Part 6

200 18 0
                                    

"Apa yang sedang kau baca, Anne?" Adrian membawakan Anne makan siang saat tahu gadis itu datang ke rumah sakit lebih awal.

Anne mengalihkan perhatiannya dari berkas yang sedang ia baca di bangku taman rumah sakit. "Kontrak kerja." Anne tersenyum sumringah. Ia telah membaca cepat kontrak kerja dan memutuskan untuk melakukan pekerjaan ini.

"Kau diterima?" Adrian terkejut karena biasanya saat Anne melamar pekerjaan hanya akan berakhir dengan kesedihan karena penolokan. Bahkan ketika ada yang mengetahui latar belakangnya, mereka tak segan untuk memakinya.

"Ya, aku juga tak menyangka." Senyum tak bisa lepas dari wajah Anne. Mungkin Tuhan sedang memutar roda kehidupannya yang beberapa waktu ini berada di bawah.

"Aku membawakanmu makan siang." Adrian menyerahkan  bungkusan sterofoam.
"Kau melamar untuk posisi apa?" Tanya Adrian penasaran.

"Sebenarnya aku melamar untuk bagian food and beverage, tapi mereka sedang membutuhkan seorang personal assistant. Dan kebetulan aku memenuhi syarat." Terang Anne. Ia dengan sengaja tak memberitahu Adrian kalau dirinya akan bekerja pada pemilik hotelnya secara langsung. Adrian memiliki sifat yang over protektif pada Anne.

"Hmm.. itu sebuah keberuntungan. Tapi, Anne. Apa mereka tahu soal.. ayahmu?" Adrian merasa tak enak menanyakan hal ini tapi ia harus memastikannya.

"Ya, kurasa.. dia tahu." Anne merujuk pada Alex. Ia ingat pernah bercerita sedikit soal ayahnya waktu di Blackstone.

"Dia?" Tanya Adrian curiga.

"Orang yang menerimaku. Jadi sepertinya tidak ada masalah. Em.. sebaiknya kita makan di dekat ruangan Clary saja, aku ingin menungginya." Anne segera mengalihkan pembicaraan agar Adrian tak mengorek lebih dalam tentang pekerjaannya.

"Ayo." Adrian mengambil kembali bungkusan makanan Anne dan membawakannya.

Sore harinya, Anne berbelanja pakaian formal setelah mengambil simpanannya di tabungan. Untungnya ia menemukan sebuah toko yang sedang sale menjelang akhir tahun hingga ia bisa mendapatkan 5 pasang pakaian serta sepasang sepatu berhak rendah dengan harga relatif murah. Ia memilih sepatu berhak rendah karena telah membaca apa saja yang menjadi tugasnya sebagai PA. Semuanya menuntut Anne untuk bergerak cepat dan praktis. Tapi pekerjaan itu sebanding dengan bayarannya yang besar, lima kali lipat dibanding saat ia bekerja di café. Padahal, bayaran saat Anne bekerja di café sudah menetapi UMR. Setidaknya sekaarang ia bisa menabung untuk mengembalikan uang Adrian yang diterimanya untuk biaya perawatan Clary.

"Clary.." Anne menggenggam tangan kurus Clary. "Aku bertemu seseorang. Dia sangat tampan tapi juga menyeramkan." Seperti kebiasaannya, Anne selalu bercerita apa saja pada Clary yang terbaring koma di ruang ICU dengan beberapa kabel yang menghubungkan tubuh Clary dengan peralatan penunjang kehidupannya. "Kau pasti akan langsung menyukainya jika bertemu dengannya. Pria itu bermata hujau gelap. Seperti hutan yang tenang dan misterius. Aku bertemu dengannya di Blackstone. Ada kesalahpahaman yang membuatku hampir celaka tapi kemudian berakhir dengan baik. Dia menawariku pekerjaan, Clary. Tanpa memandang masalah yang sedang menimpa Papa. Kurasa dia adalah jawaban yang coba Tuhan berikan pada kita untuk memutar roda keberuntungan kita lagi." Anne menghela nafas lalu menghalau air mata yang sudah berada di ujung pelupuknya.

"Sekarang kau hanya perlu sadar sayang. Dan kembali seperti dulu lagi." Anne mencium dahi adiknya dan berbisik pelan di telinganya. "Semua akan baik-baik saja. Sampai jumpa,  Clary." Ia berlalu dari ruang ruang ICU dan pulang ke kosannya.

***

"Kau mau kita disebut pasangan homo?" Tembak Alex pada Mahesa yang kemudian dibalasnya dengan tatapan horor. "Tidak, kan? Makanya aku memilihnya. Lagipula kau lebih sering pergi untuk mewakiliku daripada pergi denganku." Keluh Alex.

MoonlightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang