open mind....

2.6K 15 6
                                    

Alena pov :

Aku terbangun saat mendengar suara gaduh yang ku yakin adalah suara andra leo dan arga. Aku masih belum membuka mataku tapi jelas ku dengar leo dan arga menyalahkan andra atas kondisi ku saat ini.
"Mas andra itu yang seharusnya tau kalau kak lena sakit. Mas jangan marah hanya kak lena itu pergi memakai motor. Kak lena itu bisa mengendarai berbagai jenis motor dengan baik. Wajar kalau dia bosan lalu memutuskan untuk pergi bersama leo." Suara arga semakin tinggi membuatku semakin terjaga.
"Mas..." aku memangil andra saat membuka mataku. Andra yang sedang berdiri didekat pintu langsung menghampiri ku.
"Len...kamu sudah bangun sayang?" Aku menganguk karna tengorokan ku kering saat ini.
"Kamu mau apa sayang? Minum.." aku juga mengangguk padanya. Andra memberiku air mineral dalam botol yang sudah diberi sedotan. Ku minum air pemberian nya hingga bersisa setengah botol. Arga leo dan dion juga berada di ruangan ini.
Andra membantuku duduk bersandar padanya.
Aku tersenyum pada adikku yang sedang berjalan kearahku.
"Kak...kaka masih sakit? Maaf ya kami membangunkan kaka" ku usap pipinya dengan lembut.

"Kaka udah baikan kok. Terima kasih ga. Kamu sudah mau datang kesini."

"Kaka...pastilah arga kesini jenguk dan Jagain kaka. Bukan seperti suami yang bisanya hanya marah-marah saja" arga mendelik menatap andra.

Mereka semua masih bersitegang hingga seorang dokter yang memeriksa ku tadi malam datang.
"Selamat siang nyonya. Bagaimana kabar anda saat ini" dokter itu tersenyum manis padaku.

"Saya baik dok. Dok kapan saya bisa pulang. Saya tidak betah lama-lama disini" dokter itu kembali tersenyum padaku.

"Kak lena apa-apaan sih. Kondisi kaka itu masih lemah, minimal besok sore kaka baru boleh pulang" adiku itu malah memarahiku.

"Saya permisi dulu. Adik anda sudah memaksa untuk merawat anda sendiri. Semoga lekas sembuh nyonya" dia mengulurkan tangannya padaku.
Ku balas jabatan tangannya tapi dokter ini mengejutkan ku dengan mencium tangan ku. "Senang bisa bertemu dengan anda nyonya." Katanya sebelum pergi meningalkan kami.
Aku langsung menoleh pada andra yang terlihat menegang melihat kelakuan dokter muda itu.
"Ha.. ha...ha...lena..lena.. semakin banyak saja pengagum kamu." Leo tertawa tapi matanya seolah mengejek andra.

"Ga..kamu kapan sampai? Gimana kabar ale dan yang lainnya " arga kini sedang memeriksa ku.

"Semua baik kak. Arga sengaja ngak bilang ke bapak atau ibu takut Mereka panik. Karna satu-satunya anak perempuan mereka masuk rumah sakit tanpa ada yang mendampingi. Sementara kak lena kesini untuk merawat suami kaka tapi sayangnya tidak ada yang merawat kaka" lagi arga memojokan andra.

"Ga kamu istirahat dulu ya. Nanti kita bicara lagi, leo dion bisa tinggal kan saya dan mas andra. Kalian juga istirahat lah dulu" aku tidak ingin suasana menjadi kaku karna mereka semua memojokan andra.

"Baik arga pergi dulu ya kak. Tapi nanti arga akan balik lagi kesini" tanpa berpamitan dengan andra arga mencium kepalaku lalu beranjak.

"Len kami juga pergi Dulu ya. Semoga lekas sembuh.." dion menarik leo keluar dari kamar ku.

Andra yang wajahnya terlihat kelelahan masih diam menatap ku.
"Mas bisa bantu lena. Lena mau pipis" andra mendekat lalu memapah ku ke kamar mandi.

"Mas Maafkan arga ya. Dia memang agak espresif dalam mengungkapkan isi hatinya" karna dari tadi andra diam aku akhirnya memberikan diri bersuara.

Andra tersenyum lemah padaku "Justru mas yang harusnya minta maaf. Ini semua salah mas sayang... coba mas tidak emosi atau lebih perhatian sama kamu pasti kamu tidak akan sakit seperti ini" andra menarik kursi kecil dan duduk di dekat ranjang ku.

"Sudahlah mas ini bukan sepenuhnya salah mas. Benar yang mas bilang kalau lena kekanakan. Tapi yang buat lena sakit hati itu mas tidak mau mendengar penjelasan lena mas. Mas bahkan mengusir lena tanpa memperhatikan tangan lena yang terluka. Sebagai suami istri ini mungkin kekurangan kita dalam berkomunikasi. Mas masih belum mengenal lena dan begitu pula sebaliknya. Dengan kejadian ini lena harap mas tidak memendam emosi mas lagi ya. Kalau ada yang mas tidak suka dari lena mas jangan sungkan menegur lena. Karna seperti yang mas bilang kita bukan cenayang yang bisa tahu isi hati orang lain" andra masih diam sambil memperhatikan ku. Sebuah senyum dia berikan saat aku selesai bicara.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 13, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

THE CHOICETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang