9. Jus dan Sedotan

41 3 6
                                    

Kantin selalu menjadi tempat favorit bagi kebanyakan siswa untuk menghabiskan waktu istirahatnya, begitu pula bagi Rena. Untuk memperbaiki mood-nya yang sedang buruk, ia ingin makan bakso dengan kuah super pedas. Sally tidak ikut ke kantin dengannya, sahabatnya itu lebih memilih tidur di kelas karena semalam ia begadang menonton bola bersama ayahnya.

Wajah Rena merah padam dan matanya berair, Rena kepedasan. Air mineral miliknya habis, namun ia sudah tidak kuat lagi. Rena ingin minum.

Tiba-tiba seseorang menyodorkan segelas jus mangga, tanpa basa-basi Rena menerima jus itu dan langsung meminumnya. "Thanks, ya...," Rena mendongak menatap orang yang telah berbaik hati kepadanya, "Reno."

Reno menggeser kursi di sebelah Rena lalu duduk. "Sebenarnya..." Reno mengusap tengkuknya sambil tersenyum salah tingkah membuat Rena penasaran apa yang akan dikatakan cowok itu, "sebenarnya ... tadi jus itu udah gue minum."

Rena tersenyum. "Nggak apa-apa, gue ganti yang baru."

"Bukan  itu masalahnya, Nat," jawab Reno, dan Rena hanya tersenyum sambil mendegarkan kelanjutannya, "orang lain bilang kalau minum di gelas yang sama, berarti secara nggak langsung mereka udah ... ciuman."

Tawa Rena meledak sampai orang-orang yang sedang berada di kantin menoleh ke arahnya. Ia tidak menyangka kalau Reno akan berbicara seperti itu. "Renooo, kok lo lucu banget sih? Gini ya, gue tanya sama lo. Tadi lo minum jus itu kayak gimana?"

"Ya, diminum biasa. Pakai sedotan."

"Nah, berarti walaupun 'secara tidak langsung' kita memang nggak pernah ciuman," jawab Rena berbisik karena tidak ingin orang lain yang mendengarnya menjadi salah paham.

"Tapi gue liat sendiri lo minum pakai sedotan."

"Lo salah liat kali, orang gue minum nggak pakai sedotan. Paling sedotannya cuma nempel di pipi gue, nggak lebih."

Sebuah ide jahil muncul di kepala Reno, cowok itu lantas membisikkan sesuatu di telinga Rena. "Berarti secara nggak langsung gue udah nyium pipi lo."

Rena menjauhkan kepalanya dari Reno lalu mencubit pinggang cowok itu cukup keras. "Anak nakal! Mama cubit nih!"

"Cieee mama, lo pengin gue panggil mama ya, Nat? Boleh kok, tapi itu urusan nanti kalau kita nikah. Sekarang mah...," Reno mendekatkan lagi bibirnya ke telinga Rena, "cium pipi secara langsung aja, jangan melalui sedotan."

Wajah Rena merah, ia merasa malu dengan ucapan cowok itu. Cowok di mana-mana sama aja, otaknya mesum! Pikir Rena. Ia mencubit pinggang Reno lebih keras sampai cowok itu mengaduh kesakitan, sampai-sampai semua orang di tempat itu melihat mereka, bahkan ada yang berbisik-bisik.

Setelah Rena berhenti mencubit Reno, cowok itu tertawa. "Cieee mukanya merah. Gue cuma bercanda kok, Nat."

Rena memalingkan wajahnya sambil tersenyum, cewek itu memang merasa malu. Pertama, ia keceplosan menyebut dirinya "mama" kepada Reno. Kedua, ia merasa malu karena saat Reno akan berbisik kepadanya, ia berpikiran kalau cowok itu akan mencium pipinya "secara langsung". Ketiga, Rena telah berbohong. Sebenarnya tadi ia meminum jus pemberian Reno menggunakan sedotan.

"Udah ah, lo ngeselin. Mending gue ke kelas aja," ujar Rena sok ngambek sambil berdiri.

Reno melihat punggung cewek itu sambil tersenyum dan berpikir kalau Rena salah tingkah. Apalagi Rena bersikeras kalau ia tidak memakai sedotan saat meminum jus itu, sedangkan Reno melihat dengan jelas kalau Rena minum menggunakan sedotan. Sebenarnya Reno sama sekali belum meminumnya, ketika mencari tempat duduk ia melihat Rena merasa kepedasan. Karena Rena terlihat canggung, cowok itu ingin mencairkan suasana dengan mengatakan hal itu kepada Rena. "Ah, kenapa gue jadi mikirin jus dan sedotan sih?" gumamnya sambil menggaruk kepala.

Dalam hati kecilnya, sebenarnya Reno menyukai Rena. Namun yang ia inginkan adalah orang yang menolongnya tempo hari, dan Reno berpikir kalau orang itu adalah Sally. Jika saja Reno tahu yang sebenarnya, mungkin saat ini Reno sudah melakukan pendekatan dengan Rena.

***

"Dasar nggak tahu malu."

"Ganjen!"

Rena mengernyitkan dahi ketika memasuki ruang kelasnya, orang-orang berbicara hal yang tidak ia mengerti. Sally yang biasanya tidak pernah peduli dengan gosip yang beredar, sekarang ia terlihat sedang berkumpul di bangku Indah--si biang gosip.

Begitu melihat Rena di kelas, Sally langsung menghampirinya. "Ada gosip apa, Sal? Kayaknya heboh banget," tanya Rena.

Saat Sally hendak menjawab, tiba-tiba Celin berdiri di hadapan mereka.

"Apa sih maksud lo main tikung kayak gini?" tanya Celin berapi-api.

"Main tikung apa? Gue nggak ngerti,"

"Lo barusan dikantin, kan? Sama Reno?"

"Iya, memangnya kenapa?"

"Gue liat sendiri, tadi kan Reno ... dia nyium lo di kantin?"

Rena membelalakkan matanya. Bagaimana mungkin Celin bisa berpikiran seperti itu? Dan apa semua orang percaya dengan semua gosip itu? Tapi siapa yang menyebarkannya? Lalu bagaimana jika gosip ini sampai ke telinga Reno, kakak, atau ayahnya? Ah. Rasanya kepala Rena akan meledak.

"Lo denger ya, walaupun sekarang kalian udah jadian, tapi gue nggak akan berhenti kejar dia. Gue akan merebut dia dari lo, karena gue yakin kalau suatu saat nanti Reno bakal suka sama gue." Celin langsung pergi keluar dari kelas.

"Ini sebenarnya ada apa sih? Gue nggak ngerti, kenapa Celin bicara kayak gitu? Lagian siapa yang pacaran sama Reno?" tanya Rena penasaran.

"Justru itu, Ren, gue mau minta penjelasan dari lo." Sally menarik Rena untuk duduk. "Anak-anak bilang kalau tadi di kantin Reno nyium pipi lo, bahkan Celin liat sendiri."

Rena menjambak rambutnya pelan, ia tidak mengerti semua ini. Tentang kesalah pahaman yang menjadi perbincangan teman-temannya. "Nggak gitu, Sal. Itu semua nggak seperti yang kalian bayangin, semuanya cuma salah paham. Reno nggak nyium pipi gue, dia bisikin gue sesuatu tentang jus dan sedotan."

"Jus dan sedotan?" Sally mengerutkan dahi, tidak mengerti apa yang sahabatnya katakan. "Coba jelasin sama gue!"

Kenapa Rena malah mengatakan hal itu? Bisa-bisa Sally terus meledek dirinya. Rena merasa frustrasi, mengapa semuanya jadi kacau hanya karena jus dan sedotan.




Hallo, selamat tahun baru! 🎆🎇🎉🎉

Apa sih harapan terbesar kalian di tahun 2017?

Kalau aku ingin bisa membuat cerita yang semakin baik, dan nggak membosankan seperti yang sudah-sudah :v syukur-syukur kalau bisa menerbitkan novel di penerbit mayor sekelas gramedia :v

Oya, gimana menurut kalian tentang part ini? Dan maafkan aku karena banyak sekali kalimat tidak efektif, maklum lah masih belajar nulis wkwk. Sampai ketemu di part selanjutnya yaa. Dadah!

Our FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang