Part 14

280 17 4
                                    


Alex mulai merasa aneh ketika Anne tak kembali dari kamar mandi setelah sepuluh menit. Kecemasannya memuncak ketika Anne tak juga menampakkan batang hidungnya selama hampir dua puluh menit. Dengan sungkan Alex pamit pada Roan untuk memeriksa keadaan Anne.

Beruntung saat di depan kamar mandi Alex bertemu seorang perempuan yang bisa ia tanyai. "Maaf, apakah anda melihat seseorang bergaun biru di dalam sana?"

Perempuan tadi tampak kaget ketika keluar kamar mandi dan menemukan pria bermata sehijau hutan hujan tiba-tiba bertanya padanya. Ia tampak berpikir sebentar sebelum menjawab. "Tidak seorang pun kulihat di dalam. Tapi.. aku mendengar seseorang menangis di dalam bilik kedua dari pintu masuk." Katanya ragu-ragu.

"Terima kasih." Alex langsung masuk ke dalam dan mengabaikan tatapan keberatan dari perempuan yang ia tanyai tadi.

Di dalam memang tak ada siapapun seperti yang dikatakan perempuan tadi. Alex hanya mendengar isakan lirih dari balik bilik toilet. "Anne, kau di dalam sana?" Tak ada jawaban dari dalam tapi ia menangkap suara kesiap lalu hening. "Anne, serius. Aku akan mendobrak pintu sialan ini jika kau tak.."

Kriet..

Pintu bilik terbuka sedikit tapi Anne tak juga keluar dari sana.

"Annabella?" Alex mencoba memanggil gadis berambut cokelat itu sekali lagi.

Anne keluar dari bilik toilet, riasan matanya sudah tak beraturan, tampak sekali dia baru saja menangis dan buru-buru menghapus air matanya.

"A.. apa yang kau lakukan disini." Anne berusaha bersikap normal, tapi suara sengaunya tak mendukung itu.

"Apa yang terjadi padamu? Kau sakit?" Alex mendekati Anne pelan-pelan, khawatir jika Anne akan menolak sentuhannya.

Tapi kekhawatiran Alex tidak terjadi, Anne justru mendekat pada Alex juga. Dan tanpa diduga memeluk Alex dan terisak. "Maaf.. Aku telah mengacaukan acaramu. Aku.. " Anne berkata disela linangan air matanya.

Alex mendekap Anne dalam pelukannya. "Ayo kita pulang sekarang." Ajak Alex.

"Tapi acaranya.."

"Tidak penting. Lagipula kita sudah bertemu dengan Roan." Alex melepas dekapannya dan membimbing Anne keluar kamar mandi.

Sialnya di lorong menuju tempat parkir mereka bertemu seseorang.

"Wah lihat siapa yang kutemui ini. Curtiz dan mainan barunya." Seorang perempuan cantik berambut gelap menyapa dengan sinis.

"Jaga ucapanmu, Jessica." Geram Alex.

"Ini mulutku, terserah padaku. Lagipula ucapanku tak salah, kan?"

Meski Anne tahu Jessica sedang memanas-manasi keadaan, entah kenapa Anne merasa malu karena kedapatan bersama Alex sedekat ini.

"Menyingkirlah, Jess." Kesabaran Alex sepertinya sedang pergi. Ia menggertakkan gigi.

"Oh, kau memungut sampah itu dan memberikannya pada pelacurmu yang baru. Kau pelit sekali, kenapa tak beli yang baru saja." Jessica merujuk pada kalung yang Anne pakai. Seketika Anne merasa panas terpancar dari kalung yang dikenakannya. Kalau saja bukan karena Alex yang menyuruhnya memakai itu, Anne sudah menyumbangkannya.

"Kalau dia pelacur baruku, lalu kau apa? Pelacur lamaku?" Alex mengembalikan simdiran Jessica.

Perempuan itu tampak membuka mulutnya tapi tak ada jawaban yang keluar. Ia terlalu kesal dengan perkataan Alex dan berlalu dari pasangan itu.

"Pergilah ke neraka." Umpat Jessica.

"Jangan diambil hati, Anne."

"Tidak." Tapi Anne merasa hatinya tetap bertambah sakit setelah mendengar perkataan Jessica. Apa karena perempuan itu ada benarnya karena ia telah memakai kalung buangan itu? Ia harus secepatnya menyingkirkan kalung sialan itu.

MoonlightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang