Senin menjadi hari yang padat bagi Anne karena Kegiatan Alex begitu banyak. Tapi hal itu sedikit membantu Anne untuk melupakan hubungannya dengan Adrian. Ia, Alex dan Mahesa makan siang hampir pukul dua siang karena meeting yang dijadwalkan selama satu jam bersama bagian keuangan berjalan molor.
"Anne, beritahu Hilda untuk mengosongkan jadwalku besok."
Anne segera meraih ponselnya dan mengirim pesan pada sekretaris baru Alex.
"Kalian berdua siapkan pakaian santai dan bersiap ke bandara malam nanti. Kau juga boleh membawa bikini jika kau mau Anne." Alex tersenyum miring pada Anne, membuat muka Anne terasa panas.
"Kita berlibur kemana?" Mahesa bertanya malas sambil menghabiskan sisa makan siangnya.
"Aku ingin bersantai di RPH Bali."
Dan begitu jam pulang tiba dan Anne sampai di tempat tinggal barunya, Anne segera berkemas dengan ranselnya untuk menampung setelan santai serta surf suit yang baru ia pesan siang tadi dan baru ia terima malam ini. Tentu saja ia tak menuruti saran Alex untuk membawa bikini. Di walk in closetnya memang ada beberapa pasang bikini yang disediakan Alex beserta berbagai jenis pakaian formal dan santai lainnya. Tapi ia tidak punya stok kepercayaan lebih memakai pakaian seperti itu.
Ia ke bandara bersama Mahesa. Disana Alex sudah menunggu dalam jet pribadinya. Anne tahu beberapa orang di negara ini punya jet pribadi, tapi ia tak menyangka akan menaiki salah satu di antaranya.
"Pilih tempat dudukmu. Kita akan segera berangkat."
Kabin pesawatnya terasa luas karena hanya ada beberapa kursi saja. Mahesa langsung mengambil tempat dan memasang sabuk pengaman serta penutup mata. Sepertinya ia kelelahan hari ini karena memang kegiatan Alex yang padat tadi jadi memilih untuk tidur selama perjalanan.
Anne menempati kursi dekat jendela. Ia tak mau melewatkan pemandangan saat lepas landas nanti. Sementara Alex memilih duduk disebelah Anne.
Anne selalu takjub dengan pemandangan saat pesawat lepas landas. Bangunan mega besar yang ada di bumi seketika mengecil dan cahaya lampu di bawahnya berubah menjadi ribuan kerlip yang cantik.
"Apa kau sudah merasa lebih baik?" Pertanyaan Alex mengalihkan perhatian Anne dari pemandangan yang sedang ia nikmati.
"Sejujurnya aku bersyukur karena hari ini kegiatanmu banyak jadi aku tak perlu mengingat kejadian kemarin." Aku Anne. Tapi di lubuk hatinya yang terdalam, luka yang Anne dapatkan terasa masih segar dan menyakitkan. "Mungkin butuh waktu untukku benar-benar baik-baik saja. Tapi untuk sekarang aku jauh lebih baik dari kemarin."
"Aku yakin kau akan bertahan. Lagi pula.. kuberitahu Anne, masih ada jutaan pria di luar sana. Kau bisa memilih salah satunya jika kau sudah siap." Hibur Alex.
Anne tersenyum kecut. Ia tidak yakin bisa menghilangkan trauma masa lalunya dan dekat lagi dengan seseorang. "Semoga saja aku bisa." Ucapnya lebih kepada diri sendiri.
***
Kedua asisten Alex telah terlelap. Alex sendiri juga lelah dan mulai mengantuk. Ia memundurkan sandaran kursinya agar bisa beristirahat juga. Tapi pemandangan di sebelahnya membuat ia tercekat. Anne tertidur dengan wajah yang sangat damai dan bibir yang sedikit terbuka. Hal itulah yang membuat kantuk Alex sirna berganti ketegangan dalam dirinya. Bibir itu yang selalu tersenyum tipis, sama sekali belum pernah Alex melihatnya tersenyum secara penuh. Melihatnya kini sedikit terbuka membuat gairah Alex terbangun.
Tidak. Ini tidak benar. Hatinya mendebat tak setuju. Tapi semakin lama Alex memandangi bibir itu, gejolak dalam dirinya semakin tak tertahankan. Jadi dengan perlahan ia mendekat. Mencium bibir itu teramat perlahan. Rasa manis nan lembut membuai Alex. Membakarnya semakin parah. Ia bermaksud memperdalam ciumannya sebelum seseorang menarik kerah bajunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Moonlight
RomancePrequel Hopeless Anabella Geraldine Parker mengalami musibah bertubi-tubi. Sang mama yang baru saja meninggal merupakan titik awal dimana hidupnya berbalik seratus delapan puluh derajat. Tak selang berapa lama, sang papa ditangkap dan dimasukkan ke...