Aku pun bersiap di Barat Daya bersama Hana, dia menatapku sambil mengangguk, aku pun membalasnya dengan anggukan ku. Aku melihat Smith berjalan ke tengah, tanpa mantel dan topi, hanya baju biasa. Dengan senapan di kedua tanganku, aku siap menembaki makhluk itu. "grooooowr," suara itu terdengar sayup-sayup dari kejauhan. "GROOOWWRR" makhluk itu lalu berjalan mendekat Smith. "Sepertinya makhluk itu marah" kata Frank pada Smith. Sekitar 5 detik kemudian, ketua berteriak "TEMBAAKK!!". Seketika semua menjadi pertempuran, Smith langsung berlari ke sebelah utara, ke Ketua, mengambil senjata dan memakai mantelnya. Pertempuran ini sangat hebat, hampir seperti yang kulihat di film-film perang.
Aku menghemat peluru dengan cara membidik matanya, 'CRAP!' wow! Tembakanku mengenai mata kanannya, "Kerja bagus Scar" kata ketua sambil mengacungkan jempolnya. 'CRAP!' tembakan Frank mengenai mata kirinya "Ow, double shoot, sekarang giliranku" ketua langsung membidik ke nomornya dan "BERLINDUNG!" teriak ketua, 'DHUARR' makhluk itu meledak, nomor 120 di perut nya lepas lalu pecah berkeping keping.
" kata Smith "Jangan senang dulu 2 temannya akan datang" Ketua mengingatkan. Lalu datang lah 2 makhluk itu, nomornya 119 dan 118, "Groooowr, grooowr" kedua makhluk itu tampak sedikit marah, matanya yang bersinar biru menjadi merah, "Grooowr, grooowr" makhluk-makhluk itu tampak berjalan kesana kemari tak karuan. Dengan sedikit keahlian ku, aku langsung menembak tepat di mata kanan kedua makhluk itu, "STRIKE!" tiba-tiba Frank berteriak, "Gruuwr?" makhluk itu langsung menoleh ke arah Frank, "O, ow" kata Hana. "GRAAAAA!!!" makhluk itu seperti kuda yang akan balapan.
"CRAP, CRAP!" ketua langsung menembak di nomor keduanya. "Tembak matanya!" teriak ketua, "CRAP,CRAP!" Hana menembak mata kiri makhluk no 118, Steve mata kiri no 119. 'DHUAAR, DHUAAR!', aku berlindung di balik batu besar bersama Hana disebelahku. "Apakah kalian baik-baik saja?" tanya ketua dengan lantang "Kami baik saja" kata Frank sambil memperlihatkan diri dari tempat persembunyian. "Tetap di tempat kalian, karena level semakin sulit" kata Ketua. Lalu datanglah 3 dari mereka, Ketua menepelkan jari telunjuknya di bibir dan menunjukkan pada kita, sepertinya dia mengisyaratkan untuk diam. "grrrr" sepertinya mereka tampak kebingungan.
Ketua menembak kedua mata makhluk itu, "GRAAA!!" makhluk itu tampak kesakitan, kami pun berusaha tetap diam. Lalu Steve membidik no 117, aku 115, dan Smith 116. Dengan isyarat ketua kami menembak. "DHUUUM" seketika ketiganya meledak. Kami pun bersorak "Yes!" dengan tangan mengepal. "Bersiapla, sesaat lagi akan ada 4" Ketua mengingatkan.
Begitu pun dengan mereka, kami melakukannya dengan mudah, tanpa halangan. "Siap untuk boss?"kata Ketua, "Selalu" jawab kami serempak. Lalu datanglah kedua makhluk itu, mereka berwarna yang lain dari makhluk sebelumnya, mereka berwarna merah, sedangkan 10 makhluk sebelumnya berwarna biru. "Apakah itu boss?" tanya Hana padaku. "Bukan, mereka spesies yang sama dengan sebelumnya" jawabku santai.
Langsung saja kutembak mata kanan salah satu makhluk tersebut, "GRAAA!" makhluk itu langsung menembakkan cairannya ke arahku, 'whops' hampir saja, untung aku langsung bergulung ke kiri dengan sigap. Smith menembak, tapi makhluk itu langsung menutupi matanya agar tidak terkena tembakan, begitu juga yang lainnya. "Hei, apakah menurut kalian dia berbeda?" tanya Steve sambil agak kencang pada kami. "Sebenarnya, dalam 2 monster terakhir, mereka memang berbeda, mereka punya penglihatan thermal !" kata Ketua menjelaskan. "Jadi mantel ini tak berguna ketika melawan boss?" tanya Steve, "Mungkin saja" jawab Ketua sambil menghindar dari tembakan cairan makhluk itu". "Kita tak punya pilihan lain. Kita harus menembak apa yang menutupi dulu !" kataku. "Tembak tangannya" kata Frank sambil menembak tepat di tangannya.
Dengan sekitar 7 tembakan beruntun dari Frank, tangan pertama makhluk itu langsung lepas. "Ooow, ambil itu penjahat!" kata Frank sambil sedikit bergaya. "Mereka ada 2, masing-masing punya 6 tangan, satu sudah cacat 1 matanya, dan satu lagi tangannya tinggal 5" kata Hana disela-sela tembak menembak. "Terimakasih infonya" kataku. Kami terus menembak kedua makhluk itu, sampai akhirnya "BUUM!" salah satu makhluk itu hancur, dan meledak, "Kurang satu lagi kawan-kawan!" kata Smith dengan semangat.
CONTINUE TO PART 8
DON'T FORGET TO COMMENT & VOTE :)
HAPPY READING
KAMU SEDANG MEMBACA
Dome
Science FictionDi sinilah tempat hidupku, di kota yang di kenal dengan sebutan "Isolated", dengan kubah yang menutupi seluruh kota kami dan jurang di sekeliling kota yang membuat kami kebingungan untuk keluar dari situ. Apakah kami bisa? Don't forget to Comment...