Part 11

159 17 1
                                    

Alex masuk ruang pra steril untuk mencuci tangan,  memakai pakaian pengunjung dan mengganti sepatunya dengan sandal slip sebelum memasuki ruang tempat Clarissa berada. Anne sudah masuk terlebih dulu dan sedang duduk di samping ranjang adiknya.

"Sudah berapa lama dia seperti ini?"

"Sekitar tiga bulan. Clarry tertabarak mobil yang dikendarai oleh orang mabuk saat menyusulku di tempat kerjaku sebelumnya." Terang Anne. Ia menggenggam tangan adiknya dan membisikkan sesuatu padanya.

"Apa bajingan itu sudah mendapatkan hal setimpal?" Geram Alex. Ia selalu tak habis pikir dengan orang mabuk yang selalu nekat berkendara dan malah mencelakakan orang lain.

"2 atau tiga tahun penjara. Aku tak terlalu mengikuti persidangannya karena waktu itu masa terburuk Clary dan aku tak bisa meninggalkannya." Anne membelai pipi Clary yang tak tertutup masker oksigen dengan sayang.

"Bagaimana bisa.."

"Dia anak orang berpengaruh. Itu yang kudengar dari pengacaraku. Tapi paling tidak Mr. Johnson berhasil menekan mereka untuk membiayai separuh pengobatan Clarissa."

Alex tak dapat berkomentar apa-apa tentang hukum dan birokrasi di negara ini. Bahkan dia sendiri terkadang harus mengucurkan dana tak sedikit untuk mempercepat perolehan izin bangunan atau yang lainnya.

"Mr. Dean Johnson?"

"Ya, dia pengacara keluarga dulunya. Sekarang beliau sukarela membantu kami. Apa kau mengenalnya juga?"

"Aku pernah mendengar namanya saja." Alex pernah diberitahu bahwa pengacara kawakan itu tak mau mengambil kasus sembarangan.

Selama sekitar setengah jam Anne dan Alex berada di kamar tempat Clary dirawat sebelum waktu jenguk habis. Mereka mengembalikan pakaian pengunjung dan bersiap kembali ke kantor.

"Ada missed call dari Gina dan pesan bahwa Ibunda.. ratu?" Anne tidak jadi melanjutkan kalimatnya karena ragu dengan isi pesan dari Gina.

"Oh, yang dimaksud Gina itu ibuku. Dia menjulukinya begitu. Apa ibuku mengunjungi hotel?"

"Ya, beliau sedang menunggu di ruanganmu."

"Sebaiknya kita cepat. Dia tidak suka menunggu." Alex terburu tapi ia kesulitan memakai dasinya yang ia lepas tadi. "Bisa tolong aku?"

"Tentu." Anne dengan sigap memasangkan dasi Alex. Pada saat itulah Adrian muncul dari lorong dan melihat mereka. "Sudah." Ucap Anne sambil mengencangkan ikatannya.

"Bisakah kau membantuku memakai jas juga?" Pinta Alex. Ia tahu ada sepasang mata yang tak suka melihat kegiatan mereka. Ia sengaja meminta bantuan lagi pada Anne untuk memanasi suasana.

Tanpa curiga Anne berdiri di belakang Alex untuk memakaikan jas pria itu.

"Anne?" Adrian memastikan gadis yang dilihatnya ialah kekasihnya.

"Adri?" Anne muncul dari balik punggung Alex setelah selesai membantunya memakaikan jas.

Karena terburu ingin segera menyapa prianya, Anne justru malah tersandung kakinya sendiri. Ia hampir jatuh kalau saja tak ada lengan kokoh yang menahan tubuhnya.

"Hati-hati." Nafas hangat Alex menerpa kulit leher Anne, membuatnya bergidik.

"Terima kasih.. Alex." Anne tergagap dan segera berdiri di samping Adrian.

"Kau tidak apa-apa?" Tanya Adrian cemas.

"Aku tak apa-apa. Oh Ad, kenalkan ini Alex Curtiz, beliau atasanku."

"Adrian."

Uluran tangan Adrian disambut tegas oleh Alex. "Alex. Senang berkenalan dengan anda, dok."

MoonlightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang