"Nanti Anda akan makan siang dimana, sir?" Anne menghubungi Alex yang masih ada di ruangannya.
"Di bawah saja. Aku ingin masakan jepang."
"Baik, sir."
Anne segera menghubungi restaurant bawah dan meminta rekomendasi menu masakan jepang berbahan ayam atau sapi. Hal lain yang diketahui Anne dari berkasnya adalah Alex kurang menyukai makanan laut.
Sang chef merekomendasikan gyu don yang terbuat dari daging wa gyu. Anne sendiri memilih menu sederhana chicken katsu, sedangkan Mahesa memesan makanan berkuah sukiyaki. Sebenarnya Alex juga mengajak Gina, tapi wanita itu menolak dengan alasan malas untuk turun dan lebih memilih pesan antar makanan.
"Kenapa kau lebih memilih menambah restaurant jepang daripada restaurant korea?" Mahesa bertanya di sela kunyahannya.
"Tidak. Orang di negara ini kurang cocok dengan makanan korea. Mereka hanya mencoba sekali dua kali, hanya mengikuti tren. Beda dengan masakan lokal atau makanan luar dengan bumbu yang banyak. Sebenarnya aku mempertimbangkan masakan Jepang, China atau India, tapi kupikir orang-orang lebih akrab dengan masakan Jepang."
Mahesa mengangguk memahami pilihan Alex. "Yah, para karyawan antusias sekali menyarankan makanan para boyband itu. Setelah dipikir ulang memang sepertinya hanya akan bertahan beberapa tahun saja."
"Kudengar, sekarang banyak artis dan kalangan pejabat mengadakan acara babby shower di hotel. Apa RPH juga kena dampak?" Tanya Alex.
"Disini beberapa minggu yang lalu ada yang mengadakan acara itu. Yah, tapi kurasa belum terlalu menjadi tren. Yang masih menjadi tren adalah pernikahan di Bali. Pasangan artis yang baru-baru ini menikah di RPH Bali memberikan tren positif. Tiga bulan kedepan akan ada lebih dari lima belas pernikahan di RPH Bali."
Percakapan antara Alex dan Mahesa terus mengalir sepanjang makan siang. Anne hanya menjadi penyimak yang baik. Setelah makan siang, Mahesa pergi untuk mewakili Alex ke sebuah meeting dengan pihak periklanan. Sementara Anne menemani Alex ke sebuah universitas untuk jadi pembicara.
Butuh waktu dua jam dengan lalu lintas padat untuk sampai ke tempat tujuan. Anne menghabiskan waktunya di jalan sambil menyortir email Alex sekaligus membalas beberapa diantaranya. Ia tak langsung membalasnya namun menyimpannya dalam draft untuk Alex periksa kembali.
"Sir, bolehkah saya memakai laptop sendiri untuk membalas email ini?"
Alex mengalihkan perhatiannya dari berita yang sedang ia baca di ponsel. Lalu mengernyit memperhatikan Anne. "Tidak."
Anne menelan ludah mendengar jawaban Alex. Ia hanya tak nyaman mengetik menggunakan tablet. Tidak efisien.
Selama sisa perjalanan, baik Anne maupun Alex diam, sibuk dengan kegiatan masing-masing. Anne dengan emailnya di tablet dan Alex dengan beritanya di ponsel.
***
Semenjak turun dari mobil, Alex langsung menyedot perhatian para mahasiswa yang masih berada di luar gedung pertemuan. Para pelajar perempuan bahkan tak malu-malu menampakkan tatapan memuja.
Alex rupanya sudah ditunggu oleh panitia penyelenggara karena acara sudah dimulai sejak tadi. Tapi ia masih harus menunggu sekitar sepuluh menit sampai gilirannya tiba. Saat MC memanggilnya untuk naik ke atas panggung, suara gemuruh tepuk tangan terdengar di seluruh penjuru gedung.
Anne tak tahu wibawa yang dibawa pria ini akan memberi dampak yang luar biasa. Setiap perkataannya seolah mampu menyihir setiap orang tak terkecuali Anne untuk
mendengarnya dengan khidmat. Beberapa kali Alex mengundang para mahasiswa untuk naik ke atau panggung memberikan kesempatan bertanya. Kebanyakan yang mengajukan diri adalah para mahasiswi yang tidak ingin melewatkan kesempatan untuk bertanya sekaligus berhadapan secara langsung dengan pria blasteran dengan daya tarik yang tak bisa dilawan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Moonlight
RomancePrequel Hopeless Anabella Geraldine Parker mengalami musibah bertubi-tubi. Sang mama yang baru saja meninggal merupakan titik awal dimana hidupnya berbalik seratus delapan puluh derajat. Tak selang berapa lama, sang papa ditangkap dan dimasukkan ke...