Sally turun dari angkot, pagi ini sang ayah tidak bisa mengantarnya ke sekolah. Cewek itu menghirup udara pagi di SMA Pertiwi setelah setengah jam berdesak-desakan di dalam angkot. Dia berjalan dengan percaya diri walaupun orang-orang menatapnya heran.
Hari ini Sally mengubah penampilannya yang mulanya agak tomboy, menjadi lebih feminin sehingga kecantikannya semakin terpancar. Berulang kali ia memikirkan ucapan Rena mengenai penampilannya. Ya, Sally melakukannya untuk menarik perhatian cowok yang ia sukai. Dengan begitu, Sally berharap cowok itu bisa memandangnya.
Sally melihat jam yang ia pakai, kemudian mempercepat langkahnya karena sebentar lagi bel tanda masuk akan berbunyi. Karena terburu-buru, di taman ia menyenggol kursi kayu, baju seragamnya tersangkut paku sampai robek di bagian pinggang. Sally yang menyadarinya lantas mengeluarkan jaket dari dalam tasnya. Jaket putih dengan bordiran bertuliskan princess di bagian belakang.
Tanpa Sally ketahui, ternyata ada seseorang yang sedari tadi memerhatikannya dari kejauhan. Reno. Ya, cowok itu sengaja menunggu Sally di dekat gerbang sekolah. Ia ingin mengajak Sally pergi ke kelas bersama. Menurut Fiko, Sally adalah orang yang selama ini ia cari. Sally adalah Princess. Dua hari yang lalu Fiko melihat bahwa Sally-lah yang memakai jaket itu, dan sekarang Reno melihatnya secara langsung, sudah jelas kalau Sally adalah Princess. Tapi kenapa Sally tidak mengatakan kalau tempo haru ia telah menolong Reni? pikir Reno.
Reno mengurungkan niatnya, karena ia tidak ingin membuat Sally kaget dengan muncul di depannya secara tiba-tiba. Oleh karena itu, ia menunggu Sally pergi, barulah ia berjalan menuju kelasnya.
Sesampainya di kelas, Sally melihat Rena duduk dengan wajah bete. Sally mencolek pundak Rena, Rena yang sedang kesal hanya mengedikkan bahunya tanpa melirik. Sally mencolek lagi bahu Rena, lalu Rena kesal. "Apaan sih colek-colek aja?" sembur Rena. Setelah menyadari perubahan sahabatnya, barulah Rena tersenyum cerah. "Yaampun, Sally? Lo cantik banget."
Sally lantas menceritakan semuanya kepada Rena. Mengenai perubahannya supaya Fiko mau memerhatikan dirinya. Rena yakin kalau Fiko akan terpesona oleh Sally, bukan hanya Fiko, tapi yang lain pun akan terpesona olehnya. Kecuali Reno, tambahnya dalam hati.
"Eh, Ren. Sori ya, jaket lo gue pakai. Baju seragam gue sobek kena paku, tadinya gue mau balikin sekarang. Udah gue cuci bersih, taunya harus gue pinjem lagi," ucap Sally meminta pengertian Rena.
"Santai aja kali!" jawab Rena.
Siang itu, Sally "tembus" di sekolah. Rena yang kebetulan membawa jaket, lantas meminjamkannya kepada Sally. Mereka berdua menunggu semua orang keluar dari kelas, barulah mereka beranjak untuk pulang. Setelah dirasa suasana cukup aman, mereka memutuskan untuk pulang. Tapi ketika di depan pintu, Sally yang buru-buru tanpa sengaja menabrak Fiko, cowok itu seperti terkesima melihat Sally, oleh karena itu, hari ini Sally memutuskan untuk mengubah penampilannya, supaya Fiko lebih terkesan kepadanya.
"Oya, kenapa pagi-pagi kayak gini muka lo udah kusut? Lupa ngerjain PR?" tanya Sally. "Terus anak-anak kenapa pada ribut?"
"Nggak tau!" jawab Rena ketus.
Sally memanggil Tito yang kebetulan lewat di hadapannya. "To, anak-anak kenapa ribut?"
"Oh, hari ini kan ada guru baru pengganti Pak Bambang. Anak-anak lagi pada bahas apa guru baru itu lebih killer, atau malah bapak-bapak tua yang pakai kaca mata tebel dengan penampilan kuno," jawab Tito.
"Dia lebih parah, kelakuannya bakal bikin kalian bete!" jawab Rena.
"Emang lo udah liat orangnya?" tanya Tito antusias.
Rena mengangguk malas, lalu bel tanda masuk pun berbunyi. Anak-anak semakin riuh, Tito duduk di bangkunya, sementara Sally sibuk bertanya kepada Rena, namun Rena tidak menjawabnya.
Bu Sari, guru matematika mereka sewaktu kelas sepuluh masuk. Kelas langsung sunyi, anak-anak menjadi tidak semangat. Bu Sari, nggak asyik! pikir mereka. Bu Sari sebenarnya baik dan masih sangat muda, hanya saja cara mengajarnya sangat membosankan, bahkan beliau menjelaskan materi pelajaran sambil menghadap papan tulis. Membuat murid-murid bete saja.
"Pagi anak-anak!"
"Pagi, Buuu...." jawab murid-murid kompak.
"Baiklah, seperti yang kalian ketahui, Pak Bambang pensiun, dan hari ini kalian akan mendapatkan guru baru. Bisa kalian tebak siapa orangnya?" tanya Bu Sari. Sikapnya agak berbeda, hari ini Bu Sari lebih ceria dari biasanya.
"Pasti Ibu, kan?" tebak Celin.
Bu Sari terkekeh, "Ibu tahu, kalau kalian semua pasti ingin Ibu yang mengajar kalian lagi, kan? Tapi maaf, harapan kalian belum bisa terkabul."
"Terus siapa dong, Bu?" tanya seorang murid berkaca mata.
"Sabar, barusan beliau pergi ke toilet, sebentar lagi pasti datang."
Tok tok tok.
Terdengar ketukan pintu, sesaat kemudian pintu terbuka. Anak-anak menoleh ke arah pintu. Seorang pria tampan masuk ke dalam kelas. Wajahnya sangat tampan, tubuhnya tinggi tegap, dengan hidung mancung, rahang tegas, serta alis yang tebal mampu menarik perhatian seluruh siswa di kelas itu. Bisik-bisik mulai terdengar, Bu Sari berdeham lalu suasana kembali hening.
"Baiklah, silakkan Pak."
"Pagi semuanya, sebelumnya saya ingin memperkenalkan diri. Nama saya Alvin Putra Hilmawan, tolong panggil saya bapak kalau sedang berada di lingkungan sekolah, tapi di luar sekolah kalian boleh panggil saya kakak."
"Pangil sayang boleh nggak, Pak?" tanya Celin genit.
Semua orang menyoraki Celin, Bu Sari mencoba menenangkan suasana, sementara Sally berbisik kepada Rena, "kalau kayak gini sih, gue betah lama-lama belajar di kelas."
Ketika jam istirahat, berita mengenai guru matematika baru sudah tersebar di antero SMA Pertiwi. Banyak sekali orang yang berkata bahwa guru baru itu ganteng banget.
Hallo, maaf telat lagi updatenya. Akhir-akhir ini mood nulis agak berantakan. Maaf kalau ceritanya kurang memuaskan. Kalau ada kritik atau saran, silakan sampaikan di kolom komentar yaa. Karena kritik dan saran dari kalian akan sangat membantu untuk perkembangan tulisanku.^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Feelings
Teen FictionSekarang kita bisa saja mengatakan kalau kita menyukainya. Besok, bisa jadi kita mengatakan kalau kita sudah tidak lagi menyukainya. Tidak ada yang tahu seberapa lama kita akan menyukai seseorang. Namun, seiring berjalannya waktu, kita pasti mengeta...