PART 2

573 34 13
                                    

Prang!

"Oh.. maaaf!" Meski bukan Ane yang menabrak, ia tetap meminta maaf karena kopi yang ia bawa tumpah ruah di kemeja serta jas orang yang menabraknya.

"Sialan.." desis pria yang ditabrak Ane sembari berusaha membersihkan tumpahan kopi di pakaiannya.

Dengan sigap, Ane mengeluarkan sapu tangannya dan membantu membersihkan noda kopi di kemeja biru pria yang telah mengumpatinya. "Maafkan saya sir.." permintaan maaf terlontar kembali dari bibir Ane demi menangkan pelanggan kafe tempatnya beerja.

"Saya bisa sendiri!" Pria tersebut menyambar sapu tangan Ane dan bergegas pergi.

Ane hendak mengejar dan protes pada pria yang dengan tidak sopannya membawa sapu tangan Ane. Itu adalah sapu tangan itu puny arti tersendiri bagi Ane. Tapi ia tidak bisa melakukan itu. Semua pasang mata pengunjung memperhatikan dirinya dan ia tak mungkin dengan kurang ajarnya meminta sapu tangan pada orang yang telah ditumpahinya kopi. Meski orang tersebut yang telah menabrak Ane.

Ia lebih memilih untuk membereskan kekacauan sebelum Gladys memergokinya dan..

"Ane!!" terlambat.
.
.
.
"Aku sudah sampai Adri. Ya baru saja. Hanya semalam saja aku disini, tolong jaga Clary.." Ane menjeda bicaranya sebentar mendengarkan suara di seberang telfonnya. "Aku mengerti dan akan berhati-hati.. aku juga mencintaimu.." Ane mengakhiri panggilannya dan memasukan ponselnya ke dalam ransel biru di punggungnya.

Ane kembali menyusuri jalan setapak menuju rumahnya. Dulu. Karena sekarang bangunan megah bak kastil itu sudah dilintangi oleh garis kuning kepolisian. Ane sampai di depan gerbang Blackstone, sebutan untuk tempat tinggalnya selama ini. Gerbang berderak saat Ane mendorongnya, halaman las yang terhampar di depan Blackstone kini tak terawat. Dulu ia dan mamanya menjadikan halaman depan sebagai taman bunga yang asri dan indah. Berbagai jenis mawar dan lili tumbuh subur dan menawarkan pemandangan yang tidak akan pernah menjemukan mata. Namun semenja mamanya tiada, Ane hanya mampu merawat mawar-mawarnya saja. Dan saat ini sudah tidak ada lagi tangan yang menjangau halaman Blacstone, rumput dan ilalang mulai tumbuh dimana-mana. Daun kering dan tumbhan yang mati berserakan dimana-mana. Pemandangan itu membuat hati Ane miris.

Ane melangkahkan kakinya lurus menuju pintu utama, memsukkan anak kunci ke lubangnya. Kunci yang ia pegang adalah sat-satunya akses yang bisa membuatnya masuk karena yang kunci yang lainnya telah disita. Anak kunci yang selalu di taruh di pot kecil di dekat pintu utama itulah yang terlewat oleh petugas. Ane bersyukur untuk itu hingga ia tak perlu membobol rumahnya sendiri seperti maling.

Garis polisi yang membentangi pintu utama dilewati Ane dengan cara menunduk. Ruang tamu Blackstone yang luas diisi dengan sofa letter L yang panjang dan nyaman, berwarna putih gading pilihan mamanya. Ruang itu juga diisi dengan koleksi kristal yang selalu dibangga-banggakan mama Ane mulai dari guci, vas, patung-patung kecil dan perabot kristal lainnya. Kini semua barang tersebut telah dilabeli dengan stiker warna merah dengan tulisan 'disita'. Entah bagaimana mereka menilai barang dengan menyita keseluruhan isi Blakcstone. Bahkan bangunan yang merupakan warisan asli kakek Ane dari mamanya mereka sita.

Ane memasuki ruang keluarga yang menjadi satu dengan dapur pribadi mamanya. Tempat favorit keluarga. Amat luas dengan sofa abu-abu beserta bantal-bantal yang sering digunakan Ane, Clary serta papa mereka untuk perang bantal. LCD 45 inch berada di seberang tempat duduk tersebut. Ane ingat, film terakhir yang mereka tonton saat keluarga ini masih lengkap. Saat kebahagiaan masih digenggamannya. Despicable me, tentang seorang penjahat dengan anak buah ratusan makhluk kuning yang berubah menjadi baik karena kehadiran tiga anak yatim. Ane, Clary dan papa tertawa terpingkal-pingkal menonton film itu sambil menunggu camilan yang dibuatkan ratu dari Blackstone, mamanya Ane. Ia meringis melihat bayangan kebahagiaan yang di pancarkan ruangan ini. Perabotan di ruangan ini masih terlihat rapi dan tak berpindah, namun sama dengan yang ada di ruang tamu, kesemuanya telah dilabeli.

MoonlightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang