Jam menunjukkan pukul sebelas. Rena telah berpakaian rapi, sudah satu jam ia menunggu Sally, tapi sahabatnya itu tak kunjung datang. Sejak tadi Rena terus mengirim pesan kepada Sally, namun Sally selalu membalas dengan jawaban yang sama. 'Iya, ini gue lagi di jalan.'
Sally mengajak Rena pergi ke kedai es krim yang baru buka di dekat sekolah mereka. Ia berjanji pagi ini akan datang ke rumah Rena pukul sepuluh, tapi sampai sekarang ia belum datang juga.
"Permisi..."
Rena bangkit, kemudian ia membuka pintu rumahnya. Ia berkacak pinggang ketika melihat senyum tanpa dosa yang terukir di wajah sahabatnya. "Wah, lo udah datang. Padahal ini baru jam sebelas lewat dua belas menit, lho," sindirnya.
"Sorry, Ren. Tadi nyokap ajak gue ke rumah temennya, baru deh gue diantar ke sini," ujar Sally.
"Yaudah, ayo pergi sekarang. Nyokap sama bokap gue lagi ke kondangan."
"Abang lo mana?"
"Lagi pergi ke rumah teman lamanya. Yuk, ah. Gue tau kalau lo cuma mau modus sama abang gue."
***
Rena berdecak kagum melihat kedai es krim itu. Warna ungu lilac membuat suasana menjadi tenang, dan paduan warna krem menambah kesan hangat. Kursi-kursi kayu warna putih berjajar rapi, ditambah hiasan bunga tulip putih di atas meja--walaupun bukan bunga asli. Belum lagi wangi es krim yang pasti membuat pengunjung betah berlama-lama di tempat ini. Sally bilang kalau kedai ini milik kakak sepupunya, jadi sekarang mereka bisa mendapat potongan harga khusus.
"Wah, sepupu lo hebat banget bisa buka kedai es krim sekeren ini."
"Iya dong, Kak Alika bilang sekarang kita boleh makan es krim sepuasnya, dan... gratis!"
"Yang bener?" tanya Rena meyakinkan, dan Sally mengangguk mantap.
Rena tersenyum senang ketika seorang pramusaji datang dan menghampiri mereka berdua. Tampaknya ia sudah mengenal Sally, karena ia terlihat begitu akrab dengan sahabatnya itu.
***
Reno dan Fiko merasa haus, mereka berjalan cukup jauh karena motor Fiko mogok, Reno sedikit menyesal lantaran tadi ia tidak membawa motornya saja. Untuk menghilangkan dahaga, Fiko mengajak Reno membeli es kelapa muda langganan mereka yang kebetulan berada di sekitar sana. Tapi, tiba-tiba pandangan Reno terfokus kepada sebuah motor matic berwarna biru putih yang sedang terparkir di depan sebuah kedai es krim. Lantas Reno menarik Fiko menuju kedai es krim itu.
Bunyi lonceng terdengar ketika Reno membuka pintu. Beberapa pasang mata menatap ke arahnya, namun Reno terus melihat seluruh penjuru kedai itu untuk mencari seseorang. Seketika tatapan mereka bertemu, Reno tersenyum lalu berjalan menghampiri orang itu yang sedang mengobrol bersama sahabatnya.
"Hallo, Nata, Sally?" sapa Reno dengan nada super ceria. "Gue sama Fiko boleh gabung?"
Rena melirik Sally yang memandangnya dengan tatapan penuh arti. "Yaudah, boleh," jawab Rena.
Reno dan Fiko bergabung bersama Rena dan Sally, kedua cowok itu lantas memesan es krim juga. Di menit-menit awal suasana canggung menyelimuti mereka, hanya Sally dan Rena yang bersuara, itu pun tidak melibatkan kedua cowok di hadapan mereka. Sementara Reno dan Fiko hanya diam sambil sesekali saling melirik.
Beberapa saat kemudian, Reno memulai percakapan. Lebih tepatnya dengan Rena. "Eh, Nat. Kalian berdua ke sini naik motor biru yang diparkir di depan, ya?"
Rena mengerutkan keningnya. "Kok lo tau? Memangnya lo pernah liat gue naik motor itu?" tanya Rena bingung.
"Iya, eh, nggak sih. Gue cuma asal tebak aja, taunya tebakan gue bener." Reno tertawa garing sambil mengusap tengkuknya.
Rena berpikir sebentar, sebenarnya ada apa dengan Reno? Tapi sesaat kemudian senyumnya mengembang, Rena yakin kalau sekarang cowok itu sudah mengingatnya.
Seorang cewek cantik datang menghampiri mereka berempat sambil tersenyum cerah. "Hallo, Sally?" sapanya ramah. Sally tersenyum, serangkan Rena, Reno, dan Fiko memandangnya dengan alis terangkat.
"Hi, Kak Alika. Seperti yang kemarin aku bilang, aku bakal ajak temanku ke sini." Sally berdiri kemudian memeluk Alika.
"Oooh, jadi ini yang namanya Rena? Ternyata aslinya lebih cantik dari yang di foto, ya?" ujar Alika ramah.
Rena berdiri kemudian bersalaman dengan Alika. "Kak Alika bisa aja. Omong-omong, salam kenal, Kak." Rena tersenyum manis membuat cowok yang duduk di hadapannya terpesona.
"Oh iya, ini siapa? Kalian lagi double date, ya?" Alika tampak memerhatikan Reno dan Fiko dengan saksama. "Pasti ini pacar Sally, ya?" lanjut Alika sambil menunjuk Fiko.
Rena, Sally, Reno dan Fiko tertegun mendengar ucapan Alika, namun Reno segera menjawabnya, "Eh, bukan, Kak. Dia bukan pacar Sally, Sally belum punya pacar."
Rena, Sally, dan Fiko kompak melirik Reno. Mereka berpikir sejak kapan cowok itu peduli tentang Sally, saling bertegur sapa pun rasanya tidak pernah. Kecuali saat di kantin tempo hari, itu pun yang pertamakalinya.
Fiko sadar apa yang dikatakan sahabatnya pasti akan mengundang tanya dari Rena dan Sally. Ia tidak ingin Reno diinterogasi oleh kedua cewek itu, apalagi sampai mati gaya akibat perkataannya. "Kak, kita dapat diskon, kan?" Fiko mencoba mengalihkan perhatian mereka.
"Bisa diatur lah, soalnya kamu pacar Sally, kan?" Alika tertawa renyah. "Yaudah, Kakak pergi dulu, ya. Dadah," lanjut Alika.
"Eh, Sal, lo udah punya pacar belum?" tanya Fiko, Sally menggeleng. "Wah, pas dong!"
"Apanya yang pas?" tanya Sally sambil mengerutkan kening.
"Itu... anu... ah ya, lo tau kan kalau Reno itu cowok paling diincar di sekolah? Tapi sampai sekarang dia masih jomblo, dan sebagai sahabat yang baik gue nggak mau kan, mesra-mesraan di depan Reno sama pacar gue, sementara dia jomblo. Makanya gue juga single, padahal yang antre buat jadi pacar gue banyak."
Baik Sally ataupun Rena tidak mengerti apa yang dibicarakan Fiko. Cowok itu terus saja berbicara hal yang tidak jelas, apalagi Reno juga ikut-ikutan Fiko. Mereka saling mempromosikan satu sama lain. Satu hal yang ada dalam benar Sally dan Rena. Cowok-cowok itu kenapa?
Hallo, maaf kubaru update skrng. Kira-kira Reno dan Fiko kenapa, ya? Wkwk
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Feelings
Teen FictionSekarang kita bisa saja mengatakan kalau kita menyukainya. Besok, bisa jadi kita mengatakan kalau kita sudah tidak lagi menyukainya. Tidak ada yang tahu seberapa lama kita akan menyukai seseorang. Namun, seiring berjalannya waktu, kita pasti mengeta...