pergi ke luar bersama Rena. Di luar kelas, Rena tertawa sementara Sally pura-pura marah, padahal sebenarnya dia ingin menceritakan kejadian kemarin kepada Rena.

"Serius, lo? Dia ngajak lo pulang bareng?" tanya Rena setelah mendengar cerita Sally, sementara Sally hanya mengangguk menunggu reaksi Rena selanjutnya. "Terus-terus? Kalian pulang bareng?" tanya Rena lagi.

Sally menggeleng sambil tersenyum miris. "Setelah dia pergi, gue baru sadar kalau gue udah menyia-nyiakan kesempatan itu," ujar Sally lemas.

Rena menepuk bahu Sally pelan sambil berkata, "Yaudah, memang belum saatnya. Mungkin suatu saat kalian bisa pulang bareng setiap hari."

Our FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang