Setelah absen selama tiga hari, sekarang Reno kembali bersekolah. Dalam perjalanan menuju kelasnya, banyak sekali orang yang menanyakan kondisi Reno. Semua siswa dan guru di sekolah itu pasti mengenal Reno, karena dia merupakan siswa berprestasi, baik dalam bidang akademis, maupun non akademis. Reno juga sudah menyumbangkan cukup banyak medali untuk sekolah.
Ketika Reno sedang berjalan, tanpa sengaja Sally menabraknya dari belakang sampai Reno sedikit terdorong ke depan. "Maaf, gue gak sengaja," ujar Sally sambil lalu.Reno sedikit heran, lantaran tidak biasanya anak perempuan bersikap tak acuh kepadanya. Memang tidak semua orang suka kepadanya, tapi sejauh ini belum pernah ada yang bersikap seperti itu kepada Reno.
Mata Reno terus mengukuti ke mana Sally berjalan, sampai Sally masuk ke dalam kelas yang selalu Reno doakan supaya dipindahkan saja ke bagian sekolah paling ujung, yang tak lain adalah kelas Celin. Setiap kali melewati kelas itu, selalu ada Celin yang akhirnya akan membuntuti Reno. Oleh karena itu, setiap melewati kelas Celin, Reno selalu berjalan dengan sangat cepat. Jangankan berlama-lama berada di kelas itu, masuk saja Reno tidak pernah.
Di depan kelasnya, ternyata Sally sudah ditunggu oleh temannya. Dan sekarang Reno tahu, Sally bersikap tak acuh kepadanya karena dia sedang terburu-buru.
Mendekati kelas Celin, Reno mempercepat langkahnya. Namun, ketika Reno berada tepat di depan kelas itu, tiba-tiba ada seorang murid yang menabraknya hingga Reno hampir terjatuh, dan orang itu adalah Rena.
Rena langsung meminta maaf kepada Reno. "Aduh, maaf. Lo gak apa-apa?" ucap Rena dengn nada khawatir.
Mendengar nada bicara Rena, Reno tiba-tiba teringat kejadian tempo hari, saat ditolong oleh orang asing di jalanan sepi. Tapi, karena Reno takut Celin melihatnya, akhirnya dia hanya melirik sekilas kepada Rena lalu menggeleng, kemudian segera pergi ke kelasnya.
Rena berdiri mematung, dia berusaha mengingat wajah Reno, dia lupa pernah bertemu dengan Reno di mana, tapi tak lama kemudian Rena ingat semuanya. "Aneh," ucap Rena kepada dirinya sendiri, setelah itu Rena kembali ke dalam kelasnya.
***
Reno dan Fiko berjalan menuju kantin, setiap jam istirahat mereka memang selalu pergi ke sana. "Ren!" seru seorang gadis di belakang mereka, namun Reno tetap berjalan santai. "Ren!" Gadis itu meneriaki namanya lagi.
"Tuh, Ren, ada yang manggil lo. Tapi, kayaknya gue kenal suara itu," ujar Fiko yang juga tetap berjalan lurus.
"Lo kan playboy, gebetan lo banyak, jadi suara semua cewek di sekolah pasti lo kenal," canda Reno.
"Reeen...." Gadis itu kembali meneriakkan namanya.
"Gini nih, kerjaan penggemar gue. Ganggu terus, udah tahu gue laper pengen ke kantin. Udahlah biarin aja, sekali-kali gak usah ditanggapin," ujar Reno sedikit kesal, kemudian mereka berjalan terus tanpa menoleh ke belakang.
"Iiih, gue panggil-panggil juga. Lo budeg ya?" Gadis itu terus memanggilnya. Reno merasa kesal kemudian menghentikan langkahnya. Setelah seorang siswi yang memakai earphone berjalan melewatinya, Reno memutar bola matanya kemudian membalikkan badan.
"Ren, Renaaa! Aduh, itu anak kenapa sih dipanggil dari tadi gak berhenti, malah jalan terus." Sally akhirnya memutuskan untuk berlari mengejar Rena dan melewati Reno.
Reno diam mematung, dia merasa bodoh, ternyata yang dipanggil bukan dirinya. Sementara itu Fiko malah tertawa terbahak-bahak.
"Berhenti ketawa!" seru Reno ketus.
"Lagian lo sih, bengong gitu kaya orang bego," ujar Fiko yang terlihat menahan tawa.
"Sejak kapan, sih, ada murid yang namanya Rena?" tanya Reno.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Feelings
Teen FictionSekarang kita bisa saja mengatakan kalau kita menyukainya. Besok, bisa jadi kita mengatakan kalau kita sudah tidak lagi menyukainya. Tidak ada yang tahu seberapa lama kita akan menyukai seseorang. Namun, seiring berjalannya waktu, kita pasti mengeta...